Bertikaikata.02

225 15 6
                                    

|P e n a n t i a n |

Bukan ku tak inginkan hadir mu,
aku hanya sedang menerka.
Apa kau pantas untuk ku?
Atau bahkan, mungkin aku yang
belum pantas untuk meminta mu.

Tuan, perlu kau tahu,
hari ini pintu rumahku terbuka lebar untuk menyambutmu kembali.
Tapi sayang, langkah kakimu justru berbalik saat ragu mulai menelisik ke dalam inti hatimu.


Aku hanya butuh waktu sejenak,
atas ragu yang sedang merajai hati.
Seperti langit yang meragu dengan setianya bulan pada bintang.
Padahal langit hanya menunggu malam tiba,
untuk yakinkan bahwa bulan selalu berteman bintang.
Tapi nyata, bulan tak selalu hadir pada setiap malam.

Baiklah tuan, 
tapi badai itu,
badai yang kau sebut-sebut itu ragu, juga mengusikku.
Tidurku jadi tak nyenyak, menanti langkah terakhirmu berpijak diatas tanah rumahku, menunggumu mengetuk jendela kecil kamarku
tempat kita bertukar kata-kata yang dibungkus rapi,
tertata dalam kertas,
berisi cerita tentang hari ini
dan masa depan.
Namun kini, kau buat itu semua hanya hayalan yang menyelinap masuk ke dalam mimpi tidur lelapku.


Jangan takut wahai bidadari. Penantianmu tak tersia untukku. Biarkan aku menjadi seorang mampu taklukkan ragumu.
Kan kuinjakan lagi kaki ini
dengan begitu senyap.
Bahkan jendela itu,
akan ku ketuk dengan begitu lembut. Percayalah.
Saat nanti akan tiba, satu tempat indah dimana hanya kita berdua sebagai pemiliknya.

Bukan ku tak ingin tersenyum mendengar janjimu,
bukan, bukannya aku tak inginkau mengatakannya.
Hanya saja aku sudah cukup lelah berekspektasi,
lelah berkhayal, lelah berpura baik bila nyatanya nanti tak sesuai harapanku,
tuan, izinkan aku hanya mempersilakan kata-katamu berbaris rapi di depan pintu hati dan imajiku,
maaf, aku tidak mengizinkannya masuk, aku takut,
dan tidak ingin bodoh,
untuk kali kedua.

Hei puan, kau tahu pasti.
Bahwa aku tak seindah purnama. Cahayanya yang membias melebur pada malam.
Membuat semua mata terpesona
akan takjubnya malam.
Aku juga buka karang.
Tangguh pada terjangan
ombak dari lautan.
Walau tak setiap ombak akan sampai pada pantai yang sama.
Aku adalah aku, yang tak ingin hancurkan khayalmu.
Dan sekali lagi, Aku adalah aku, yang akan selalu mencintaimu.

Terimakasih sudah
yakinkan puanmu untuk kedua kali,
tuanku yang tampan, apa aku lah puan yang kau janjikan pada ibumu akan kau bawa ke masa depan?
Tolong yakinkan.

Lihat saja nanti, puan.
Tak lagi banyak kata yang habis dengan percuma.
Kau tahu, kau tak salah menunggu. Waktumu tak akan terbuang
begitu saja.
Karena sungguh,
kau mencinta seorang ksatria.

🍍🍍🍍🍍🍍🍍

Bandung, 11 November 2018

8:56 PM

kolaborasi;

cayur & nanas biru

/left, tuan : c.ayu.r
/right, puan : nanas biru

Bertikai KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang