0 . 2 HARI KEDUA

1.4K 170 77
                                    

○●The Man Who Can't be Move ●○

Sepulang kerja, seperti biasanya aku mandi dan makan jika ingat. Bersih-bersih jika tak malas. Selebihnya hanya berbaring dan bermalas-malasan menghabiskan waktu.

Oh, ayolah, orang seperti aku siapa juga yang akan memperhatikan?

Tidak ada.

Hari sudah mulai gelap. Sekarang hampir pukul sebelas malam, namun nyatanya aku masih tak bisa tidur walau mata terus ku paksa terpejam. Pria manis berbaju putih itu terus saja membayangiku seperti mendesak ingin selalu ada di otak. Padahal mengenalnya saja tidak. Aku baru bertemu dengannya hari ini dan rasanya langsung seperti terhipnotis.

Apa dia memang orang yang suka menghipnotis?

"ASTAGA! Apa jangan-jangan barangku ada yang di curinya saat dia menghipnotisku tadi?"

Aku langsung membongkar isi tasku dan melihat barang-barang di sana satu persatu.

Dasar Min Yoongi bodoh!

Aku mendadak  diam sepersekian detik, lalu tersenyum garing dengan sendirinya, menyadari hal konyol yang sudah ku lakukan. Nyatanya semua barangku masih utuh tak ada yang hilang satupun.

Tapi malah waktuku yang terbuang percuma.

"Pabo!"

Dengusku merutuki diriku sendiri. Menjitak pelan ubun-ubun.

Kesepian benar-benar membuatku hampir gila walaupun aku sudah terbiasa menjalaninya setiap hari.

Ya, semenjak Oma meninggal dunia, aku memang selalu merasa kesepian. Rumah ini jadi tak lagi berwarna. Begitu membosankan dan tak ada hal baru yang bisa ku pajang. Beruntung tanaman-tanaman hias peninggalan Oma yang tertata rapi di depan rumah membuat rumah ini hidup dengan warna-warnanya yang indah.

Bahkan depan teras rumahku atapnya sudah tergantikan dengan tanaman rambat, dan aku suka itu. Jadi teduh.

Sesaat aku terdiam lagi. Melamun entah atas apa yang ada di kepalaku. Sebelum sekelebat bayangan seperti sedang mengintipku dari arah pintu dan tentu saja membuatku terkejut.

"Oma?"

Dengan setengah mengantuk aku seperti melihat jika itu adalah bayangan Oma yang membuka pintu kamarku lalu pergi menghilang begitu saja. Entah itu nyata atau hanya halusinasiku. Tapi menurutku itu terlihat begiti jelas dan nyata. Pun aku yang terlonjak kaget langsung mengucek mata dan mengikutinya keluar. Ada rasa takut yang menyelimuti, tapi rasa penasaranku lebih besar. Dan aku harus memberanikan diri jika ingin mengetahuinya, meski ku tahu jika diriku seorang penakut sekalipun.

Sesampainya di luar kamar. Aku melihat bayangan itu lagi. Pergi menuju arah dapur.

Dan benar saja, Oma nampak duduk di meja makan dengan tenang. Lengkap dengan segala jenis makanan enak yang tersedia di atas meja. Makanan-makanan itu mirip sekali dengan masakannya dulu semasa hidup. Aku hafal betul aroma masakan itu.

Tangannya melambai mengajakku bergabung dengan tatapan teduhnya yang terus menuju ke arahku.

Aku pun tanpa sadar langsung menurutinya. Bahkan tak ada raut curiga dariku sedikit pun.

"Bagaimana harimu, Nak?" Sambil menyendokkan nasi ke piringku dan mengambilkan lauk daging sapi favoritku, ia menanyai tentang hariku. Sungguh membuatku hangat dan merasa senang.

Sekarang kalian tahu kenapa aku makan seingatnya, karena tak ada lagi yang menyiapkan atau bahkan mengambilkanku nasi dan lauk seperti ini. Seperti Oma ku.

Aku pun tersenyum. "Sangat baik, Oma."

"Syukurlah."

Oma mengusak suraiku lembut. Sedang aku bersemangat menyuapkan nasi berkali-kali ke dalam mulut. Ini sungguh enak, masakan Oma selalu enak. Aku selalu menyukainya. Dan lihat, dia hanya tersenyum memperhatikanku yang makan dengan sangat lahap. Aku begitu merindukannya.

The Man Who Can't be Move - YoonMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang