“Jangan senyum.”
Kento sedang menonton video pertandingan Anthony. Dia akan bertemu dengan Anthony di Quartel Final Indonesia Open 2015. Awalnya Kento hanya ingin mempelajari lawannya, tetapi dia tidak bisa fokus. Senyum Anthony yang manis membuat fokusnya buyar, dia malah jadi membayangkan kalau saja dia bisa melihat senyum manis itu setiap hari, dimanapun dan kapanpun.
Mengusap wajahnya gusar saat sadar kalau dia melewatkan seluruh video hanya untuk mengkhayal. Perasaannya menjadi tidak tenang, Kento takut kalau khayalannya akan mempengaruhi performanya besok.
“Kenapa lawanku besok harus dia?” gumam Kento.
.
.
.Kento dan Anthony berjalan memasuki stadion Istora Senayan, mereka siap untuk bertanding. Kento terus menerus meyakini diri sendiri dalam hati bahwa dia bisa. Namun semua usahanya gagal, saat dia berjabat tangan dengan Anthony. Anthony berjabat tangan dengannya sambil tersenyum, Kento menggeram rendah melihatnya.
Sial, kenapa manis sekali ?
Sepanjang babak pertama Kento tidak bisa fokus, dia sering melakukan kesalahan dan dia mengkambing hitamkan senyum manis Anthony. Pelatihnya sampai menegur Kento karena terlihat frustasi selama babak pertama.
“Coach, ini semua salah Anthony.” Ujar Kento, saat dia ditegur pelatihnya.
“Benar, dia bermain baik dan kamu tidak fokus.” Jawab Coach.
“Bukan! Dia tersenyum tadi.”
“Hah?”
“Anthony senyum kepadaku tadi.”
“Maksudnya dia senyum mengejek?”
“Tidak! Dia senyum dengan tulus, mata bulatnya lucu sekali, ah pokoknya tadi dia senyum manis sekali.”
Coach hanya bisa melihat Kento datar, ingin sekali memukul kepala muridnya itu. Tapi dia tahan, bukan waktunya untuk itu sekarang. Coach memberikan saran-saran ke Kento, tapi entah didengar atau tidak karena Kento terus menatap ke arah Anthony. Dan Coach hanya bisa menghela nafas pelan, sambil berdoa agar sarannya tadi didengar oleh muridnya.
.
.
.Babak kedua Kento bisa mengendalikan permainan. Dia bertekad untuk segera mengakhiri pertandingan -dengan dia keluar sebagai pemenang tentunya- karena Kento sadar kalau dia bisa memeluk Anthony. Yeah, dia akan memeluk Anthony saat pertandingan selesai, tidak cukup dengan berjabat tangan, dia harus memeluk Anthony.
Gemas akutuh (づ ̄ ³ ̄)づ
Dibabak ketiga Kento merasa sudah diatas angin, kemenangan terasa sudah ditangannya. Dibenaknya sudah terbayang dirinya yang memeluk tubuh mungil Anthony. Lalu menggendongnya dan membawanya pulang ke Jepang.
Pertandingan akhirnya dimenangkan Kento. Sedikit tidak perduli dengan Anthony yang sepertinya masih sedih karena kalah, Kento mendekatinya sambil merentangkan kedua tangannya, siap memeluk tubuh mungil tersebut.
Saat tubuh mungil Anthony berada dipelukan Kento, rasanya Kento benar-benar ingin membawa tubuh mungil itu ke Jepang. Sayang baru saja merasa senang bisa memeluk, Anthony sudah melepaskan pelukannya.
Bentar banget
Namun seperti pepatah 'Sudah dikasih Hati minta Jantung', Kento merasa ingin lebih dari Anthony. Dia tiba-tiba ingin merasakan bibir penuh Anthony.
Kento menggeram rendah sambil memijat pelan pelipisnya.
.
.
.Entah apa yang ada dipikiran Kento, karena sekarang dia berada didepan pintu ruang istirahat pemain Indonesia. Menarik nafas dalam sebelum membuka pintu ruangan tersebut. Dan dewi fortuna seperti berada dipihaknya, diruangan tersebut hanya ada Anthony seorang diri.
"Hai. " sapa Kento.
Anthony yang sedang sibuk dengan tas raketnya menoleh, "Kento? "
Kento berjalan masuk setelah menutup pintu, berdiri didepan Anthony yang hanya memandang Kento dengan tatapan polosnya. Kedua tangan Kento terkepal erat saat Anthony memiringkan kepalanya, gestur bertanya karena Kento hanya diam saja.
“Aku.. uh, aku hanya ingin melihatmu.” Ucap Kento terbata.
Anthony tersenyum, “Kau sudah melihatku sekarang.”
Kepalan tangan Kento semakin erat, “Jangan tersenyum.”
“Hah?”
“Senyummu buruk, buruk sekali.”
Anthony sedih, terlihat dari kedua matanya. Mulut Anthony terbuka seperti ingin mengucapkan sesuatu, tapi tidak ada kata yang keluar.
“Buruk sekali.. hingga membuat kepalaku pusing. Buruk sekali hingga membuat nafasku sesak. Buruk sekali karena membuatku tidak bisa tidur. Buruk sekali hingga membuatku hampir tidak fokus saat bertanding.” Ujar Kento panjang lebar.
Anthony yang mendengarnya hanya tertawa canggung, pria didepannya ini cheesy sekali pikirnya.
“Aku bilang jangan tersenyum.” Ucap Kento.
Anthony menaikan sebelah alisnya, “Aku tidak tersenyum, aku menertawakanmu.”
“Kenapa?” tanya Kento.
“Apanya yang kenapa?”
“Kenapa menertawakanku?”
“Karena kamu aneh.”
Mulut Kento membulat mendengar ucapan Anthony, sebelum akhirnya smirk terlihat dibibir Kento. “Aneh-aneh begini aku bisa menciummu.”
Anthony melihat Kento dengan tatapan menghujat. Pria didepannya ini ternyata memang aneh. “Kamu mabuk ya? Abis minum sake? atau baru nyobain bir pletok ?”
“Bir pletok?” tanya Kento.
Anthony mengerucutkan bibirnya, “Hu’um.”
Kento terdiam melihatnya.
Bir pletok itu kode minta dicium ya ?
Respon Anthony ternyata disalah artikan oleh Kento, dengan perasaan yang berbunga Kento merengkuh kedua pipi gembil Anthony dengan kedua tangannya. Menekannya sampai bibir Anthony mengerucut lalu menciumnya. Melumatnya bibir itu pelan sambil memejamkan kedua matanya. Bibir Anthony sangat lembut, Kento rasanya sangat ketagihan.
Sedangkan Anthony hanya bisa membulatkan kedua matanya. Butuh beberapa saat untuk mengembalikan kesadarannya dan mendorong Kento. “Sempak! Ngapain sih?”
“Loh kirain kode minta dicium?”
tanya Kento bingung.“Hah?!”
“Anthony.”
“APA?!”
“Nikah yuk?”
-----------------------------END-----------------------
Ps : anggap aja mereka ngomong pake b. Inggris atau kento jago b. Indonesia 😌
With love
Bucin Ony