4. Truth Or Dare

26 5 0
                                    

Sinar matahari muncul bersamaan datangnya udara segar. Aktifitas segera dimulai di kota ini. Kota Jakarta, sebenarnya Rya dan Reno tak ingin pindah ke kota ini. Cuman orangtua mereka ngotot menyuruh mereka untuk sekolah di Jakarta, tapi bukan itu alasannya. Tapi karna ayahnya dipindah tugaskan ke Jakarta.

"Bang." ucap Rya mengawali pembicaraan di dalam mobil.

"Hm?" Jawab Reno yang sedang sibuk menyetir mobil.

"Bang Leo kapan dateng ya? Lama banget dia gak pulang."

"Abang juga gak tau, mungkin bulan depan."

"Betah banget sih dia disana. Apa enaknya sih Amerika? Bule-bule disana kan ngga menarik, lebih menarik produk lokal ya kan? Kayak cimoy misalnya, atau Kekeyi gitu. Atau enggak Reemar Martin gitu. Kan sekarang lagi booming-boomingnya."

"Sejak kapan Reemar jadi WNI, dek?"

Rya nyengir, "barusan aku klaim. Produk lokal tuh lebih cakep bang. Tau kan Frederick Kiran Soekarno itu? Nah itu calon masa depan aku bang." Reno menoyor kepala adiknya itu.

"Halu mu itu, bikin abang mau nabok dek."

"Huh, apapun gantengnya. Produk lokal tetap di depann!!"

"Hmm, Abang sih, lebih suka bule, apalagi bule Rusia." tapi Rya tidak mendengarkannya, "kangen ya sama bang Leo?" lanjut Reno.

"Iyalah, kangen bangetttt. Tapi boong, aku lebih kangen sama oleh-olehnya. Hehe." Reno hanya menggelengkan kepalanya. Aneh-aneh saja.

"Sama abang gak kangen gitu?" Berbarengan dengan itu, mobil mereka sudah sampai di parkiran sekolah.

"Kangen sama sifatnya yang ngga rese." ucap Rya sambil mencium pipi Reno, dan segera membuka pintu mobil dan segera berlari menjauh. Reno hanya tersenyum sambil menggeleng-geleng kepalanya.

"Bang, princess kita dah dewasa ya." Ucap Reno.

...

"Rya!" kata Aldo saat Rya sedang melangkahkan kakinya menuju kelas.

"Eh, Aldo." sapa Rya sambil tersenyum. Tiba-tiba ia teringat kejadian tadi malam. Sial, ia jadi gugup sekarang. "Kenapa ya Do?"

"Enggak kok Ya, cuman kebetulan gue sama lu bareng, hehe." ucap Aldo dengan cengiran khasnya. Rya hanya mengangguk sambil tertawa.

"Btw, lu beneran ikut kan?" tanyanya sekali lagi.

"Iya Do, masih lama, 7 hari lagi juga."

"Cuman mastiin aja, jangan lupa siapin kado yang spesial buat gue."

"Spesial? Emangnya lu pacar gue Do?"

"Bukan sih, tapi apa salahnya ngasih gue kado spesial. Merayakan satu semester kita udah kenal. Btw kalo pacar gimana?"

"Kalo pacar ya emang harus dikasih kado spesial." Dag dig dug. Jantung Rya berpacu dengan cepat

"Ya udah, anggap aja kayak gitu." Kata itu membuat Rya merona.

"Pipi merah tuh Ya, kenapa? Demam?" tanya Aldo sambil menempelkan punggung tangannya ke dahi Rya. Dan menatap Rya.

Jomblo SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang