BAB-6

136 18 14
                                    

"Meet you!"

{Two}

Karena udah ada 10 vote lebih di part sebelumnya, maka aku akan menepati janji aku, akan segera aku update. Walau, belum memenuhi syarat aku, tapi gapapa:'))

Makasih yang udah vote❤
Langsung kecerita ya!
Happy reading❤

"Lo boleh nangis, lo boleh sedih. Tapi jangan tunjukin kesemua orang. Kesedihan itu bukan buat dibagi," -Azka.

•••

Suara orang berlalu lalang sangat berisik mengusik pendengaranku, namun tidak dengan lamunanku. Aku terduduk di bawah pohon rindang yang ada di taman rumah sakit sendirian, Bunda masih belum selesai dengan urusannya. Ku rekatkan lagi sweater tipisku karena udara yang sangat sejuk menusuk kulit halusku, maklum keadaan saat itu masih gerimis. Di tambah lagi dengan kakiku yang terbuka karena memakai dress selutut. Huh keadaannya benar-benar dingin. Mungkin aku membutuhkan roti selai strawberry dan juga susu coklat hangat buatan Bi Tita, tapi nanti kalau sudah dirumah.

Ku tundukan kepalaku menatap ujung sepatu flatshoes merahku yang sedikit basah karena menginjak rumput yang berembun air hujan tadi sambil sesekali mengayunkannya. Hingga akhirnya aku terlonjak kaget ketika ada sepasang kaki yang menggunakan sandal capit berwarna hijau menyenggol kakiku. Lantas, kepalaku langsung menoleh ke samping kiri untuk menatap siapa yang berani menyenggol kakiku.

"Hay," ucap orang itu dengan wajah sok akrabnya. Wajahnya sangat tirus dan pucat, dengan memakai baju khas pasien yang dirawat dirumah sakit ini. Sepertinya dia seumuran denganku, ah tapi bodo amat. Senyumnya tak luntur hingga beberapa detik sampai akhirnya aku memalingkan wajahku dan menggeser sedikit tubuhku menjauh dari anak laki-laki itu. "Jutek banget si."

Aku mendelik menatap laki-laki itu dengan tatapan masa bodoh. Kenal aja gak udah bilang aku jutek. Sok tau. Dumelku dalam hati. Ku alihkan lagi tatapanku ke sembarang arah asal jangan ke arah laki-laki itu duduk. "Nama gue Azka. Lo siapa?" tanya laki-laki itu yang ternyata bernama Azka sambil mengulurkan tangan kanannya kearahku. Aku hanya menatapnya sebentar lalu kembali menatap kesembarang arah. Aduh, aku jadi gak nyaman duduk disini karena ada pengganggu.

Kepala laki-laki bernama Azka itu bergerak miring menatap wajahku. Aku yang melihat tingkah laki-laki itu hanya meliriknya sekilas dengan kedua alis tertaut lalu kembali cuek, aku sudah mulai risih dengan kehadiran Azka ini, "Lo gak bisa ngomong, ya? Atau... gak bisa denger gue ngomong?" tanyanya tanpa menegakkan kembali kepalanya, masih mencoba menatap wajahku. Aku hanya meliriknya sekilas lagi tanpa berminat menjawab pertanyaannya.

"Oh, oke kalau gitu. Gue bisa ko bahasa isyarat," katanya yang sudah menegakkan kembali kepalanya. Sedetik kemudian ia berdiri dan berpindah duduk disebelah kananku. Aku beralih menatapnya risih lalu menggeser tubuhku berlainan arah dengan arah duduknya laki-laki itu tanpa melepas tatapanku. Dia gak peka atau pura-pura gak peka si kalau aku risih dengan keberadaannya.

Tangan kanan dan kirinya mulai bergerak-gerak lincah, entah sedang apa. Mungkin sedang melakukan apa yang tadi dikatakannya sebagai bahasa isyarat. Aku hanya menatapnya diam dengan tatapan aneh tanpa berniat membalas. "Yah, gak bales juga," lirihnya dengan nada sedih. Aku melihat wajahnya tertunduk seperti kecewa karena aku tak menanggapi ucapannya. Ku alihkan wajahku ke lain arah sambil menutup mulutku agar tak kentara kalau aku sedang menertawakan dia.

Dari aku, untuk kamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang