0 . 0 Prolog

5.1K 369 121
                                    

○● The Man Who Can't be Move ●○

Ini hari dimana aku akan menyatakan perasaanku.

Ya, hari ini hari ke seratus aku bertemu dengannya.

Mengenakan pakaian yang rapi, aku sudah siap menunggunya di tempat biasa kita bertemu dan menghabiskan waktu.

Aku membawa seikat bunga mawar putih yang kurasa itu sangat cocok untuknya yang bagiku begitu lembut layaknya bunga. Dan hatinya yang bersih itu sangat sepadan jika aku sandingkan dengan warna putih.

Ya, dia mawar putihku yang sangat ku kagumi.

Dan hari ini adalah hari yang sangat istimewa.

Karena aku dan dia akan bertemu. Bukan bertemu biasa seperti yang sudah-sudah. Kali ini, aku memang sengaja membuat janji untuk bertemu dengannya di sini. Di teras sebuah restaurant kecil yang lebih menuju ke trotoar jalan yang sengaja di beri meja dan kursi.

Banyak bunga-bunga kecil bermekaran di dalam pot hitam yang di gantung. Serta ornamen-ornamen kuno berwarnakan putih bersih semakin mempercantik tampilan depan tempat ini. Jangan lupakan lampu jalan dengan tiang kuno hampir berkarat yang menyala temaram. Menambah kesan romantis malam ini.

Kami berjanji untuk bertemu pada pukul tujuh malam.

Bahkan sepertinya aku terlalu bersemangat hingga aku datang lebih dulu dari jam yang sudah di putuskan, karena memang akulah yang membuat janji. Jadi, aku tidak mau terlambat dan membuat priaku kecewa.

Beberapa lama aku duduk di kursi yang ada, tak terasa jarum jam bahkan sudah melewati angka tujuh.

Aku baru sadar, sudah hampir satu jam aku duduk di sini untuk menunggunya. Jatuh cinta memang membuat orang jadi gila, aku mempercayainya. Bahkan menunggu orang yang menjadi hal membosankan bagi orng lain, benar-benar tak membuatku lelah ataupun mengeluh sedikit pun. Aku terlampau senang hingga tak menyadari berjalannya waktu yang terus berlalu.

Dia sudah terlambat satu jam lamanya dan aku tak sedikitpun merasa marah. Aku tak merasa kecewa, saking hati yang terus berdebar dengan ribuan kupu-kupu yang terus menyerang dalam perut.

Bahkan sang pemilik bangunan yang ku singgahi sampai sibuk menanyaiku untuk memesan sesuatu dari beberapa waktu yang lalu, namun selalu ku tolak dengan alasan aku masih menunggu seseorang terlebih dahulu.

Tak tahu malu.

Ya, satu hal lagi yang ku pelajari tentang orang yang sedang jatuh cinta. Cinta membuat orang jadi tak tahu malu. Seperti diriku saat ini.

Bahkan orang yang berlalu lalang melewatiku tak berhenti melihat dengan tatapan aneh.

Mungkin aku di sangka gila. Karena duduk di depan restoran sambil membawa seikat bunga dan tersenyum lebar sekali sampai berjam-jam.

Atau mungkin karena aku yang terus menerus mengikuti pergerakan laju kendaraan yang sedang berjalan atau bahkan menepi?

Aku tak tahu. Dan aku tak mau tahu.

Namun yang kurasakan sekarang, percaya diriku sedikit menurun. Kata seseorang, orang yang cemburu adalah orang yang tak percaya diri. Tapi bukan hal itu yang aku rasakan kali ini. Karena aku mulai sadar, jika aku mulai merasa tak baik-baik saja.

"Jimin, kau dimana?"

Aku semakin kehilangan kepercayaan diriku yang sudah ku pupuk jauh-jauh hari untuk menantikan hari spesialku yang nyatanya tak berujung indah seperti dugaanku.

Pelayan yang datang sekali lagi, membuatku tersadar jika ada yang tidak beres di sini. Jiminku tak kunjung datang.

Aku masih terus duduk sambil melihati jam tangan yang ku kenakan dengan gelisah, sembari sesekali menghirup aroma mawar  yang ku bawa.

The Man Who Can't be Move - YoonMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang