Ray mengendorkan dasi setelah ia sampai diruang kerja ayahnya. Ray menghembuskan nafas berat, dan menyenderkan kepalanya di sandaran kursi besar milik ayahnya. Dia hampir memejamkan matanya sesaat sebelum dering ponselnya berbunyi.
Ray menyentuh dial answer di handphonenya.
"Ya halo?"
"Ray dimana? Udah jam empat nih,"
Ray mengerutkan dahinya, "Siapa nih?"
"Mishka Mishka!"
"Mishka siapa lagi? Gue gak kenal sama Mishka."
"Ih Ray!! Gue Azura. Lupa sama undangan nyokap gue?"
"Ma-"
Belum sempat Ray menjawab, omongannya sudah dipotong.
"Nak Ray! Ini tante. Dateng secepatnya ya. Harus. Bye,"
Klik.
Telfon tertutup begitu saja. Ray menghembuskan nafas berat dan berjalan dengan gontai keluar ruangannya.
Anak sama emak sama aja. Batin Ray.
------
Azura berlenggak diatas catwalk dengan dress peach memanjang dibagian belakangnya. Rambutnya yang disanggul membuat leher jenjangnya terlihat. Sepatu kaca yang ia pakai membuat catwalk sedikit berdecit setiap Azura sedang memutar badannnya atau sedang berjalan.
"Azura cantik ya Ray," ucap seseorang yang duduk disebelah Ray. Ignathia.
Ray memutar bola matanya dan menjawab dengan malas gumam-an ibunya Azura, "Iya."
Padahal sedari tadi, Ray sama sekali tidak melihat kearah Azura. Ray terlihat biasa saja dengan gaun ataupun dress yang dipakai Azura. Menurutnya, apapun yang dikenakan Azura tidak ada bedanya. Dia tetap seorang perempuan pengkritik dan, cerewet.
Igna tersenyum, "Azura suka cerita tentang kamu loh,"
Ray terdiam tiba-tiba karena dua hal yang terjadi secara bersamaan. Azura yang melihat Ray tepat saat Ray juga sedang melihatnya dan tersenyum manis ditambah dengan ucapan Igna barusan.
"Azura bilang, kamu itu beda dari cowok yang lain. Dia pengen banget deket sama kamu, tapi kamu sama sekali gak ngasih kesempatan buat dia." jelas Igna.
Telinga Ray memanas. Bukan karena tidak suka penjelasan Igna, tapi sesuatu didalam dirinya seperti hendak keluar. Layaknya capung yang ingin terbang karena hari yang menjelang sore.
Semua orang bertepuk tangan dengan kagum dengan peragaan busana terbaru dari Igna dan Azura. Pembawa acara-pun mengatakan bahwa acara telah selesai dan berterimakasih kepada para hadirin.
Igna pergi meninggalkan Ray menuju client nya serta teman-temannya yang sudah menunggu sambil terkagum.
Tiba-tiba seseorang menutup kedua mata Ray dengan tangannya. Ray menarik tangan itu hingga terlepas dan munculah wajah Azura yang masih terhias make-up tipis sambil mengurai senyumnya.
"Gimana?" tanya Azura.
"Apanya?" tanya balik Ray.
Azura mengambil posisi duduk disebelah Ray, "Yang tadi. Bagus kan desain nyokap gue,"
Kalo desain mobil baru gue suka. Batin Ray.
"Terserah lo," jawab Ray malas.
Azura memajukan sedikit bibirnya kesal.
Ray berdiri dari kursinya dan berjalan keluar gedung. Lebih tepatnya ke parkiran. Azura mengikuti Ray dari belakang.
"Ngapain lo masuk mobil gue?" tanya Ray yang kaget saat melihat Azura yang sudah masuk kedalam mobilnya sesaat setelah Ray masuk.
Azura tersenyum lagi, "Anterin pulang ya. Nyokap kan lagi bercengkrama ria,"
"No! Sana keluar buruan," usir Ray.
Azura memainkan wajahnya dan berpose seperti bayi yang hendak menangis.
"Huaaaaaaa.. Ray ko' jahat banget jadi cowok sih," teriak Azura didalam mobil Ray.
Ray membulatkan matanya dan menutup mulut Azura rapat-rapat dengan tangannya.
"Diem lo, berisik!" ucap Ray masih dengan menutup mulut Azura dengan tangannya.
Dalam diam, Azura menyunggingkan senyumannya. Tanpa sengaja pula, Ray melihat kearah Azura.
Ray memerhatikan mata hitam milik Azura dengan teliti. Sedangkan Azura berkata dalam hati, Akhirnya gue bisa deket sama lo juga Ray.
Sekejap mata, Ray langsung melepaskan tangannya dari mulut Azura dan kembali keposisi semula. Menyalakan mesin dan menjalankannya keluar gedung acara.
Di perjalanan, Azura menggumamkan lagu dengan bahagianya sambil melihat kearah luar jendela. Dan tanpa sepengetahuan Azura, Ray tersenyum akan itu.
Dalam hati, Azura bahagia akan kedekatannya dengan Ray. Menurutnya, semua rencana yang ia susun agar dekat dan mengetahui semua kegiatan anak hipster ini akan segera berhasil. Tapi tanpa ia ketahui, sebenarnya sebuah perasaan lebih dari rencananya itu tumbuh. Sebuah perasaan yang selalu ingin berada didekat Ray muncul jauh didalam lubuk hatinya.
------
Ray membolak-balikkan buku dan menata kacamata bulatnya yang sedikit melorot. Azura yang baru saja datang langsung menempelkan bokongnya dikursi sebelah Ray.
"Ray, kenapa penampilannya gak kayak kemarin aja sih?" bisik Azura.
Ray membalikkan halaman bukunya, "Bukan urusan lo juga,"
Azura mendengus kesal. Tapi ucapan Ray tidak membuatnya gentar. Ia terus bertanya alasan Ray tampil seperti anak culun disekolah sedangkan diluar sekolah ia tampak beda. Apalagi kemarin Ray menggunakan kemeja dan dasi dilehernya.
"Kemarin kayak orang kantoran. Sekarang kayak anak super duper culun," bisik Azura.
Ray menatap Azura dengan tenang, "Mendingan lo ganti baju sekarang. Abis ini pelajaran olahraga. Lupa?"
Azura menepuk dahinya, "Oiya lupa!"
Azura langsung berlari keluar kelas, tetapi tiba-tiba ia masuk lagi kedalam kelas.
"Bajunya ditas. Lupa," gumam Azura kemudian mengambil bajunya didalam tas dan keluar kelas lagi.
Ray tersenyum atas kebodohan Azura.
Pengkritik, cerewet dan nambah satu lagi. Ceroboh. Batin Ray diselingi tertawaan dalam hati.
******
A.N
Aishhh><
Thanks readers. Lagi semangat nih.
Janji Cherry bakalan lanjut tapi sabar ya. Votes comment jangan lupa. Kritik + Saran + Koreksi berlaku.
Salam Dumme Kerl!
20 Agustus 2014
09.20 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Guy
Short StoryRay Pierre Adalardo yang berarti Raja Petter yang mulia adalah nama yang diberikan untuknya tepat saat persalinan ibunya di Perancis 17 tahun yang lalu. My first short story!