BAB-9

87 15 0
                                    

"Kejadian 3 tahun lalu?"

{One}

Bagaimana aku menari dibawah air hujan bersama Azka untuk pertama kalinya dan terakhir kalinya. Entah ada hari-hari lain atau tidak.

•••

Setelah selesai makan malam bersama Bunda dan Bi Tita yang selalu saja ada keseruan ketika sedang berkumpul. Entah itu bercanda tentang hal-hal yang dialami atau hanya sekedar mengobrol tentang sekolahku. Dan itu juga Bunda yang nanya-nanya bagaimana aku disekolah. Dan jika kalian tanya aku cerita gak masalah tadi aku terkena bola basket hingga menyebabkan aku pingsan, maka jawabannya adalah iya. Aku gak akan pernah gak cerita soal apa-apa yang aku alami sama Bunda dan Bi Tita. Dan kalian tau? Reaksi Bunda berlebihan, tau 'kan Bundaku kaya gimana? Jadi maklumin ya. Kalau Bi Tita paling cuma nanya-nanya kenapa atuh bisa kaya gitu? Tapi Neng gak apa 'kan? nah selebihnya kaya gitu.

Suara dering telepon rumah di ruang tamu terdengar sangat menggema hingga terdengar sampai ke dapur ketika aku sedang membantu Bunda mencuci piring bekas makan malam. "Siapa si Bun?" tanyaku sambil membilas satu persatu piring.

"Gak tau," jawab Bunda sambil mengelap meja makan. "Bi, tolong angkat dulu ya telefonnya!" teriak Bunda karena Bi Tita ada diruang televisi sedang menyetrika sambil nonton tv.

"Iya, Bu." balas Bi Tita yang langsung kudengar berisik suara gesekan sandal swallow-nya dengan lantai. Aku hanya terkekeh sambil mematikan kran karena memang semua piring kotor sudah ku cuci. Dan sekarang step terakhirnya hanya tinggal mengelap piring yang basah. Setelah itu aku akan naik ke atas, ke kamarku.

"Neng, Bang Reza yang nelfon." ucap Bi Tita yang sudah menyembulkan kepalanya di pintu dapur. Aku beralih menoleh kearah Bi Tita lalu mengangguk.

"Yaudah nih, Bi. Tinggal di keringkan aja." ucapku sambil beralih memberi sapu tangan pada Bi Tita ketika melewati tubuh Bi Tita. Bi Tita hanya mengangguk lalu aku langsung ke ruang tamu.

"Halo, maaf ya, Bang. Tadi aku abis bantu-bantu Bunda." ujarku bersuara ketika sudah menempelkan telefon genggam pada telinga kananku dan sudah duduk manis di sofa berwarna hijau lumut kesukaan Bunda.

"Aish, rajin-rajin amat, Na. Hehe."

"Gapapa dong, kan dapat pahala. Dari pada Abang, bisanya cuma gitaran aja sepanjang hari sepanjang masa." balasku diiringi kekehan sambil memainkan kukuku.

Ku ceritakan sedikit tentang Bang Reza ini, ya? Namanya adalah Reza Saputra. Dia ini lebih tua setahun dengan umurku. Aku kenal dia itu karena aku dan dia memang tetanggaan, rumahnya tak jauh dari rumah ku, hanya perlu melewati beberapa rumah saja. Aku kenal Bang Reza ketika aku SMP. Tapi, walau beda sekolahan Bang Reza ini rajin rutin anter-jemput aku sekolah. Dia ini sudah aku anggap sebagai Abangku sendiri. Aku senang memiliki teman seperti dia. Tempat ketika aku curhat dan dia yang lebih dewasa menasihatiku tentang ini dan itu, hingga setiap curhat padanya aku merasa nyaman. Bunda dan Bi Tita juga sudah mengenal Bang Reza karena Bang Reza ini sering kerumahku sekedar untuk main atau belajar bersama. Dan notabennya Bang Reza yang lebih pintar, jadi aku deh yang minta di ajarin dia kalau ada pekerjaan rumah yang aku gak ngerti. Intinya dia ini ter-the best deh.

"Tau dari mana gue gitaran mulu?"

"Yaaa tau aja. Kan aku kenal Abang bukan kemarin-kemarin, udah lama." ucapku lalu tertawa sebentar. Bang Reza juga ikut tertawa.

Dari aku, untuk kamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang