Bertikaikata.01

494 22 3
                                    

|S p o n t a n|

Aku tidak pernah beralasan.

Alasan berdalih kalau
ternyata kau mencintainya?
pura-pura mengelak

Aku tak pernah berbohong
pada malam atas rasa yang terpendam.

Kau memang tak berbohong
padanya,
tapi apa pernah kau pikir bahwa dirimulah yang kau bohongi?

Sadar penuh ku memang
pemeran terbaik,
penulis skenario handal.
Namun bukankah dialah pemeran utama yang kau elu-elukan untuk selalu ada.

Aku tak pernah memintanya
untuk selalu ada.
Hei gadis, lihat dirimu!
air matamu saja tak mampu jatuh ke pipi saking ia iba, berhentilah.

Iba kata mu? Bukan!
Ia bukan iba padaku.
Ia hanya sedang mengejek ku.
Katanya, sedari dulu
aku hanya yang selalu berusaha
untuk terus bertahan.
Tak sadar diri ini telah ringkih habis terkikis waktu.
Hingga aliran ini, tak lagi inginkan untuk jatuh.

Mau sampai kapan ragamu ringkih?
Kalau sudah mampus baru kau minta ditolong berdiri.
Hargai dirimu,
buang apa-apa yang menjadi
sampah berkedok cinta.

Raga ini memang ringkih,
karena mungkin menurut mu,
ku adalah penyair bodoh yang bertuhan pada cinta.
Tapi apa bedanya aku
denganmu, pujangga.
Sang gelandang yang rela
telanjang ditepi jalan,
berharap iba dari sang darmawan. Kau bersimpuh akan kasihnya, padahal kau tau sendiri.
Ia lebih memilih cinta yang mampu memberinya materi.

Lucu.
betapa lucunya mata awam manusia bumi melihat kebodohan hanya darisatu sudut pandang.
Materi, materi, materi.
Apalah artinya itu semua jika ragamu tak diisi dengan kasih yang nyata, bukan harta semata.
Coba tengok, ia duduk beralaskan tikar di sudut hiruk pikuk kota,
dan ia yang duduk beralaskan sofa.

Bukankah memang lucu.
Hah! Rupanya kau masih
tertidur pulas.
Bangun bodoh, bangun!
Dunia memang hanya panggung sandiwara, pentas tempat orang memainkan peran.
Semua ini memang hanya guyonan para orang orang bermateri.
Jadi apa cinta juga salah satu dari guyonan dunia?
Hingga tak bisa bedakan alas tikar atau alas sofa.

Bangun katamu?
Aku bahkan tidak tertidur.
Sayang,
matamu terbuka tapi hatimu tidak.
Perihal kecil melihat sandiwara saja tak becus!
Kalau katamu cinta itu guyonan dunia, gadisku, bukan begitu.
Cinta ya cinta,
jangan kau sangkut pautkan
dengan guyonan,
apalagi kau beri bumbu
drama materi negeri ini.


Gemerlap lampu kota ini bukankah telah membuktikan,
bahwa cinta hanya bagian kesekian dari sebuah perjalanan hidup.
Cinta hanya sekedar luapan nafsu dari orang orang berjiwa lemah.
Tunggu.
Jika kau kira ini hanya sebuah omong kosong, kau salah.
Karena sebelum ini,
aku pernah mencinta,
cinta yang begitu dalam.
Dan ternyata,
kau tau apa yang cinta lakukan padaku?
Cinta yang ku Agungkan itu ternyata hanya sampah berbangkai tikus,
ia berkhianat.
Bangsat!
Padahal aku hidup dari cintanya, bahkan saat ini jiwa ku telah mati terkubur dalam bersama cintanya.
Jadi jangan salahkan aku atas opininku.

Bicara perjalanan hidup,
ya memang cinta itu salah satunya. Tapi cinta bukan hanya sekedar luapan ego manusia,
apalagi yang lemah.
Perihal berkhianat, menurutmu, dia yang berkhianat,
atau justru kaulah yang terlampau berekspektasi?
Katakan padaku yang mana.
Aku takkan menyalahkan opinimu,
tapi ketahuilah,
ragamu butuh asupan rasa,
bukan hanya sekedar cinta,
bukan juga dengan tambahan dusta.
Berdamailah dengan semesta,
dunia pantas melihatmu bahagia.

🍍🍍🍍🍍🍍🍍

Bandung, 10 November 2018

10:44 PM

kolaborasi;

c.ayu.r & nanas biru

/left : c.ayu.r/right : nanas biru

Bertikai KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang