Ray terlihat fokus dengan stir mobil yang sedari tadi dia putar ke kanan dan ke kiri. Sedangkan seseorang disebelahnya tertidur setelah mobil yang dikendarai Ray masuk kedalam tol.
Jam menunjukkan pukul 11.00. Ray melihat kearah Azura yang mungkin tengah berada didalam mimpinya. Ray-pun membelokkan mobilnya ke sebuah resto bergaya sunda.
Ray melihat kembali kearah Azura dan sebuah keisengan muncul dibenaknya. Dia memencet hidung Azura yang membuat Azura tidak bisa bernafas.
Azura yang merasa tidak nyaman langsung membuka matanya dan melihat sebuah tangan tengah menjepit hidungnya.
Azura membulatkan matanya dan memukul tangan Ray dengan keras. Ray justru makin keras menjepit hidung Azura dan menariknya.
"Raaaaaaayyyyyyy!!!!"
"Hahahahahahahahaha,"
"Sakit oon lo!"
Ray masih tertawa dengan keras sedangkan Azura sedang bersungut-sungut sambil memegang hidungnya yang memerah.
Ray mengacak rambut Azura kasar, "Makanya jangan tidur mulu. Buruan keluar. Gue tau lo laper,"
Azura menatap Ray kesal, "Kata siapa gue laper?"
Ray membuka pintu mobilnya, "Perlu gue ceritain gimana perut lo bunyi-bunyi kayak gak pernah makan seminggu?"
Azura menarik nafas. Tercekat. Pikiran Azura melayang-layang dengan penjelasan Ray barusan.
Malu-maluin dong. Batin Azura.
Tok! Tok!
Kaca mobil bagian Azura diketok Ray dari luar. Azura membuka pintu mobil dan berjalan mengikuti Ray masuk kedalam resto sambil tetap memegang hidungnya yang memerah.
------
"Ih hidung lo malu-maluin. Tutupin pake masker kek gitu," ucap Ray setelah kembali mengendarai mobilnya.
Azura menatap Ray seolah ingin mencincang manusia tidak tahu diri disebelahnya ini. "Ini juga gara-gara lo!"
Ray tertawa pelan.
Azura menatap Ray yang sedang tersenyum. "Jadi sebenernya lo bisa senyum ya Ray?"
Ray memutar wajah Azura yang menatap Ray agar menghadap kedepan.
Tetapi Azura kembali melihat Ray dan tersenyum.
"Gausah senyum-senyum," kata Ray dingin.
Azura menghembuskan nafasnya dan langsung menempelkan punggungnya pada sandaran kursi mobil. "Yah galak lagi,"
Ray tersenyum didalam hatinya. Tiba-tiba handphone disakunya berbunyi. Tertera nama Ibu di layar.
Ray menyentuh dial answer dan langsung menempelkan handphone ke telinganya.
"Ya halo?"
"Pulang sekarang Ray. Design mobil kamu dijiplak perusahaan milik Joy,"
"Apa?!"
Ray langsung menge-rem mobilnya.
"Pak Jandi yang barusan bilang sama mama. Kamu pulang sekarang. Papa gak bisa ngurus ini. Kamu tahukan kalo sampe papa tahu, sakit jantungnya bisa kumat."
Diseberang sana, Daisy-Mama Ray-berjalan mondar-mandir diruang keluarga karena panik.
Design yang dibuat Ray ini sesungguhnya akan menjadi design mobil yang paling berbeda dari mobil-mobil yang lain. Apalagi pembuatannya yang menghabiskan biaya besar. Mobil dengan gaya khas ini akan diluncurkan ke berbagai negara di Asia sebagai mobil yang limited.
Tapi apadaya, Ray kecolongan. Perusahaan milik Joy-musuh besar ayah Ray-sudah lebih dulu meluncurkan mobil design yang sangat mirip dengan milik Ray.
"Ray segera pulang," ucap Ray kemudian mematikan telfonnya. Ray langsung memutar balik mobilnya dan menancap gas kekuatan penuh.
Azura mencengkram kuat jok mobil Ray. Jantungnya berdegup dengan kencang akibat ulah Ray yang tiba-tiba saja berperilaku aneh setelah mendapat telfon dari seseorang.
Azura menarik nafas, "Ray lo ngapain sih. Gausah ngebut-ngebut."
Ray diam tidak menanggapi perkataan Azura. Pikirannya melayang -layang. Tidak mungkin design pribadinya bisa keluar begitu saja. Pasti ada seseorang yang mengkhianatinya. Ray menerka-nerka siapa orang yang berani bermain-main dengannya.
Dalam waktu satu jam, Ray sudah sampai didepan rumah Azura.
Azura menarik nafas dalam-dalam lalu menelan ludahnya. "Lo gila. Lo mau gue mati?!"
"Turun buruan," ucap Ray dingin.
Azura menatap Ray tidak percaya, "Maksud lo apa? Nerima telfon, terus langsung balik tiba-tiba. Jadi gini cara lo memperlakukan cewek? Lo gak akan pernah bisa dapetin cewek yang bener-bener sayang sama lo kalo kayak gini caranya."
"Gue gak perduli," ucap Ray.
"Gila. Lo gila!" maki Azura.
Ray menatap Azura dengan tatapan sinis, "Lo juga. Gak bakalan dapetin cowok yang bener-bener sayang sama lo kalo lo gak pernah mau cari tahu alasannya,"
Azufa terbelalak, "Maksud lo?"
"Turun sekarang!" usir Ray.
"Lo ngusir gue?"
Ray menarik nafas dan menghembuskannya pelan. "Azura please berhenti sampe sini. Gue gak mau lo terjebak dengan kesulitan yang bakalan terus gue hadapi,"
Azura menatap Ray sendu dan melayangkan tangannya untuk menggenggam tangan Ray lembut. "Ray. Dibalik kesulitan selalu tersembunyi kebahagiaan yang berlimpah. Lo cuma perlu seseorang yang selalu siap sedia kapanpun dimanapun,"
Azura menatap Ray meyakinkan, "Dan gue mau mencoba untuk menjadi seseorang itu,"
Ray menatap Azura mencari kebohongan dimatanya. Tapi yang Ray temukan hanya kesungguhan, keberanian dan ketulusan.
Ray melepaskan genggaman Azura ditangannya, "Thanks, tapi jangan terlalu berharap sama gue,"
Pedang tajam menghunus jantung Azura. Bagaikan terlempar dari ujung tanduk dan jatuh tepat diribuan pohon kaktus.
Azura tersenyum dan keluar dari mobil Ray. "Setidaknya gue udah mencoba kan?"
"Dan gue juga bakalan mencoba. Tapi cuma waktu yang bisa menjawabnya," jawab Ray.
Azura menutup pintu mobil Ray dan berlari masuk kedalam rumahnya. Igna yang sedang duduk menonton televisi terheran melihat anaknya yang baru saja pulang dan langsung masuk kedalam kamarnya.
Igna melihat kearah jendela. Terlihat mobil sport milik Ray masih terparkir didepan gerbang.
"Loh? Itukan.." Igna tampak berfikir. Dia memicingkan matanya agar melihat dengan jelas banner yang tertera di mobil Ray.
"Itukan mobil pribadi milik keluarga Adalardo. Perusahaan mobil yang terkenal didunia," gumam Igna.
Igna langsung terbelalak, "Jangan-jangan Ray itu anak Felix Adalardo si CEO terkenal. Jangan-jangan Ray itu calon pewaris perusahaan mobil Adalardo yang sekarang sudah mengambil alih perusahaan di Indonesia." Igna berpikir bahwa ia harus mencari tahu semua ini.
Igna memang dulu sempat menjadi artis dari iklan mobil perusahaan Adalardo. Tetapi dia sama sekali belum pernah bertemu dengan seseorang yang merekrutnya. Managernya bilang bahwa anak emas sekaligus anak CEO yang memilihnya langsung.
Igna mengambil handphone dan mendial nomer managernya.
******
A.N
Weeessss konflik udah muncul sedikit-sedikit. Kemungkinan cuma sampe 10 part nih. Keep reading guys.
Saran dan kritik berlaku. Thankyou!
26 Agustus 2014
08.50 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Guy
Short StoryRay Pierre Adalardo yang berarti Raja Petter yang mulia adalah nama yang diberikan untuknya tepat saat persalinan ibunya di Perancis 17 tahun yang lalu. My first short story!