Tiga belas- Benua benci Samudera.

929 52 3
                                    


ini bukan soal perasaan. Melainkan hati.
-Benua Avril Caleesta-
____________________________________

Budayakan vote sebelum membaca!
^^

"Gimana bi keadaan Samudera? Anak saya baik-baik saja kan?" Lita langsung menghampiri Bi Yeni yang sedang duduk di bangku rumah sakit.

Bi Yeni mempersihlakan Lita duduk terlebih dahulu, lalu mengusap bahu wanita itu. "Sabar Lit, Samudera sedang ditangani oleh dokter. Kita berdoa saja semoga Samudera baik-baik saja ya."

Daniel ikut menenangkan istrinya itu, ia menatap Bi Yeni dengan sorot bingung.

"Bi, kok Samudera bisa sampai pingsan begitu? Terus kok Bi Yeni bisa tau kalau Samudera pingsan?"

Bi Yeni terlihat gugup, tidak mungkin ia katakan yang sebenarnya. Bi Yeni takut kalau putri majikannya itu dijadikan kambing hitam oleh keluarga Samudera.

Memang, Benua sudah menceritakan semuanya kepada Bi Yeni tentang alasan mengapa Samudera bisa seperti ini. Awalnya, Bi Yeni ingin menuruti emosinya, namun emosinya surut tatkala mengingat sesuatu yang mungkin alasan yang tepat mengapa Samudera bisa tidak sadarkan diri.

"Bi, ayo ja--"

"Permisi om, tan, Samudera keadaannya gimana? Baik-baik sajakan?" Perkataan Daniel terpotong oleh kehadiran Lea secara tiba-tiba. Dilihat dari raut wajahnya, gadis itu sangat mengkhawatirkan laki-laki yang kini sedang terbaring lemah di dalam.

"Kamu siapa?" Tanya Lita heran.

Lea tersenyum kikuk, "Sa-saya Lea tan, om," Lea pun mencium punggung tangan Lita kemudian melakukan hal yang sama kepada Daniel, "Saya teman sekelasnya Samudera. Maaf sebelumnya dengan kedatangan saya yang tiba-tiba, saya tahu.... Samudera masuk rumah sakit dari Dirga om, tan. Dan saya bermaksud ingin menjenguk Samudera."

Daniel mengangguk paham dan tersenyum kikuk, "Oh kamu temannya Samudera. Yaudah kamu duduk dulu ya, kita semua berdoa saja semoga Samudera baik-baik saja."

Lea pun duduk dengan rasa gelisah. Mereka semua yang disana saling mencemasi keadaan Samudera. Lea pun berdoa semoga calon jodohnya itu baik-baik saja.

***

Lita kini bisa bernafas lega saat melihat putranya itu membuka matanya secara perlahan.

"Saat ini, Samudera sudah membaik. Tapi tolong jaga pola makannya dan jangan sampai lupa untuk meminum obatnya ya bu." Ujar dokter perempuan itu.

"Iya Bu dokter, saya akan menjaga pola makan anak saya dan saya akan pastikan dia tidak telat minum obatnya. Terimakasih ya dok." Sahut Lita tersenyum tenang.

"Baiklah, kalau gitu saya permisi dulu." Lalu dokter tersebut melenggang pergi bersama seorang suster.

Samudera mengerjapkan matanya, berusaha untuk menegakan tubuhnya yang masih melemah, "Mah kok Sam bisa disini? Malaikat ya yang bawa Samudera ke sini?"

Lita sebisa mungkin menahan untuk melempar putranya itu dengan sandal miliknya.

Sabar... sabar, masih sakit halunya malah nambah jadi, keturunan papahnya ini mah!

Benua & SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang