Empat

75 7 5
                                    

بسم ﷲ ارحمن ار حيم

#Pleas!, Vote and Comment😊
Terimakasih untuk yang selalu support cerita2nya Mei, terutama cerita Oh Allah. Terimakasih banyak❤ Karena kalian, Mei jadi lebih semangat untuk tetap nglanjutin cerita Oh Allah ini. Semoga mau terus baca sampai ending, Aamiin....
Semoga Suka😍dan bermanfaat
Aamiin ya Rabb.
Selamat Membaca:)

...

Oh Allah,
Jagalah senyum yang mengembang di bibirnya, meskipun ketika hatinya dipenuhi luka.
🌻


Seluruh anggota yang hadir duduk dilantai yang beralaskan karpet berwarna hijau, tak terkecuali dengan ketua rohis. Ia pun juga duduk di bawah, menghadap para anggotanya.

Duduknya di seberang sana, tepatnya di ujung barat, satu garis lurus denganku yang duduk di ujung timur. Seperti duduk berhadapan, namun di sekat oleh jarak. Hm. Maaf, bahasa alay ku muncul.

Entah apa yang akan dibicarakan di pertemuan kali ini. Padahal tak ada jadwal hari senin sore rapat. Karena rapat biasa diadakan hari selasa, dua hari sebelum kegiatan latihan rutin ekstrakurikuler dilangsungkan.

Para anggota sudah duduk dengan posisi sila, membentuk angka 0. Suasana sudah hening. Menandakan siapnya rapat untuk segera dimulai. Namun, di sana terlihat Rafli masih mengatur napasnya, seperti sedang merasakan kegugupan. Entahlah, Akupun tak tau.

"Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" balas para anggota serempak setelah mendengar salam yang diucapkan Rafli

"Sebelumnya mohon maaf, karena saya telah mengganggu waktu kalian, yang seharusnya hari ini tidak ada jadwal rapat, tapi saya menyuruh kalian kumpul"

"Langsung saja ke topik permasalahan." Lanjutnya

"Oh ya sebentar, ini Ayu kemana lagi?"

"Intrupsi, izin menjawab. Ayu pulang, mohon maaf, tadi saya sudah membujuknya untuk kemari, tapi dia tidak mau" jawabku

Terdengar embusan napas kasar dari Rafli.

"Oke, waktu kemarin pas hari jum'at, bukankah kita sudah menyelesaikan pertikaian kecil di hari selasa?"

"Intrupsi, izin menjawab. Benar memang. Tapi, seseorang yang memulai permasalahan itu saja tidak hadir. Dia tidak tahu bagaimana kita menyelesaikannya, mencari solusinya. Bagaimana mungkin dianggap sudah selesai?" Jawab Sharen

"Iya mungkin bisa dianggap begitu, tapi, apakah dia setuju dengan penyelesaian kita saat itu?" Lanjutnya

"Intrupsi, izin bertanya. Mohon maaf jika telah memotong. Apa mungkin, sore ini, kita akan membahas itu lagi?" Tanyaku penasaran.

"Jadi begini, pernyataan Sharen benar juga. Masalah kemarin memang sudah sama-sama kita selesaikan. Tapi, mohon maaf saya sebutkan namanya, Ayu tidak hadir kala itu. Jadi kita tidak tahu pendapat dia bagaimana." Ucap Rafli

"Nah, sore ini, saya bermaksud mengingatkan dan memperingati kepada kalian. Masalah kemarin tolong jangan di ungkit lagi, karena kita sudah menyelesaikannya. Masalah dia tidak hadir dan tidak tahu akan rapat kemarin, biar saya yang menanganinya. Jangan terus- menerus salahkan Ayu, ia juga manusia, yang tidak luput dari dosa." Lanjutnya panjang lebar dengan suara tegas

Suasana sedikit berbeda. Para anggota mengernyit bingung mendengar ucapan Rafli barusan. Tidak terkecuali aku. Aku pun bingung, mengenai maksud dari perkataanya. Apakah banyak anggota yang terus menyalahkan Ayu? Setau ku tidak. Ah. Entahlah.

Atau mungkin masalah tadi siang, ada yang tau selain kelasku? Aku tidak peduli dengan keadaanku sekarang atau nantinya karena kejadian siang itu. Tapi, bagaimana dengan Ayu? Pasti dia akan sedih jika banyak yang tau masalah ini.

Oh AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang