Karin sedari tadi terlihat melamun sambil memainkan bolpoin miliknya. Memutar-mutar asal benda itu di sela jari-jarinya.
Seo Yoomi yang melihat hal itu pun mengernyitkan keningnya. "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Karin terlihat sedikit kaget mendengar perkataan Yoomi. "Uh? Ah, tidak ada."
Mata Yoomi memicing. "Tidak usah mencoba membohongiku. Sebagai sekretaris terbaik sejagat raya, aku jelas tahu ada yang sedang mengganggu pikiranmu."
Karin tidak langsung menjawab. "Seo Yoomi, kau bisa memasak, kan?" tanya Karin.
Yoomi menaikkan alis. Ia bingung karena ini pertama kalinya Karin membicarakan tentang hal seperti ini. "Tentu, itu keharusan seorang wanita untuk bisa memasak," ujarnya penuh percaya diri, mencoba menyombongkan diri di hadapan Karin.
Kemudian, Karin tidak menjawab. Yoomi pun mengendikkan bahu dan meminum kopinya.
"Tadi aku memasak."
Uhuk!
"Ap--apa? Kau---uhuk! Kau memasak?" Yoomi berkata dengan terbatuk-batuk. Ia benar-benar tidak menyangka jika Karin bisa memasak.
Karin sendiri mengangguk. Gadis itu menegakkan duduknya. Tubuhnya condong ke depan. "Aku hebat, kan?" ujar Karin percaya diri. "Tapi, kupikir hasilnya tidak terlalu bagus."
"Kenapa?"
"Suamiku bilang buburku seperti gula-gula. Dia bilang rasanya manis sekali. Kupikir aku salah memasukkan garam dan gula. Memangnya keduanya punya perbedaan?"
Yoomi menatap Karin dengan pandangan tidak percaya. "Heol! Aku tidak menyangka kau seidiot ini, Min Karin. Perbedaan pertama mereka jelas gula rasanya manis dan garam rasanya asin."
"Itu aku juga tahu!"
"Karena itu, kenapa kau tidak mencobanya lebih dulu, idiot!"
"A-aku-- Itu hanya tidak terpikirkan olehku."
"Woah, jinjja!" Yoomi menggelengkan kepalanya dramatis. "Aku tidak percaya setelah menikah Min Karin yang jenius berubah menjadi lebih bodoh dari keledai." Yoomi mengipasi wajahnya dengan kedua tangannya karena terlalu gerah dengan kebodohan Karin.
Karin merengut kesal. "Aku panik saat itu! Tidak bisa berpikir. Pertama kalinya aku merawat orang sakit. Pertama kalinya aku memasak."
"Pertama kalinya juga kau peduli pada seseorang."
Ucapan Yoomi membuat Karin terdiam.
"Kupikir kau akan memilih meninggalkan Taehyung dan tetap datang menemui rapat dengan Tuan Ha. Tapi ternyata kau lebih memilih merawat suamimu. Aku tidak menyangka, sungguh," kata Yoomi.
"A-aku hanya … merasa kasihan. Itu saja." Karin mengalihkan pandangannya.
"Jangan mencoba membual. Saat aku sakit pun kau sama sekali tidak peduli. Bahkan saat Ibumu sendiri sakit pun, kau lebih memilih menghadiri rapat di Singapura."
"I-itu karena sakit Ibuku tidak terlalu parah!" seru Karin mencari alasan.
"Penyakit Tuan Kim juga tidak terlalu parah. Hanya demam. Sudahlah, jangan mencari alasan. Intinya kau sudah mulai peduli dengan suamimu dan itu adalah hal yang sangat baik," ujar Yoomi. Gadis itu tersenyum manis.
"A-aku tidak!"
Tetapi Yoomi tidak merespon. Gadis itu tersenyum penuh arti dan kembali menyeruput minumannya. Karin sendiri memilih untuk kembali melamunkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Kim
Hayran Kurgu"Because she upholds her pride above everything." Menjadi satu-satunya cucu perempuan dalam keluarga besar, membuat Min Karin dituntut agar 'setara' dengan para saudaranya. Orang-orang menyebutnya sebagai gadis paling ambisius sedunia, dan Karin san...