|Tanpa Titik Temu|
Hari itu,
kaki ini kembali berpijak pada
tanah tercinta,
maksud hati mengajakmu serius memupuk kembali rasa,
merajut kembali kisah untuk
masa depan,
ya memang tersampaikan, namun tidak untuk terus berjalanBagaimana harus kuteruskan,
bila kau saja lemah untuk memperjuangkan.
Bukankah ini menjadi tugas mu untuk membuatku tetap bertahan?
Hah!!
Rupanya, kau sama saja seperti pelari yang enggan untuk berdiriLemah katamu?
Coba ulangi kata-kata itu!
Kemana saja arah pandangmu
selama ini.
Melihatku tidak dengan hatimu,
semua cara, fakta dan cerita telah aku sampaikan padamu,
namun sepertinya hatimu telah beku, kaku,
padahal jarak hanyalah sebuah angka,
bukan sebuah pemisah pastiLemah!
Puas kau dengar kata itu?
Yang kau bagikan itu hanya cerita, bukan bukti nyata.
Sadar
Mana yang kau sebut dengan kaku, Aku?
Padahal, pikirmu yang selalu buatku seolah menjadi egois,
dan bahkan, kamu yang tak pernah mampu penuhi ekspektasiku.
Jadi, bukankah hatimu yang sudah beku dan membiru, kakuTak habis fikir,
kamu yang aku cinta telah berada di titik akhir,
Egomu saja tak dapat kau tahan,
bagaimana bisa kau coba untuk pahami hati yang lain.
Jangan egois,
coba sedetik kau ingat perjuanganku,
pengorbananku,
jika aku tak dapat penuhi ekspektasimu,
mengapa kau tak coba untuk kita sama-sama buat itu,
malah dengan bangga kau sebut aku punya ego besar,
aku persilakanmu pergi kali iniKau bilang perjuangan? Pengorbanan?
Tapi mana bisa aku tidak merasa.
Atau jangan jangan, kau berjuang untuk dirimu sendiri,
yang dengan bangganya kau atas namakan "kita"
Hah, Dasar lelaki!
Kau menyalahkan egoku,
seolah kau sempurna,
dan sekarang kau ingin pergi
begitu saja.
SialanSempurna,
sempurna kau telah jadi sosok
yang beda,
sudahlah, aku tidak mau ungkit perjuanganku,
toh kamu biarkan semua itu hanya jadi angin lalu,
aku yang pergi? tidakkah terbalik?
sudahlah, cukup
silakan pergi dengan laki-lakimu yang baru,
aku sudah tahuSiapa maksudmu?
Kau pikir, kau tahu segalanya tentangku?
Oh tidak, tuan.
Hanya terkaan yang kau agungkan pada otakmu.
Luapan amarah membuat mu bodoh,
ocehan ngalor ngidul, tapi tak ada yang mampu kau lalukan untuk buat ku tetap disini, payahSiapa lagi?
Untuk apa aku sebutkan,
kau hanya berlagak bodoh, nona.
Terkikih aku melihat amarahmu,
coba ku tanya,
untuk apa kamu masih dengan gigih aku perjuangkan sedang dalam diam hatimu telah kau buat punya cabang?
Bukan payah namanya,
tapi diriku telah kubuat menerima
apa yang kau inginkanLelah hati saling beradu pandang,
lihat, buang buang waktu saja kan?
Tapi, ya sudahlah, percuma.
Perdebatan ini memang
tanpa titik temu,
maka segera usaikan sampai disini.
Permisi tuan, Aku Pergi.🍍🍍🍍🍍🍍
Bandung, 25 november 2018
5:09 PM#CeritaBertikaikata
#requestkolaborasi;
cayur04 & nanasbiru/left: (tuan) nanasbiru
/right: (puan) cayur
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertikai Kata
Poesie[Ketika dua sudut pandang telah bercerita] Bertikai soal apa saja. Sebuah kolaborasi spontan yang dimulai 10 November 2018 oleh Cayur & nanasbiru Puisi dengan tagar #CeritaBertikaiKata dan #Request adalah ceritamu yang kami hidupkan kembali