"Hai, kucing!"
"Halo, kucing!"
"Kucing, mau ke mana kamu?"
"Aduh kucing, kamu kok gemes banget sih? Ikut sama om yuk mau nggak? Eh, tapi kucing nggak boleh dibawa ke kosan. Padahal kamu lucu banget, cing."
Iya, begitulah Ino ketika bertemu kucing di jalan. Setiap melihat kucing, pasti Ino tak lupa untuk menyapa. Aku tidak mengerti kenapa dia bisa segila itu tiap bertemu kucing di jalan.
"Gue kangen sama kucing di rumah," Begitu alasannya. "Terus kucing-kucing itu minta banget disapa sama diculik."
"Lo ngomongin kucing kayak ngomongin apaan anjir."
Ino tertawa. "Abisnya mereka gemesin, kan gue—EHHH kucing, hai!"
Aku menganga begitu Ino melambaikan tangannya pada salah satu kucing yang lewat. Saat ini aku dan Ino duduk di selter dekat gedung UKM. Tadi kami tidak sengaja bertemu dan memutuskan untuk mengobrol sebentar.
Ino bilang ia ingin bertemu seseorang. Sedetik kemudian aku baru paham jika seseorang yang dimaksud adalah seseorang yang disukainya itu.
Saat seseorang itu datang seraya tersenyum, wajah Ino perlahan berubah. Ia tersenyum lebar dan melambaikan tangan.
Tanpa sadar, aku ikut tersenyum juga melihat senyum lebar Ino.
"Kenalin, ini temen gue yang pernah gue ceritain itu," kata Ino.
Dia tersenyum dan mengulurkan tangan. Aku menjabatnya tanpa ragu dan ikut tersenyum.
Tak lama setelahnya, presensiku seakan tak terlihat. Mereka saat ini sibuk membicarakan salah satu kucing yang sering mampir ke gedung UKM. Meskipun aku tak paham alasan sebenarnya mereka bertemu karena apa. Tidak mungkin kan, mereka bertemu hanya untuk membicarakan kucing?
Tapi, sekali lagi, aku tersenyum paham. Orang yang disukai Ino juga menyukai kucing.
Tidak heran jika akhirnya aku tidak bisa terlihat di matanya.
Aku tidak terlalu menyukai kucing, Ino menyukai kucing.
———
Kirino dan kucing adalah kelemahanku! Hahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Him
General FictionI have something to tell you. But, I think I can't tell you.