Dumme Kerl [Tugas]

327 17 5
                                    

Ray turun dari bus tepat didepan gerbang SMA Jakarta Raya. Salah satu sekolah terkenal di Jakarta dengan fasilitas yang tergolong elite dan tidak lupa dengan murid-murid yang modis dan cerdas. Tapi Ray tidak peduli dengan elite atau apapun. Sejujurnya Ray tidak mau sekolah disini kalau bukan permintaan ibunya.

Ray melangkahkan kakinya ke kelas yang menurutnya akan menjadi kelas tersuram. Kenapa? Karena ada satu orang perempuan dikelasnya yang termasuk cewek fashionable dan cerewet. Ray yakin hari-harinya akan dipenuhi dengan benang kusut ditelinganya akibat ulah Azura Calantha yang tidak pernah bisa diam.

Saat melangkahkan kakinya masuk, Ray mencari namanya disetiap baris kolom kertas yang ditempel didepan pintu. Wali kelasnya adalah Ibu Federo. Dan sudah menjadi rutinitas bu Federo untuk mengatur kursi anak murid sesuai kemauannya.

Ray melengos dengan berat saat dia mengetahui bahwa dia duduk di baris nomer dua dari depan dan nomer tiga dari pintu. Ray tidak suka duduk dekat guru karena dia tidak mau dikenal oleh siapapun. Dan lebih parahnya lagi, Azura Calantha adalah teman sebangkunya.

Ray mengabsen berbagai sifat Azura Calantha. Cewek perfect dengan segala pembahasan tentang mode fashion. Memiliki clique dengan dua temannya, Lacey dan Faye. Suka mengkritik berbagai fashion dari kalangan junior sampe senior dan tidak luput juga dengan artis-artis luar negri. Azura tidak suka fashion mereka, maka berbagai macam kata kritik akan keluar dari bibirnya. Dan itu yang Ray tidak suka.

Ray duduk dikursi sebelah kiri dengan tas yang ia taruh disebelah kanan. Tiba-tiba seorang perempuan datang dengan tas bewarna hijau dipunggungnya. "Hei, tasnya dong. Gue mau duduk,"

Ray menarik tasnya lalu kembali membaca buku yang tadi belum sempat ia selesaikan.

Azura terduduk dikursinya dan melihat kearah Ray dengan tatapan bertanya. "Lo yang namanya Ray Pierre Adalardo ya?"

Ray malas menjawab dan hanya berdehem tanda ia menjawab 'iya'.

Azura tersenyum, tapi Ray masih fokus dengan apa yang ia baca. "Nama gue Azura Calantha. Anak dari-"

Ucapan Azura terpotong karena tiba-tiba Ray berdiri dari kursinya dan berjalan keluar kelas. Azura menghembuskan nafas menyesal.

Azura tahu bahwa Ray adalah seorang murid Jakarta Raya yang tidak banyak bicara dan selalu dalam keheningan. Jafar yang menceritakan tentang Ray padanya. Jafar adalah teman satu eksul Ray dan salah satu yang kontra dengan Ray. Menurut Jafar, Ray adalah cowok freak. Bagaimana mungkin seorang remaja menghabiskan waktunya hanya dalam keheningan dan buku tidak jelas. Walaupun begitu, Azura tetap punya rasa ingin dekat dengan Ray. Bahkan Azura sampai membujuk bu Federo untuk menempatkan Ray menjadi teman sebangkunya. Azura hanya ingin tahu bagaimana kegiatan Ray yang berbeda dari yang anak remaja lainnya. Azura hanya ingin tahu arti tatapan mengintimidasinya Ray.

"Sabar. Zura pasti bisa!" gumam Azura pada dirinya sendiri.

------

Azura menengok kearah Ray, "Jadi kita ngerjain tugasnya kapan Ray?"

Ya, baru saja bu Federo memberi tugas yang harus dikerjakan berpasangan dan bu Federo menempatkan pasangan setiap bangku saja.

"Gue aja yang ngerjain. Lo yang ngasih ke bu Federo." jawab Ray cuek sambil memasukkan buku tulisnya kedalam tas.

Azura mengkatupkan mulutnya, "Apa? Tapikan ini tugas kelompok,"

"Gue ketuanya, suka-suka gue," jawab Ray sambil berdiri dan bersiap untuk keluar dari kelas.

Azura mengejar Ray dan berjalan menyamakan langkahnya dengan langkah Ray.

"Kenapa sih lo, Ray? Inikan tugas-" ucapan Azura lagi-lagi terpotong karena Ray tiba-tiba saja memberhentikan langkahnya dan memutar badannya agar menghadap kearah Azura.

Ray menatap Azura dengan tatapan mengintimidasi dan,

"Azura!" panggil seseorang lebih tepatnya Jafar.

Jafar mendekati Azura, sedangkan Azura menatap Jafar dengan pandangan seolah berkata-mau-apa-lo. Jafar malah cengengesan. Tanpa Jafar dan Azura sadari, Ray pergi menjauhi mereka berdua dan berjalan keluar gerbang sekolah.

Ray berjalan kearah pertigaan yang tidak jauh dari Jakarta Raya. Disana sudah terparkir sebuah mobil dan Ray langsung memasuki mobil itu.

"Udah makan pak?" tanya Ray pada supir keluarganya sambil membuka seragam sekolahnya.

"Belum mas Ray," jawab Pak Jandi.

Ray memakai kemeja yang sudah disiapkan dijok belakang mobilnya. Tidak lupa dengan celana dan jasnya pula. "Yaudah kita ke tempat makan biasa aja ya pak. Ray juga belum makan," kata Ray.

Pak Jandi mengangguk lalu menyalakan mesin dan mengemudikan mobil ke Restoran milik ibu Ray didaerah Jakarta Selatan.

------

"Jadi itu hasil presentase keuntungan kita untuk bulan ini. Terimakasih dan proposal desain terbaru akan diantarkan oleh Pak Aldrin besok siang." ucap Ray sebagai penutup rapat sore ini dengan beberapa cabang di Indonesia.

Semua orang yang mengikuti rapat ini berdiri dan menjabat tangan Ray dengan bangga. Beberapa orang berkata, "Calon CEO dengan kecerdasan luar biasa. Keturunan sang ayah,"

Ray mengendorkan dasi yang melekat dilehernya setelah semua orang keluar dari ruang rapat dan meninggalkan ia dan pak Aldrin. "Pak Aldrin boleh pulang sekarang. Maaf saya terlambat rapat,"

Pak Aldrin menepuk bahu Ray, "Pertahankan nak. Sekalipun anda tahu bahwa tidak selamanya kita akan selalu diatas."

Ray mengangguk dan menyenderkan kepalanya dikursi. Terdengar suara pintu yang tertutup. Ia tahu pak Aldrin sudah keluar dari ruangan.

Ray tiba-tiba saja memikirkan penyebab keterlambatannya tadi. Seorang perempuan hendak menyebrang dalam kondisi kendaraan yang tengah melaju dengan cepat. Pak Jandi hampir saja menabraknya. Dan ternyata perempuan itu adalah Azura. Untung saja Ray belum sempat keluar dari mobilnya.

Cling.

Message.

From: Ibu

Ray. Makan malam dirumah ya. Mama sudah siapkan sesuatu buat kamu. Dan, ayah barusan telfon. Dia akan sedikit lebih lama di Australia.

Ray mengangguk. Dia tahu apa arti dari perkataan ibunya bahwa ayah akan lebih lama berada di Australia. Ray harus menghandle semua cabang perusahaan di Indonesia.

Sebenarnya Ray sudah terbiasa dengan pekerjaannya sebagai pengganti sang ayah. Bahkan dia merasa lebih senang dikantor ketimbang disekolah.

------

Faye hampir saja menyemburkan orange juice di mulutnya saat mendengar bahwa Azura berkunjung kerumah bu Federo untuk mengadu tentang Ray yang tidak mau mengerjakan tugas bersama. Sedangkan Lacey malah tertawa mendengar bahwa sepulang dari rumah bu Federo dia harus menyebrang jalan karena dia memang kerumah bu Federo dengan taksi. Azura sama sekali bodoh dalam menyebrang jalan. Lacey dan Faye tertawa saat tahu Azura hampir tertabrak mobil.

"Kenapa lo gak minta bantuin siapa kek gitu?" kata Lacey beropini.

Azura menggelengkan kepalanya, "Gak ada orang yang mau nyebrang,"

Lacey dan Faye tertawa lagi. Selama 16 tahun Azura hidup, bisa dihitung dengan jari berapa kali Azura menyebrang jalan. Itulah kelemahan Azura. Menyebrang jalan.

Kring. Kring. Kring.

Bel masuk kelas berbunyi.

Faye, Lacey dan Azura berdiri dari kursinya dan berjalan meninggalkan kantin.

Azura memasuki kelas dan duduk dikursinya. Ray tidak berkutik sedikitpun.

Semoga bu Federo berhasil. Batin Azura.

******

A.N

Thanks readers!

Jangan lupa vote, kritik dan saran ya.

Maaf kalau ada typo. Manusia gak ada yang sempurna kan? ^^

16 Agustus 2014

17.31 WIB

Stupid GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang