chapter 6 🍃

67 3 0
                                    

"Hidup itu bukanlah bagaimana kita menemukan diri kita, tapi bagaimana kita membentuk diri kita."


Setelah gue masuk kamar, gue dengar ada keributan yang terjadi bawah. Sangatlah jelas itu suara mama dan papa yang sedang ribut.

"Kamu kemana aja pa?"
"Ya jelas lah saya dari kantor"
"Tapi ini sudah larut malam, kamu ngapain aja"
"Saya di kantor kerja buat kamu sama Alletha kan!!"
"Saya tau, tapi tidak seperti biasanya kamu pulang jam segini!"
"Saya capek mau tidur!"

Haeh, sudah biasa gue dengar keributan itu. Mulai SD, sering gue nanya dalam hati.
"Apa begini resiko hidup, kenapa harus selalu ada keributan dan cekcok antar mulut setiap hari?apalagi papa dan mama!"

Pukul 11.05 malam tapi tetap saja tidak ada rasa kantuk. Gue gak mau begadang, tapi kenapa gak bisa tidur.
Tak berapa lama kemudian gue dengar lagi suara keributan dan cekcok mama dan papa

Entah apa yang mereka katakan, yang mereka bicarakan, yang mereka ributkan. Gue pun berjalan perlahan keluar mendatangi mama dan papa

Dan sampai di sana gue melihat mereka saling adu mulut, saling merasa benar, mereka egois, mereka menyelesaikan masalah secara kekanak-kanakan.

"Ma, pa sudah!. Kenapa harus ribut sih" gue berusaha menegahkan permasalahan mama dan papa.

"Kamu anak kecil let, kamu gak tau apa apa" sahut papa dengan nada tinggi.

"Kamu sekarang mending masuk kamar, percuma kamu disini gak guna" sahut mama.

"Aku gak guna, kalau aku gak guna kenapa harus dilahirkan!"

"Alletha kamu membantah terus ya, pergi ke kamar sekarang."

Gue pun dengan nangis terisak masuk ke kamar. Ternyata benar tetap saja tidak cukup untuk membuat mereka menyelesaikan masalah itu.

Gue ingat kata jessa 'letha kalau kamu dalam masalah bawa ibadah ya'. Gue pun langsung beranjak ambil air wudhu dan ngaji. Benar kata jessa hati gue seketika langsung teduh, tenang. Dan pada akhirnya gue memutuskan untuk tidur.

Alarm menunjukan pukul 3.50 pagi. Saat gue ingin turun dari kasur, tiba tiba gue denger suara pintu terbuka. Gak tau itu kamar mama atau pintu luar yang jelas sangat terdengar.

*Krek*
"Kamu itu maunya apa sih!" Suara papa berteriak membentak mama bersamaan dengan suara pintu terbuka.
Sontak aku terkejut dan pergi keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi.

"Aku maunya kamu ada buat saya dan Alletha." Sahut mama dengan teriak.

"Sekarang, mending kita pisah saja!" Papa mengambil keputusan dengan cepat.

Gue yang hanya bisa terdiam di depan pintu kamar berlari ke arah mereka.

"Pa, ma cukup, !!" Teriak gue untuk menenangkan mereka.
Tapi tetap saja gak bisa.

"Alletha, kamu pilih diantara kami berdua" kata papa.
"Aku gak pilih siapa siapa,!"
"Kalau kamu gak milih siapa siapa, kamu mau tinggal sama siapa?" Nada papa tegas menjawab jawabanku.
"Aku tinggal sama kalian berdua"

"Letha, mama jelaskan ya. Letha sudah remaja kan sekarang, papa sama Mama sudah tidak bisa mempertahankan hubungan rumah tangga ini nak. "

"Terus apa hubungannya sama letha ma"
"Kamu harus memilih dari kami berdua sayang"
"Gak bisa ma, gak bisa!"
Gue langsung pergi ke kamar dan menangis hingga terisak Isak.

"Saya gak peduli, kita akan tetap pisah"

"Saya tau, kita akan tetap berpisah. Tapi bagaimana dengan Alletha"

"Kamu yang akan ambil hak asuh anak"

🍃


Gue ambil buku diary dari dalam tas.

Hai diary,
Selamat pagi.......
Aku mau cerita ke kamu, hari ini adalah hari yang menyedihkan. Mama dan papa bertengkar, dan aku harus memilih salah satu diantara mereka. Itu sangat sulit untukku. Mereka mau berpisah, karena rumah tangganya gak bisa dipertahankan. Diary, apa nanti aku jadi anak broken home?. Aku gak mau, aku gak mau!!!

Setelah gue nulis isi hati ke buku diary, gue langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi kemudian salat subuh.

"Allahuakbar"
"Bismillahirrahmanirrahim......."
Setelah gue selesai salat subuh, gue berdoa kepada Allah SWT.

"Ya Allah, apa ini cobaan hidup, apa ini ujianmu. Tapi mengapa harus aku memilih antara mereka. Ya Allah berikan aku pertolongan, karena engkau yang mahakuasa dan mahapendengar. Engkau akan memberikan aku jalan atas semua ini ya Allah,,,aaamiiin"

Setelah selesai salat subuh, gue bersiap siap untuk berangkat sekolah dan sarapan. Gue gak tau gimana nantinya pas dimeja makan. Gue gak tau gimana reaksi atau ekspresi mama dan papa nantinya dimeja makan. Huft. Semoga semuanya akan baik baik saja.

"Alletha, ayo nak sarapan"
"Iya ma, bentar"

Gue pun turun dengan melewati beberapa anak tangga. Gue berjalan dengan perlahan, untuk memeastiin gimana keadaannya. Ternyata papa sudah berangkat duluan, entah gimana caranya nanti aku berangkat sekolah. Mungkin naik angkot.

Setelah gue sampai di meja makan, gue nanya ke mama
"Ma, kenapa sih mama sama papa berantem terus. Juga letha disuruh milih antara kalian berdua "
"Letha, hubungan mama sama papa udah gak bisa dipertahankan dan kamu harus milih diantara kita berdua. Tapi, mama sama papa sudah mutuskan kalau kamu tinggal sama Mama"

"Ma, tapi Alletha...."belum selesai gue ngomong mama langsung pergi ke kamarnya untuk ambil dompet dan gue sendiri menghabiskan sarapan.

"Letha, kamu naik angkot aja ya. Mama gak bisa ngantar kamu, mama mau bersihin rumah dulu baru berangkat kerja"
"Iya ma gak papa kok"

Setelah 5 menit gue nungguin angkot, akhirnya datang juga. Dan pas gue masuk angkot ada suara dering hp dan ternyata itu hp gue. Sangat sangat jelas pagi gini yang nelpon adalah Alvin.

"Halo, assalamualaikum"
"Walaikumssalam, kenapa Vin?"
"Lo kok belum datang ke sekolah Al, tumbenan lo?"
"Iya gue agak telat,"
"Yaudah"

Gue pun mengakhiri perbincangan gue sama Alvin, sesampainya didepan gerbang gue langsung lari menuju kelas dan hampir aja gue telat.
Jam sudah menunjukan pukul 6.58 dua menit lagi gue akan telat, tapi syukurlah.

"Assalamualaikum" salam gue masuk kelas dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Walaikumssalam, tumbenan lo lambat Al?" Tanya Alvin .

"Ehmmm,iya soalnya gue naik angkot."

"Gak sama papa Lo?"

"Gak soalnya dia ada urusan di kantor hehehe"

Gue pun berfikir sejenak tentang masalah dirumah tadi malam. "Apa gue harus cerita ke Alvin?"tanya gue dalam hati. "Gak gak usah itu adalah aib keluarga gue, tapi gak mungkin gue pendam sendirian?" Gue gak tau gue harus apa lagi, dan pada akhirnya gue mutusin untuk cerita ke Alvin nanti pas pulang sekolah.

Hai readers maaf ya author baru up lagi, oh iya 5 hari kedepan author belum bisa up chapter berikutnya dikarenakan ulangan semester....

Maaf YAAAA😘😘😘😘
Jangan lupa comment dan vote yaaa

the secret of alletha's lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang