Azura melenggangkan kedua tangan di pinggangnya. Dia kesal dengan apa yang dibuat Mathilda dengan make-up diwajahnya.
Setelah berganti seragam putihnya dengan baju olahraga, Azura keluar dari kamar mandi dan berjalan masuk kedalam kelas. Menaruh seragam putih dan rok kotak-kotak birunya didalam tas lalu berjalan ke lapangan out-door.
Baru melangkahkan satu kakinya kedalam lapangan, Azura langsung berjalan cepat menuju tempat Mathilda dan temannya berkumpul.
Azura menatap Mathilda dengan tatapan kesal. Mathilda menatap kekesalan Azura dengan tenang.
"Gak pantes pake make-up kayak gitu di pelajaran olahraga!" tegas Azura.
Mathilda tersenyum tenang, "Kenapa? Suka-suka gue lah. Lagipula ada aturan gak boleh berias?"
Memang disekolah ini tidak ada aturan tidak boleh merias diri, tapi tetap saja dengan syarat tidak boleh berlebihan.
Azura memicingkan matanya, "Lo termasuk golongan famous disekolah tapi gak tau fashion?"
Mathilda membulatkan matanya, "Eh! Jangan mentang-mentang lo anak seorang model plus designer jadi bisa seenaknya ya!"
"Gue cuma gak suka lo pake eyeshadow warna biru dan soflents hijau begitu. Terus apaan tuh pipi merah kayak tomat. Bahkan merahnya tomat pun kalah. Alas bedak lo juga gak cocok sama kulit lo. Keliatan banget gak tahu perpaduan warna fashion,"
Ray yang duduk tidak jauh dari tempat Azura dan Mathilda bertengkar langsung berdiri, melepas kacamatanya dan mengambil bola basket lalu bergabung dengan teman-temannya. Sebenarnya Ray tahu kalau Azura pasti tidak akan bisa berhenti mengkritik Mathilda yang memang terlalu percaya diri dengan apa yang dia pakai.
Konser Azura mulai lagi nih. Batin Ray.
Ray mengambil bola basket dari tangan lawannya dan mengoper ke temannya. Begitu seterusnya. Tatapan Ray tidak sengaja melihat kearah Azura yang sedang berdiri diantara teman-teman Mathilda yang memberikan tatapan membunuh. Ray tersenyum miring.
Azura tetap penuh dengan segala pendiriannya tentang Mathilda yang tidak bisa menyatu padukan segala benda yang melekat ditubuhnya. Padahal saat ini Mathilda dan teman-temannya sudah memberikan tatapan seperti ingin menerkam.
Seperti itulah Azura kalau benar-benar sudah tidak suka dengan suatu hal. Apalagi pendiriannya yang sangat kuat bahwa fashion atau mode itu bukan mainan yang seenaknya bisa dipakai tanpa tahu aturan.
Ray menerima bola basket pemberian Naldo lalu melemparkan bola basket dan-.
"Aw!" teriak Azura lalu terhuyung dan ambruk saat itu juga.
Ray menghembuskan nafas berat, Salah sasaran.
Sebenarnya Ray ingin melemparkan bola basket itu kearah Mathilda, tapi tanpa disangka malah mengenai Azura. Dengan sedikit menggaruk kepala belakangnya, Ray berjalan cepat menghampiri Azura yang sudah ambruk.
Pandangan Azura berubah menjadi gelap setelah bola basket itu mengenai kepalanya. Sebelum benar-benar menutup matanya, Azura mendengar seseorang berkata, "Bego sih," dan mengangkat tubuhnya.
------
Cahaya terang masuk kedalam mata Azura. Semakin lama semakin banyak dan kini mata Azura sudah terbuka lebar. Azura memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing sambil menerka-nerka ia sedang berada dimana.
Segelas air putih hadir tepat didepan mata Azura dan Azura langsung mengikuti sang empunya tangan.
"Di UKS ko, bukan dirumah sakit," ucap Ray seolah tahu apa yang ada dipikiran Azura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Guy
Short StoryRay Pierre Adalardo yang berarti Raja Petter yang mulia adalah nama yang diberikan untuknya tepat saat persalinan ibunya di Perancis 17 tahun yang lalu. My first short story!