Dumme Kerl [Misteri]

174 16 0
                                    

Rahang Ray mengeras sambil berjalan keruang rapat. Beberapa jam yang lalu, ia mendapat telfon dari Om Nardo bahwa anaknya sudah memancing pengkhianat yang menyebar dokumen pribadi berisi desain terbaru mobilnya itu keluar. Bahkan sampai merekam pengakuan orang itu.

Karena berjalan dengan tergesa-gesa, Ray menabrak seorang perempuan yang masih memakai seragam sekolah hingga terjatuh. Perempuan itu tidak mendumel seperti perempuan lainnya. Ia berdiri dan langsung membenahi rok kotak-kotaknya. Saat perempuan itu hendak pergi, Ray menahan lengannya. Otomatis perempuan itu menoleh ke Ray.

Ray memperhatikan gadis dengan mata biru dihadapannya. Rambutnya yang lurus dan hitam pekat menutupi sebagian wajahnya karena Ray tiba-tiba menahan lengannya yang membuat perempuan itu langsung menoleh.

Bukan karena terpana, tapi Ray bingung. Untuk apa perempuan yang masih berseragam sekolah datang kekantornya. Apalagi bisa sampai ada di lantai khusus rapat ini.

Perempuan itu terdiam dan membenahi tasnya sambil menatap Ray bingung.

"Waeyo?" tanya perempuan itu dengan logat korea.

Ray mengerti sedikit bahasa korea karena ayahnya sempat mengajak Ray ke Korea beberapa minggu.

"Nothing. You are from Korean orㅡ?" jawab Ray dan bertanya lagi.

"Enggak sih. Cuma suka bahasa Korea aja," jawab perempuan itu.

Ray melepas genggamannya dilengan perempuan itu. "Ngapain anak yang masih berseragam sekolah kesini?"

Perempuan itu tergagap. "Eng... Enggak,"

Ray menatap misterius.

Perempuan itu berbalik tapi Ray menahannya lagi. "What is your name?"

Perempuan itu tetap diam dan tampak bingung. Ray melihat ke pin nama yang bertengger didada kirinya.

"Ariana Rush," gumam Ray. Lebih tepatnya seperti bertanya.

Perempuan itu mengangguk pelan kemudian menepis tangan Ray dan langsung masuk kedalam lift.

"Aneh," gumam Ray.

Oiya! Batin Ray. Teringat akan tujuannya kesini, Ray langsung berjalan masuk keruang rapat. Membuka knop pintu.

Didalam ruang rapat sudah ada om Nardo, Pak Jandi, Karyawan dan juga seorang laki-laki yang wajahnya ditutupi oleh kantung hitam. Ray yakin bahwa laki-laki itu pelakunya.

"Jangan tergesa-gesa," kata om Nardo.

Ray menghembuskan nafasnya perlahan. Berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Ray berjalan dan duduk dikursi milikㅡAyahㅡnya. Ray menatap tajam kearah laki-laki dengan wajah ditutupi itu sedang duduk dan tangan yang diikat kebelakang.

"Buka," perintah Ray.

Om Nardo tahu bahwa anak sahabatnya ini sudah sangat tidak sabar. Om Nardo menarik penutup wajah laki-laki itu.

Ray menggertak giginya. Emosi naik hingga ubun-ubun. Bagaimana mungkin orang yang ia percaya ternyata pengkhianat terbesarnya.

"Pak Aldrin," ujar para karyawan yang juga tidak percaya.

"Om sudah bisa tebak sejak pertama kali bertemu Aldrin setahun lalu." ujar om Nardo.

Buk!

Tanpa sadar Ray sudah melayangkan bogem mentahnya tepat dirahang pak Aldrin. Darah segar keluar dari mulutnya.

Karyawan lain terkejut. Begitupun dengan pak Jandi. Om Nardo biasa saja karena sudah tahu apa yang akan dilakukan Ray.

Buk!

Stupid GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang