بسم ﷲ الرحمن الرحيم
Oh Allah,
Jangan biarkan kekagumanku terhadapnya melewati batas, hingga membuatku lupa, bahwa kelebihan yang dimilikinya atas kekuasan-Mu
~🌹~
Gemericik air yang turun dari langit, terus terdengar oleh telinga. Setelah sekian lama air itu tak menampakan diri ke dasar bumi, meski hanya sebentar, menyapa gersangnya tanah yang tandus.Hujan ini membuatku masuk ke dalam perangkap antara kegugupan dan kesenangan. Kenapa? Ya, karena saat hujan terus turun mengalir deras seperti ini, aku sedang dalam keadaan berdiri di lapangan, berdiri sebagai kandidat Ketua Rohis.
Senang karena menurutku, bukanlah aku yang akan terpilih, mungkin dia. Gugup karena bersanding di depan lapangan bersama dia. Dia yang saat ini aku kagumi.
Tapi, saat ini aku juga merasa takut, takut akan perasaanku terhadapnya. Aku takut jika terpilih sebagai wakil ketua dan dia sebagai ketua, yang akhirnya akan membuat hubunganku semakin dekat dengannya.
Bukankah seharusnya aku senang? Iya, tentu, tetapi aku lebih takut jika karena kedekatanku dengannya akan hadir sebuah rasa yang tak semestinya hadir, yang akhirnya menjadikanku jauh dengan sang pencipta, yang seharusnya lebih dekat. Aku takut lupa dengan sang pencipta karena terlalu memikirkan ciptaan-Nya yang padahal setiap perjumpaan pun karena-Nya.
Bukan hanya aku dan dia, yang berdiri di lapangan, tetapi ada lagi dua temanku yang juga terpilih menjadi calon kandidat Ketua Rohis.
Mungkin karena keaktifanku dalam organisasi yang membuatku terpilih oleh kakak kelas. Belum lagi, ditambah adanya kak Dinda--kakak Rohis yang juga kakak kelas di MTS, yang pastinya tahu kalau aku pernah menjabat sebagai Ketua OSIS. Jadi, mungkin menurutnya aku pantas memimpin kembali, meski aku pun masih banyak kekurangan dalam memimpin dan masih belajar.
Jadi saat ini, yang bisa aku lakukan hanya terus mengucap syukur, berdoa kepada Allah yang terbaik untukku. Tapi, aku tak bisa hanya berdoa semacam itu, aku langsung memohon kepada Allah agar bukan aku yang terpilih menjadi ketua maupun wakil ketua. Aku akan lebih senang jika aku terpilih menjadi Bendahara, supaya aku bisa mempraktekan kegiatan belajar sehari-hariku disekolah.
Aku berdoa, agar mereka semua--teman-teman anggota Rohis kelas 11-- tidak memilihku. Karena pemilihan ada di genggaman mereka. Bukan pada kakak kelas, mereka hanya memilihkan beberapa anak sebagai calon kandidat, kemudian anggota kelas 11 lah yang akan memilih kandidat tersebut.
Dua puluh menit berlalu, hujan masih saja menikmati indahnya turun ke dasar bumi. Hingga membuat tubuhku tak mau berhenti menggigil.
Waktu dua puluh menit itu digunakan untuk penyampaian visi misi oleh para calon kandidat Ketua Rohis. Secara bergantian para calon menyampaikannya masing-masing. Termasuk aku.
Sekarang giliranku untuk menyampaikan visi misi. Dengan cukup lantang aku katakan, "Visi saya menjadi Ketua Rohis adalah menjadikan organisasi Rohis sebagai organisasi yang DISIPLIN, BERKUALITAS, dan KREATIF."
Ya, aku sedikit menekankan tiga kata itu dan mungkin itu terdengar berlebihan. Aku tau itu semua tak mudah untuk diciptakan dalam sebuah organisasi, karena membutuhkan tekad yang kuat dan mantap dari semua anggota, jika banyak dari mereka yang bermalas-malasan dalam berorganisasi, sulit untuk mencapai visi tersebut.
Tapi, bismillah, aku yakin dimulai dari diriku sendiri, semangat dan mulai melaksanakan, InsyaAllah mereka akan lebih mudah tergerat untuk membantu memajukan Rohis. Dan jangan bosan untuk saling menegur dan mengingatkan. Yang terakhir jangan lupa untuk selalu melibatkan Allah, dalam segala urusan, InsyaAllah Allah akan memberi kemudahan. Aamiin
Sebelum aku menyampaikan visi, terlebih dulu dia telah menyampaikannya, persis sebelum aku. Visi yang dia lontarkan, masih terus berputar dipikiran. Ia mengatakan dengan penuh ketegasan dan sangat telihat begitu tenang, "Visi saya menjadi Ketua Rohis adalah menjadikan organisasi Rohis sebagai wadah dakwah islamiyah untuk para generasi pembawa perubahan"
Ucapannya begitu terasa dihati, masuk akal dan sangat-sangat diterima dari oleh para audience.
Yang mendengarkan kalimat itu, terus bertepuk tangan, menyatukan kedua telapak tangannya berkali-kali, tak memberi ruang untuk giliranku berbicara, hingga memakan waktu lama. Barulah setelah kurang lebih tujuh menit setelahnya. Aku mulai berbicara.
Namun, sekarang keadaanku tak bersahabat. Hujan yang terus mengalir ditubuhku ini, sangat terasa dingin, menusuk kulit tipisku, mengakibatkan tubuhku lemas. Pandanganku mulai buram, tak lama setelah itu, aku terjatuh, tak sadarkan diri.
*****
Pemilihan ketua Rohis sebelumnya dilaksanakan pada waktu malam hari. Para anggota diwajibkan untuk bermalam disekolah. Menginap selama dua hari satu malam. Berlangsung dari hari sabtu sampai minggu. Tapi berbeda dengan sekarang, yang dilaksanakan pagi hari di hari libur.
Dahsatnya, Allah mengizinkan acara ini, bertepatan pada saat turunnya air hujan yang telah lama tak menyapa gersangnya tanah dibumi, dan acara pergantian pimpinan rohis ini pun masih tetap saja dilanjutkan. Sangat diluar dugaan Nashwa. Ia pikir acara akan dihentikan sejenak sampai hujan reda. Tapi nyatanya tidak, hingga membuat tubuh Nashwa sekarang terbaring lemas di UKS.
Seusai penyampaian visi misi dari para kandidat, barulah para anggota dipersilahkan memilih sang pemimpinnya masing-masing sesuai hati nuraninya, tanpa boleh asal memilih. Setelah para kandidat menutup mata mereka dengan kain yang telah dibawa, mayoritas dari mereka lebih memilih membawa slayer, begitu juga dengan para anggota.
Setelah semua sudah menutup matanya, terkecuali para panitia, lalu mereka diperintahkan untuk mengangkat jari mereka sesuai angka yang dipilih dari nomor urut masing-masing kandidat. Setelah itu, belum juga usai, tapi, mereka digiring oleh panitia menuju pemimpin yang mereka pilih, berdiri didepannya.
Ketika kakak kelas memberi aba-aba barulah semuanya membuka benda yang menutupi matanya. Semua kandidat merasa terkejut dengan hasil anggota yang mereka dapat. Karena, yang paling banyak anggota didepannya, dialah yang berhasil untu menjadi pemimpin Rohis. Dan pemilihan ini, berujung dengan tercetaknya Rafli sebagai Ketua Rohis Tahun ajaran baru.
Oh iya, bagaimana dengan Nashwa? Sebelum pemilihan dimulai, Nashwa sudah lebih dulu jatuh pingsan, yang menjadikan ia digantikan oleh anggota Rohis lain yang siap menggantikan. Bukan menggantikan untuk sementara atau hanya sekedar mewakilkan, melainkan digantikan posisinya, ia tersingkir sebagai seorang kandidat. Hanya karena satu alasan yang kurang bisa di terima, yaitu karena Nashwa sakit.
Iya, hanya karena alasan itu, posisi Nashwa berubahh sekejap. Nashwa harus merelakan dirinya sebagai kandidat yang juga akan memusnahkan keinginannya menjadi Bendahara, agar bisa mengelola keuangan organisasi dakwah itu dengan baik. Meskipun ia masih menjadi kandidat pun belum tentu menjadi bendahara, setidaknya menjadi pemimpin kembali, atau sekertaris yang cakap dalam mengelola administrasi.
"Seorang pemimpin tak boleh lemah, bagaimana bisa memimpin, jika dirinya saja lemah" ucap salah satu panitia, dengan lantang, terdengar sedikit kasar ditelinga. Untung saja Nashwa tak mendengar ucapan menohok itu, karena saat ucapan itu keluar dari mulut, saat itu juga Nashwa di larikan ke ruangan kecil, tempat orang merasa sakit.
♡♡♡
Terimakasih sudah menyempatkan untuk membaca tulisanku yg kayak gini, Maaf jika kurang memuaskan.
Follow instagram : meicahyani03
Follow akun wattpadnya juga yh:)
Vote&comment dari kalian sgt diharapkan, dan sangat berarti, jadi lakukan ya...
Share ke yg lain..ya temen-temenGimana menurut kalian ceritanya?
🌻 Jazakumullah ya khair 🌻
Tegal,
1 Des 2018الحمد ﷲ رب العلمين

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Allah
SpiritualNashwa mengagumi sosok Rafli Khaydar Al-Farazi, semua yang ada pada Rafli terlihat mengagumkan dimata Nashwa. Sosoknya yang tampan, cerdas, tegas, ditambah lagi dengan suara merdunya yang terdengar ketika melantunkan sholawat, membuat banyak kaum ha...