BAB-10

124 12 0
                                    

"Kejadian 3 tahun lalu?"

{Two}

"Terimakasih langit, kamu masih mengijinkan aku untuk menyapa hujan." -Kia

•••

Telapak tanganku mulai meraba kaca mobil Bang Reza perlahan saat rintik hujan mulai jatuh membasahi kaca mobil di luar. Diluar sana rintik hujan mulai turun, aku rindu menyambut hujan di awal bulan September. Ku tolehkan wajahku pada Bang Reza.

"Bang, turunin dong kacanya," pintaku.

Bang Reza melirikku sebentar lalu langsung memencet entah tombol apa. Lalu berbarengan dengan itu, kaca yang tadi tertutup menjadi sedikit terbuka, membuat cipratan-cipratan air hujan itu menyentuh wajahku. Angin yang sedikit kencang mampu menerbangkan helaian tipis rambut yang ku kuncir. Tangan kananku sudah keluar merasakan tetesan demi tetesan air hujan yang membasahi telapak tanganku yang menengadah seperti meminta air untuk terus turun, bahkan senyumku tak hilang sedetikpun sejak langit mulai menurunkan rintik-rintik hujan ke bumi.

Perlahan, ku pejamkan mataku, menikmati rasa yang tiba-tiba ada, aku tak tau itu apa tapi yang pasti aku benar-benar merasakan Azka ada disini. Dia seperti terasa dekatttt sekali. Seperti menggenggam tanganku yang menengadah.

"Na, bener nih nanti sampe rumah sakit gak mau gue temenin?" tanya Bang Reza membuyarkan lamunanku. Aku membuka mataku perlahan dan beralih menatap Bang Reza.

"Iya, Bang. Abang pulang aja." jawabku lalu kembali menatap kearah keluar dan kembali menikmati kesejukan karena hujan turun meski hanya rintik-rintik.

"Nanti dijemput jam berapa?" tanya Bang Reza lagi.

"Eum, nanti Raina kabarin lagi deh." jawabku tanpa menoleh. Aku sedang benar-benar ingin menikmati hujan ini.

••

Kulangkah kan kaki jenjangku memasuki area rumah sakit dengan senyum yang tak luntur dengan tangan kanan memeluk buku diary yang semalam sudah ku coret-coret dengan tulisan. Terkadang, aku menyapa atau sekadar hanya senyum pada suster, dokter, bahkan beberapa pasien yang ku kenali ketika bertemu di lorong.

"Halo, Suster Ana," sapaku ketika melihat suster yang pernah merawatku bahkan aku mengenalinya dengan baik saat ia sedang menemani pasien berkeliling menggunakan kursi roda di lorong.

Suster Ana tersenyum penuh arti menatapku, "Mau bertemu dia, ya?" tanyanya dengan senyum menggoda.

Aku hanya memamerkan senyumku. Suster Ana memang sudah seperti teman sendiri, dia tau ceritaku dan Azka di rumah sakit ini karena aku sering menceritakan Azka saat aku di rawat dulu. Bahkan, bukan hanya cerita itu saja yang dia tau, dia tau banyak hal tentangku.

"Duluan deh, Sus. Takut keburu sore," sautku. Suster Ana mengangguk sambil tersenyum dan aku kembali melanjutkan langkahku.

Aku langsung menuju ke arah area taman yang berada di belakang rumah sakit, memang jaraknya cukup jauh dari lobby, mungkin membutuhkan waktu hingga lima belas menit untuk sampai ke taman. Karena ini sudah cukup sore jadi aku tak mau membuang-buang waktu.

Sesampainya disana, kaki ku terpaku ketika baru saja menginjak rerumputan taman yang sedikit basah karena rintik hujan beberapa saat lalu, rasanya sensani ini masih sama dengan tiga tahun yang lalu. Mataku mulai menerawang ke seluruh penjuru taman yang sudah mulai berbeda. Sudah tak sama seperti tiga tahun yang lalu. Aku awalnya sedikit kecewa sih karena banyaknya perubahan di rumah sakit ini tapi masa iya mau nuntut-nuntut buat di rubah lagi. Emang aku ini siapa? Ibu negara? Haha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dari aku, untuk kamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang