CHAPTER 13

43 28 0
                                    

Setelah ku melalui tangga darurat untuk sampai di ruang rawat Clarisa yang cukup jauh, aku bertemu dengan sesosok laki-laki yang berbadan tegap dan memakai dasi di bajunya ternyata dia adalah ayah dari clarisa.

Akupun datang menghampiri ayah dari clarisa dan bertanya "om apakah clarisa baik-baik saja om" Lelaki itu memandangiku dan Fauziah dengan tatapan yang tajam lalu iyya bertanya kalian siapa nya clarisa.

Aku dan Fauziah pun menjawab kami adalah teman dekat clarisa sekaligus teman sekolah nya om.
"Oh iyya nak keadaan clarisa lumayan membaik dibandingkan dengan beberapa minggu lalu nak", kami bisa melihat clarisa nggak om, "silahkan saja nak".

Kami pun masuk dan melihat keadaan clarisa dengan sangat tidak tega sekaligus tidak sanggup melihatnya,aku pun dan Fauziah tidak bisa lagi menahan air mata ini untuk keluar, karna mana mungkin kami sanggup melihatnya terbaring lemah di ruangan ini dengan dililitkan sebuah selang infus di tubuhnya.

Wajahnya yang pucat, tubuhnya yang lemah terbaring di atas kasur, ingin rasanya aku saja yang mengantikannya terbaring lemas seperti ini.


Rasa Untuk Sebuah KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang