TIGA

147 21 9
                                    

بسم ﷲ الرحمن الرحيم

Oh Allah,
Semoga kami termasuk dalam golongan hamba yang selalu ingat akan-Mu, tidak hanya pada saat membutuhkan
🌹
Sesungguhnya kami memang selalu membutuhkanmu, bagaimana mungkin tidak? Sungguh, semua nikmat ini atas pemberian dan kasih sayang-Mu
🌻

Sore nanti, aku bingung memutuskan agar mampir ke sekretariat rohis terlebih dahulu untuk menyelesaikan rapat selasa kemarin yang belum tuntas akibat ulahku, ataupun hanya untuk sekedar berbincang santai dengan anggota lain yang cukup menyenangkan atau langsung pulang ke kosan.

Memang, bicara mengenai sudah selesai, memang rapat sudah selesai, tapi sedikit pertikaian itulah yang masih perlu kami luruskan, kejadian di awal rapat pengurus harian baru kala itu.

Aku kembali teringat kejadian itu, ketika sosok yang diharapkan berbicara masih mempertahankan posisi awalnya, yakni diam. Hingga membuat seorang Zafran, laki-laki yang terkenal sangat pendiam itu jengah. Laki-laki yang tak kalah tampan dari Rafli, yang sama-sama menjadi incaran SMK Mekar.

Aku juga teringat akan perkataan Ayu yang menerangkan bahwa aku dipecat sebelum menjabat. Sungguh pemilihan kata yang dirangkai dengan tepat untuk memperlihatkan kesedihan nasibku.

Juga mengenai aku yang tak juga terpilih menjadi bagian pengurus harian inti. Karena yang menjadi adalah mereka yang menjadi kandidat pada saat pemilihan ketua rohis berlangsung. Sedang aku, terbaring lemas di ruangan kecil yang dipenuhi bau obat-obatan itu.

Rafli yang mendapat suara terbanyak, yang akhirnya menjadi ketua rohis. Zahra mendapat suara terbanyak ke dua, menjadikan ia sebagai wakil ketua rohis. Aku jadi membayangkan pengurus periode sebelumnya, aku teringat akan kak Arfan dan kak Nadia.

Suara terbanyak ketiga dan empat diraih Zafran dan Alif penggantiku, yang berarti Zafran sebagai bendahara karena ia masuk dalam kelas Akuntansi, dan Alif sekretaris dari kelas Administrasi Perkantoran.

Dari terjadinya kejadian selasa kemarin, tak henti-hentinya aku terus merutuki diriku, mengapa aku saat itu melamuni hal yang tidak penting?

Lebih tepatnya, mengapa aku hobi sekali melamun? Jika tidak melamun, tak mungkin aku mengalami kejadian seperti itu.

Tak mungkin aku mendapatkan perlakuan yang kurang pantas semacam itu, dipermalukan saat rapat pertama berlangsung, di tempat berkumpulnya anggota rohis. Dan dengan aku yang tidak bisa mengelak apapun.

Padahal aku bukanlah sosok yang begitu pendiam, ataupun takut akan kondisi pada saat itu. Bukankah sebelumnya aku pernah menjadi seorang pemimpin?

Iya benar, aku pernah menjadi pemimpin di sebuah organisasi di sekolahku sebelumnya. Tapi, aku tidak bisa mengelak karena dari semua perkataannya, sebagian besar memang itu fakta!

Mungkin Ayu sudah sangat kesal denganku, hingga akhirnya ia berkata demikian.

Tapi, aku masih saja tak menyangka, mengapa Rafli hanya diam saja?

Oh Allah, apakah dari kejadian ini, aku terlihat sangat mengharapkan pertolongannya?

Mungkin iya, tapi sesungguhnya bukan hanya karena dia sosok yang aku kagumkan, tapi, karena dia yang menjadi ketua rohis, dialah yang menjadi ketua saat rapat berlangsung, bukankah dapat dengan mudah, ia bisa menghentikan perkataan Ayu yang cukup melukai hati yang berusaha tetap tenang ini?

Hingga akhirnya membuat seseorang yang lebih diam darinya mengeluarkan suara.

*****

"Ayu, CUKUP!" Bentak Zafran di tengah-tengah pertikaian penuh drama yang diciptakan Ayu ini. Ia merasa Nashwa pasti sangat sedih. Sejak awal ia sudah muak, dan sabar menunggu sang ketua menghentikan drama ini, yang tak lain adalah Rafli.

Oh AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang