[22] He makes noonas' hearts melt

117 14 9
                                    

Jimin's Pov
——————
"Aku pergi" ujarnya setelah selesai menyuci piring hendak meninggalkanku yang masih memakan waffle selai chocolate.

"Yak.." protesku. Dia tidak menghiraukanku kemudian pergi begitu saja.

Dia marah. Marah karena tiga hari ini aku tidak menghiraukannya. Tidak ada interaksi apapun belakangan ini. Ini salahku.

Aku hanya sibuk pada kerjaanku. Sangat melelahkan memang tapi jika sudah fokus atau ada niat untuk mengerjakan tugas aku tidak bisa diganggu.

Hari ini report sudah selesai kukerjakan. Aku bekerja seperti biasa. 1st of December 2018. Hari cepat berlalu. Tidak terasa bulan desemberpun tiba. Cuaca dingin semakin ekstrim tapi salju belum menampakkan batang hidungnya turun ke bumi.

Aku mengikuti meeting awal bulan membahas project untuk bulan depan. Tiba-tiba aku merasa rindu kekasihku. Selesainya meeting aku beristirahat dengan Taehyung di cafetaria. Membuat prakarya dua buah hati dari selembar kertas bewarna merah kemudian meminta Taehyung untuk memfotoku dengan latar seadanya. Aku tersenyum melihat foto yang Taehyung ambil kemudian mengirimi pesan k-talk pada Hanwoo.

 Aku tersenyum melihat foto yang Taehyung ambil kemudian mengirimi pesan k-talk pada Hanwoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jagiya ✔️12.50
I miss you ✔️12.52

Author's POV
———————-
Hanwoo melihat keluar jendela. Hari ini terasa membosankan karena tidak banyak pelanggan yang mampir. Tidak ada workshop hari ini.

Handphonenya bergetar. Dia melihat nama Jimin di layar handphonenya. Senyumnya berubah menjadi tawa. Hanwoo hendak membalas pesan dari Jimin namun seseorang memanggilnya.

"Hai. Bisa buatkan aku rangkaian bunga ?"

Hanwoo menoleh ke arah pelanggan dan menggeletakkan handphonenya begitu saja. Meninggalkan pesan Jimin yang belum sempat dia balas.

Jimin's POV
———————
Sepulang bekerja cepat-cepat aku menjemputnya ke Vanessa Flower Shop tempatnya bekerja. Aku melihat Hanwoo sedang mengunci pintu toko.

Hanwoo membalikkan badannya dan terkejut melihat kedatanganku.

"Kamchagiyaa (Aduh kejut)" kejutnya sambil mengelus dada. Matanya perlahan terpejam.

"Kau marah padaku? Kenapa tidak menghiraukanku ?" Tanyaku kesal.

"Jimin, bukannya kau sibuk?"

"Aku sudah tidak sibuk. Begini perlakuanmu kepadaku? Kenapa k-talk ku tidak kau balas ? Aku susah susah membuat prakarya berbentuk hati itu."

"Ah itu .. tadi aku mau membalasnya tapi ada pelanggan datang." Ujarnya. Aku terdiam.

"Gotjimal (bohong)." Aku masih tidak mempercayainya.

"Baiklah kalau sudah tidak percaya. Kau mau apa kesini? Hanya mau bertanya itu saja ?" Tanyanya. Aku mulai salah tingkah dibuatnya. Tujuanku kesini sebenarnya ..

"Aku ingin makan malam di Restoran bersamamu."

Hanwoo's POV
————————
Akhirnya. Setelah tidak ada interaksi apapun selama 3 hari, Jimin mengajakku pergi makan malam di salah satu restoran di pinggir Hongdae. Kami memesan banyak makanan.

Satu persatu makanan kami datang. Ada kalbi, samgyeopsal, sundae, dan sannakji. Adapun juga makanan peneman seperti kimchi, sayur tauge, goguma, dan terong manis. Aku benar-benar tidak percaya hari ini akan makan besar.

"Aaiguuuu apa kita bisa menghabiskannya ?" Tanyaku

"Hidup hanya sekali jangan disia-siakan."

Jimin mulai menyumpitkan daging babi ke atas daun selada, menumpuknya dengan daun perilla , bawang bombay dan bawang putih kemudian melipatnya menyuapkannya ke mulutkku.

"Enaaak!" Ujarku sambil mengunyah. Sepertinya mulutku benar-benar penuh. Bukan perutku yang penuh tapi mulutku. Aku menyumpitkan sannakji (Gurita hidup yang hanya disajikan dengan campuran saus dan biji wijen) ke mulut Jimin. Pria itu mengunyah makanannya dengan kegirangan.

Aku tertegun melihat pria ini. Dia benar-benar membuatku terpesona untuk ke beberapa kalinya. Wajahnya sangat tampan.. tampan sekali. Senyumnya terkadang manis terkadang cute aku tidak bisa membedakan. Padahal umurnya sudah 24 tahun. Membuatku tidak bisa marah padanya.

Aku tersadar dia telah menjadi pusat perhatian dimana-mana. Wanita-wanita selalu membisiki ketika dia didekatku. Aku mendengarnya sekadar mengatakan 'Pria itu sangat tampan, dia beruntung memilikinya' Wah.. dia menjadi idola para noona-noona. Rata-rata yang kulihat yang sering mencibiri kami adalah wanita-wanita dewasa. Tapi entahlah mungkin ada diantara mereka yang masih muda. Bisa dilihat dari dandanan dan tas branded yang dibawa. Kalangan remaja tidak mungkin membawa tas branded seperti Gucci dan lainnya kecuali jika orang tuanya yang memberikan. Entahlah..

Aku merasa cemburu. Kenapa mereka harus mencibir kami. Benar-benar tidak penting mengurusi kehidupan orang. Terkadang aku menjadi tidak percaya diri, apakah aku pantas menjadi pacarnya ?

Selesai makan Jimin menggenggam tanganku mengajakku jalan-jalan di kota Hongdae. Kami melihat-lihat suasana disekitar sini. Banyak anak-anak muda berkumpul sekadar menonton dance atau nyanyian. Kami memilih tetap melangkah tidak ada bersahut apapun.

"Kau marah?" Tanya Jimin.

"Tentang?" Tanyaku.

"Molla (Tidak tahu). Aku merasa kau marah tadi Pagi meninggalkanku begitu saja"

"Aku sempat marah tapi sudah tidak lagi."

"Wae (Kenapa)?"

"Keunyang (Cuman).."

"Wae (Kenapa)?" Jimin berhenti menatapku. Tatapannya lagi-lagi membuatku terpesona. Diibaratkan seperti ice cream yang mencair. Begitulah penilainku hari ini ketika menatapnya.

"Aku benci kau sesibuk itu tanpa menghiraukanku."

Jimin menghela napasnya. "Kau harus terbiasa dengan hal itu." Jimin melangkah lagi mau tak mau aku mengikutinya karena dia menggenggamku.

Aku mengeratkan coatku dengan satu tangan tapi Jimin menarikku ke dalam dekapannya. Kami melangkah sambil berpelukan.

"Saranghae, Jimin. (Aku mencintaimu, Jimin.)" Aku mengecup pipinya.

"Nado Saranghae Nuna (Aku juga mencintaimu, Kakak) " Jimin balik mengecup bibirku. Aku mengeratkan pelukanku di tubuhnya.

🍁🍁🍁

Just Let Me Love You  [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang