Ray menutup pintu kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga. Ibunya yang sedang menonton tv diruang tengah merasakan kehadiran putranya langsung menengok kearah Ray. "Kamu mau kemana Ray?"
Ray menghampiri ibunya dan mengecup punggung tangan ibunya, "Ma, bilang pak Aldrin kalo Ray kekantor agak sorean. Mau ngerjain tugas,"
Ibunya mengerutkan dahi, "Biasanya kamu ngerjain tugas sendiri sekalipun tugas kelompok,"
"Kali ini temen satu kelompok Ray cerewetnya super parah. Dah. See you mom," kata Ray kemudian berjalan keluar pintu utama.
Sebuah mobil kesayangan Ray sudah disiapkan. Ray memasuki mobilnya.
"Masih hidup aja ni mobil," gumam Ray. Mobil ini adalah mobil pemberian ayahnya saat ia berumur 13 tahun. Berhubung umur Ray masih tergolong kecil, maka mobil ini dibiarkan digarasi. Dua tahun yang lalu baru Ray berani mengendarai mobil bergaya klasik namun hebat soal lapangan ini. Pertama kali Ray menggunakannya pun langsung dikendarainya di sirkuit balapan dengan ayahnya.
Ray menancap gas dan mengendarai mobilnya menuju rumah Azura. Ray sangat malas sebenarnya, tapi kemarin bu Federo mengomeli Ray habis-habisan karena sikap Ray yang mengerjakan tugas kelompok sendirian. Dan mau tidak mau, Ray mengikuti apa kata bu Federo untuk mengerjakan tugas bersama Azura. Ray hampir saja meninju Azura yang sangat membuatnya sial. Dia bahkan meng-cancel meetingnya dengan client luar negri hanya karena sifat manja Azura yang keterlaluan. Ray tidak habis fikir dengan sikap Azura yang ingin tahu sekali tentangnya.
Ray sudah tiba didepan rumah Azura. Cat putih yang mendominasi rumah ini sangat memancarkan sifat ibu Azura yang disebut sebagai 'Bintang Kamera'. Ibu Azura adalah seorang model dan designer terkenal di Indonesia dan Australia. Oleh karena itu Azura memiliki sifat turunan ibunya tentang fashion.
Ray ingat sekali dengan kehebohan yang Azura lakukan dikantin sekolah saat masih kelas sepuluh. Dengan bermodal bibirnya yang pedas, Azura mengkritik habis-habisan murid kelas duabelas tentang apa yang ia kenakan. Ray bahkan masih ingat apa yang Azura katakan waktu itu.
Seumuran kakak itu gak pantes pake lipstick warna gelap. Pake lipgloss biar lebih fresh. Pakai lipstick gelap juga ada aturan tempat. Satu lagi kak, gelang dan sepatu yang kakak pakai itu sama sekali gak menyatu padu sama baju setengah acak yang kakak pake. Kakak gak tau trend atau fashion ya? Kalo gak tau fashion lebih baik gak usah membuat fashion aneh dengan melabrak-labrakan berbagai warna dan bentuk.
Dan setelah itu Azura langsung terkenal sebagai 'Pengkritik fashion' di SMA Jakarta Raya.
Tiba-tiba pintu rumah Azura terbuka sebelum Ray mengetuknya.
Azura memasang senyum paling indahnya saat membuka pintu dan terlihat Ray berdiri didepan rumahnya.
Azura melihat Ray dengan tatapan tidak percaya. Memang gaya berpakaian Ray yang disekolah sangat berbeda dengan Ray yang saat ini dia lihat. Tanpa Harry Potter glasses tentunya. Azura melihat dengan jelas warna mata coklat Ray.
Ini gak salah liat. Batin Azura.
"Lo kayak macan mau nerkam kelinci." ucap Ray acuh.
Azura mengerjap, "Jadi selama ini lo kelinci?"
"Jadi mau tetep disini atau gue balik?"
Azura melebarkan pintu tanda mempersilahkan Ray untuk masuk.
Ray langsung duduk disofa dan membuka laptop Azura yang sudah disiapkan diatas meja. Azura mendekati Ray dan duduk dikarpet sela antara meja dan sofa yang diduduki Ray.
Ray sibuk mengerjakan tugas sedangkan Azura malah tertawa melihat kartun Masha and Bear.
"Mishka Mishka!" ucap Azura menirukan suara Masha.
Bocah. Batin Ray sambil menggelengkan kepalanya.
Azura berdiri dengan tiba-tiba, "Mau minum apa Ray?"
Ray mengibaskan tangannya tanda dia berkata-terserah-lo-aja. Azura pun mengangguk dan berjalan kedapur.
Ray melanjutkan menekan berbagai tuts huruf di keyboard laptop milik Azura. Tanpa sengaja Ray menutup jendela Microsoft dan entah Ray mengklik apa, munculah file dokumen Azura. Didalam dokumen itu ada berbagai macam foto Azura saat berada diatas catwalk dari mulai ia masih kecil sampai sekarang. Ray sedikit menyunggingkan senyumnya saat melihat foto Azura saat masih kecil yang memakai gaun pengantin dengan sepatu yang kebesaran. Disitu Azura terlihat sangat nyaman dengan pakaiannya. Di foto-foto selanjutnya, Ray melihat berbagai gaya milik Azura.
"Yang itu waktu di Aussie," ucap Azura tiba-tiba membuat Ray kaget.
Azura meletakkan sebuah gelas berisi jus tomat dimeja dan langsung duduk tepat disebelah Ray.
Azura menekan tombol anak panah ke kanan tanda next. Terlihatlah sebuah foto Azura yang bergaya sedikit menunduk dan memasang jari telunjuk dan jari tengah membentuk V disebelah pipinya.
"Yang ini desain punya gue. Lucu ya, dibagian bahunya ada renda-renda. Dibagian bawah dressnya juga ada renda-renda warna biru laut. Dibagian pinggangnya gue kasih berbagai jenis kerang kecil gitu. Ini desain pertama gue dan dress ini yang paling gue suka," jelas Azura.
Ray diam memutar bola matanya. "Terus apa untungnya buat gue?"
Azura melihat kearah Ray dengan tatapan menggoda, "Terus ngapain liat-liat dokumen gue, heum?"
Ray mengalihkan pandangannya dan meminum jus tomat dengan tergesa-gesa. Azura yang melihat itu langsung tertawa dan memukul bahu Ray pelan.
Tiba-tiba seorang perempuan datang dengan dress berwarna. Dia adalah ibu dari Azura Calantha, Ignatia Allona.
Ray langsung berdiri meraih tangan Igna dan mencium punggung tangannya. "Ray Pierre Adalardo, temen kelasnya Azura,"
"Oh ini yang namanya Ray," gumam Igna.
Ray memicingkan matanya.
Igna tersenyum lembut, "Azura suka cerita tentang sikacamata harry potter."
"Katanya sikacamata itu jarang ngomong, cuek dan- Aw!" Penjelasan Igna terhenti saat lengannya dicubit oleh Azura.
"Mama gausah cerita bagian itu," bisik Azura pada mamanya. Tapi Ray bisa mendengar bisikan itu.
Ray melihat jam ditangannya, 12.45. "Yaudah tante, Ray pulang dulu ya. Udah jam satu. Ray ada yang harus dikerjain lagi," ungkap Ray.
Azura mengerutkan dahi, "Tugasnya kan belum selesai,"
"Nanti gue yang selesai-in." jawab Ray.
Azura memajukan sedikit bibirnya tanda bahwa ia kesal. Igna yang mengetahui perubahan wajah anaknya langsung melancarkan aksinya.
"Kamu dateng ya ke launching perdana desain terbaru tante besok sore. Ini tiketnya. Azura yang jadi modelnya loh. Kamu tamu spesial untuk besok. Jadi harus dateng ya," kata Igna.
Ray menggerutu sebal didalam hatinya. Dengan tidak memperlihatkan kekesalannya, Ray menerima tiket pemberian Igna dengan setengah hati.
"Kemungkinan Ray dateng. Kalo Ray boleh usul, lebih baik tante yang jadi modelnya. Yaudah, permisi tante. Ray pulang dulu," pamit Ray.
Azura mencak-mencak mendengar perkataan Ray. Tapi tidak lama setelah itu dia tersenyum.
"Akhirnya aku bisa denger suara dia lebih banyak dari yang anak lain tau." ucap Azura setelah Ray hilang dari balik pintu utama.
Igna tersenyum mendengar pengungkapan anaknya. "Mama tahu sebenarnya apa yang kamu rasain sama Ray lebih dari itu, sayang,"
Azura menatap ibunya, "Maksud mama?"
Igna mencubit kedua pipi anaknya dengan gemas. Azura meronta meminta pipinya dilepaskan dari cubitan ibunya. Igna akhirnya melepaskan cubitan itu dengan terpaksa dan mengusap pelan rambut anaknya itu.
******
A.N
AAAAA-! ><
Terimakasih readers. Aku sayang kalian! Kritik dan saran berlaku dikolom comment ya. Votes jangan lupa. Salam Dumme Kerl!
18 Agustus 2014
09.00 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Guy
Short StoryRay Pierre Adalardo yang berarti Raja Petter yang mulia adalah nama yang diberikan untuknya tepat saat persalinan ibunya di Perancis 17 tahun yang lalu. My first short story!