"Pengrusuh."
Awal bulan September, 2011
~°°~
Bagiku suatu pertengkaran itu ada bukan untuk melonggarkan kebersamaan, tapi itulah pembelajaran untuk mengoreksi apa yang salah dan yang harus diperbaiki.
•••
Setelah kelulusan, aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di SMA Bhakhti. Dengan nilai yang cukup memuaskan dan tidak terlalu jelek dan juga tidak terlalu bagus. Aku senang di hari kelulusan dapat melihat senyum Bunda yang seolah menyambut hari-hari cerah dimasa depanku. Tak peduli bagaimana penyakit yang ada ditubuhku terus menggerogoti semuanya sampai habis, karena tujuan aku masih berada disini adalah Bunda. Kebahagiaan Bunda adalah prioritas utamaku, membuat Bunda senang itu kewajibanku.
Dan tahun ini sudah tahun kedua aku berada disekolah ini, di SMA Bhakhti. Menimba ilmu, mempelajari apa saja, membuka wawasan, menemukan pengalaman-pengalaman yang sulit untuk di cari dimanapun. Rasanya, masa SMA memang masa yang paling berharga. Masa dimana dalam hidupku akan begitu banyak warna.
Baik aku akan langsung bercerita bagaimana aku menjalani hidupku pada masa putih abu-abu. Dimana aku tak menemukan lagi kata monoton dalam kamus hidupku. Bagiku, yang kurasakan saat ini adalah anugerah terindah Tuhan yang dititipkan padaku dan mengharuskan ku untuk menjaganya dengan baik. Keep enjoy, gaes! Karena hidup gak selalu tentang kesedihan.
••
Seperti pada hari kamis-kamis sebelumnya, di jam pertama kelasku akan ada pelajaran olahraga praktik. Dan aku sudah siap dengan pakaian olahragaku yang melekat ditubuhku yang kurus. Tinggal menunggu teman-teman sekelasku yang belum mengganti seragamnya ke pakaian olahraga. Sambil menunggu, aku duduk tenang di kursiku dengan sebuah komik ditanganku.
"Na, mending lo gak usah ikut olahraga deh." ucap teman disebelahku. Ya, dia teman sebangkuku. Dan yang harus kalian tau juga, aku kembali satu sekolahan dan lebih parahnya satu kelas dan yang lebih parahnya lagi aku sebangku lagi dengan Indah! Bayangin coba betapa bosennya aku menghadapi mood Indah yang sering kali berantakan, tapi rasa bosen itu mampu kalah dengan rasa sayang aku ke Indah. Bagi aku, Indah sudah lebih dari seorang sahabat. Dia sudah ku anggap saudara sendiri.
Ku alihkan tatapanku mengarah kepada Indah yang berdiri sambil melipat seragamnya. "Kenapa emangnya?"
Indah melirikku sebentar lalu menaruh seragam miliknya yang sudah terlipat rapih di atas mejanya. "Ya dari pada endingnya bakal sama. Lo pingsan atau gak lo mimisan," celetuk Indah beralih duduk dikursinya lalu menatapku lembut, aku juga menatap Indah. Jujur, aku sedikit sakit hati dengan ucapan Indah, tapi aku cukup sadar diri. Memang itu yang sering terjadi ketika aku melakukan olahraga praktik. Tidak jauh dari pingsan atau mimisan. Kalian tau fisikku lemah. Sebenarnya Bunda sudah melarang dan meminta pihak sekolah untuk memakluminya, tapi akunya saja yang bandel, tidak mau dengar, alasannya adalah karena aku menganggap diriku sehat seperti temanku yang lain. "Denger gue, Na. Gue cuma gak mau lo kenapa-kenapa. Jujur, yang gue rasain ketika lo jatuh pingsan atau gak mimisan itu, rasanya gue kaya yang udah gak nginjak bumi tau gak."
"Jadi setan dong?" ucapku diiringi kekehan. Sedikit merubah suasana menjadi lebih cair. Indah ikut tersenyum geli yang hanya bertahan beberapa detik.
"Gak usah ikut olahraga, ya?" pinta Indah lagi dengan nada melemah sambil menggenggam tanganku seperti memohon.
"Eh, ayo keluar semuanya! Pak Dandi udah nunggu di lapangan." teriak Edo selaku ketua kelas di kelasku. Semua anak yang ada didalam kelas yang sama denganku menoleh menatap ke arah Edo di ambang pintu, itupun yang terlihat hanya kepalanya saja yang menyembul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari aku, untuk kamu
Teen FictionIni adalah cerita tentang Rain dan Angkasanya yang sama-sama kehilangan. Pada awalnya, semua baik-baik saja. Rain dan Angkasa bersahabat baik. Hingga akhirnya, Angkasa pergi dan Rain yang hilang ingatan. Sejak hari itu, semuanya berubah. Rain yang...