Part 11

119 4 1
                                        

Setelah sekian lama Letta menebak nebak akan kemana ia dibawa, akhirnya terlihatlah sebuah restaurant mewah dengan arsitektur bergaya western yang berada di kiri jalan. Harris langsung mencari lahan untuk memarkirkan mobil nya tersebut.

"Udah sampai ayok turun" ucap Harris kepada Letta yang dibalas anggukan oleh Letta.

Setelah itu, Harris dan Letta masuk ke dalam restaurant tersebut yang langsung disambut ramah oleh sang pelayan.

"Selamat malam pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan itu.

"Saya kemarin sudah reservasi meja atas nama Harris Brawijaya." ucap Harris.

"Oh iya pak, meja atas nama Harris Brawijaya sudah di siapkan di lantai dua, mari saya antar." ucap pelayan tersebut.

"Disini pak mejanya, apa bapak mau langsung pesan makanan?" lanjut pelayan itu setelah sampai di meja yang sudah Harris pesan.

"Engga mba nanti aja, saya masih ingin menunggu orang." jawab Harris.

"Oh baik pak, kalau begitu saya permisi dulu."

Sambil menunggu teman bisnisnya datang, Harris pun membuka obrolan dengan Letta.

"Let, gimana sekolah mu? Baik baik aja kan?" Tanya Harris.

"Eh iya baik baik aja kok pa."

"Kamu gak bikin ulah lagi kan di sekolah mu yang baru?" Tanya Harris was was.

"Ha? Ya engga lah pa, Letta gak ngapa-ngapain kok hehehe" ucap Letta yang kaget ditanya seperti itu oleh papanya. Karena beberapa hari lalu, Letta sempat ketahuan tidur saat jam pelajaran oleh Pak John.

"Ehmm... Yaudah deh pa, Letta ke toilet dulu ya." izin Letta.

"Oh iya tapi jangan lama-lama ya, kayaknya sebentar lagi teman papa dateng." balas Harris.

Setelah itu ia langsung bergegas menuju toilet untuk menyelesaikan urusannya.

Setelah keluar dari toilet, terlihatlah meja Harris yang sepertinya sudah ada dua orang yang Letta kira itu adalah teman papanya.

"Itu siapa ya? Temen papa kali ya? Ehh tapi tunggu... Itu ada yang berdiri sambil madep belakang itu temennya papa juga bukan ya?? Kok gue kayak kenal." ucap Letta yang sedang berjalan sambil mengira ngira siapa orang yang sedang memunggunginya.

Setelah sampai di meja Harris ia langsung dikenalkan oleh papanya.

"Nah ini dia anak saya, namanya Letta. Letta ini teman papa namanya om Richard." ucap Harris yang otomatis membuat Letta bersalaman dengan Richard, namun belum membuat orang yang sedang memunggunginya berbalik badan.

"Dan kalo yang ini anaknya, namanya Alvis." lanjut Harris.

"Loh kok namanya Alvis ya? Apa mungkin si Alvis cowok nyebelin itu? Tapi mana mungkin ah, gak mungkin temen papa punya anak senyebelin itu. Lagian kan nama Alvis banyak di dunia ini." gumam Letta dalam hati.

Tak lama kemudian, karena merasa namanya dipanggil ia pun langsung membalikkan badan. Dan.... YESSS... ternyata benar, Alvis yang merupakan anak dari teman Harris adalah Alvis yang dimaksud oleh Letta. Yaitu Alvis si cowok menyebalkan.

Dan sontak membuat mata Letta membulat tak percaya.

"Lah elu!!!! Ngapain disini???!" ucap Letta kaget.

"Lah yang ada juga elu ngapain disini? Kalo gue mah emang lagi nemenin bokap gue." balas Alvis.

"Jadi lu ini anaknya om Richard? Gue gak nyangka om Richard punya anak yang bentukannya kayak lu gini."

Baru saja Alvis ingin menjawab ucapan Letta, namun sudah didului oleh papanya.

"Etsss sudah sudah, kenapa kalian jadi bertengkar gini sih. Jadi kalian ini sudah saling mengenal ya?" ucap Richard.

"Iya pa, kita udah kenal Letta ini satu kelas sama aku." jawab Alvis.

"Satu bangku lagi." ucap Letta dengan nada datar seolah mewakilkan perasaannya yang sangat muak oleh sikap Alvis yang selalu mengganggunya.

"Yaudah sekarang kita duduk lagi aja, biar saya pesan makanan dulu." ucap Harris yang langsung memanggil pelayan yang kebetulan tidak jauh dari mejanya.

Setelah selesai memesan, Harris lanjut mengenalkan Richard lebih dalam kepada Letta.

"Letta, jadi om Richard ini teman papa waktu SMP dan kita pisah pas SMA karena om Richard dibawa orang tuanya pindah ke London. Tapi saat kuliah kita ketemu lagi, karena papa memutuskan untuk ambil beasiswa di London, dan ternyata satu kampus sama om Richard. Dan akhirnya sekarang om Richard ini teman bisnis papa." ucap Harris panjang lebar.

"Iya betul Letta, dulu itu papa kamu murid terpintar di sekolah, dan papa kamu selalu dapet ranking di sekolahnya. Sampai saat kelulusan saja, papa kamu adalah lulusan terbaik di sekolahnya." Puji Richard.

"Ahh lu bisa saja chard, padahal lu kan juga selalu dapat ranking." balas Harris.

"Iya tapi ranking gue selalu ada di bawah lu, dan gue selalu gak bisa nyaingin lu." ucap Richard dengan nada malas mengingat dulu dirinya tidak bisa mengalahkan Harris.

Mereka berdua terlihat asik sekali mengobrol hingga melupakan Letta dan Alvis yang sedang memandangi mereka dengan tatapan jengah.

Karena bosan, akhirnya Letta pun beranjak dari kursinya dan hendak pergi ke luar.

"Pa, Letta ke kamar mandi dulu ya." ucap Letta yang beralasan ingin ke kamar mandi.

Akhirnya Letta memutuskan untuk pergi ke halaman restaurant yang bagus dan cukup luas lengkap dengan kelap kelip lampu kecil.

Setelah sampai, ia langsung duduk di bangku halaman yang cukup panjang dan mungkin cukup untuk dua orang, sambil memandangi langit indah yang bertaburan bintang dan disinari lembutnya cahaya bulan.

Tak lama kemudian, Letta merasakan ada seseorang yang duduk di sampingnya.

"Sendirian aja mba, diculik kolong wewe baru tau rasa lu."

Tanpa menengok pun tampaknya Letta sudah mengenal suara dan wangi khas parfum nya.

"Bisa gak sih lu gak ganggu gue sehari aja." ucap Letta yang malas berdebat dengan Alvis.

"Jangan jutek jutek gitu lah jadi cewek, ntar gaada yang mau aja." balas Alvis.

"Suka suka gue."

"Emang lu mau jadi perawan tua?? Hiii serem banget gw, ntar lu gak bisa ngerasain enaknya kalo udah nikah. Apa lagi gak bisa ngerasain...." ucap Alvis yang menakut nakuti sambil menggantung ucapan terkahirnya.

"Bacot lu ah, sekarang gue mohon dengan sangat wahai Alvis Alvredo Putra Pramoesatya untuk tinggalin gw sendirian." ucap Letta yang sudah jengah dengan kelakuan Alvis yang baginya sangat menjengkelkan.

"Baiklah nona Arletta Audri Brawijaya saya akan menuruti permintaan anda untuk segera pergi dari sini." ucap Alvis sambil cekikikan.

Setelah itu Alvis langsung beranjak dari tempat duduknya, dan masuk ke dalam restaurant.

*****

TBC

Jangan lupa vote dan comment ya guys... 😊

Don't be a silent readers...
See you in next part💖

The Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang