Chou Tien Chen

1.3K 140 62
                                    

"Hei!"

Anthony merotasikan matanya saat mendengar sapaan yang sudah sangat amat sering didengarnya. Langkah kakinya menjadi lebih cepat saat ia merasakan orang yang menyapanya mencoba menyusulnya. Kerutan didahi Anthony muncul ketika orang tersebut berhasil menyamakan langkah kakinya. Dalam hati Anthony menyalahkan takdirnya yang mempunyai tubuh yang lebih pendek.

"Hei!" Sapa orang yang disebelahnya lagi, namun Anthony sekali lagi tidak menggubrisnya.

"Okeeeeyyy, kalau nggak mau jawab. Tapi aku tetap mau bilang kalau kamu masih dan selalu terlihat manis." Kata orang tersebut.

Anthony menghentikan langkah kakinya dan memandang orang disampingnya, "Kamu itu-"

"Pria yang memesona?" Pria disebelah Anthony memotong ucapannya.

Anthony ingin menjawab ucapan pria tersebut namun suara Bus datang mengalihkan perhatiannya, itu Bus tujuannya. Tanpa sepatah kata, Anthony meninggalkan pria disampingnya dan memasuki Bus.

Memilih duduk disamping jendela membuat Anthony bisa melihat lambaian tangan dari pria yang sedari tadi mengikutinya. Anthony bisa membaca gerak bibir pria tersebut yang sedang mengucapkan,

Semoga kamu bahagia hari ini

Dan Bus yang ditumpangi Anthony berjalan pergi.

.
.
.

"Hei!"

Anthony sudah menebak sebelum dirinya keluar dari rumah, pasti hari ini dia akan mendengar sapaan itu lagi. Melirik pria yang memanggilnya dan sedikit tersentak saat melihat telapak tangan pria itu dibalut perban. Mencoba tidak perduli, Anthony terus melangkahkan kakinya sebisa mungkin menjauhi pria itu.

"Hoodie kamu yang melar atau kamu yang makin kecil? Kok kamu tenggelam gitu? Lucu hehe." Ucap pria itu saat berhasil menyamakan langkah kakinya dengan Anthony.

"Bukan urusanmu." Jawab Anthony ketus.

Pria disamping Anthony mengendikkan bahunya, "Memang bukan."

Anthony seketika menghentikan langkah kakinya, membuat pria disampingnya juga melakukan hal yang sama. Namun ada perbedaan yang terlihat jelas disana, yaitu Anthony yang menatap sinis pria didepannya sedangkan yang ditatap sinis terlihat mengembangkan senyumnya membuat kedua matanya menjadi garis lurus.

Eyes smile sialan!

Anthony mengalihkan pandangannya ke arah tangan kanan pria itu, dalam hati dirinya sekuat tenaga untuk tidak bertanya alasan tangan pria itu diperban. Mengucap terima kasih kepada Tuhan saat dirinya mendengar suara Bus berhenti, itu Bus yang akan ditumpanginya.

Saat Anthony akan berbalik menuju Bus, pria didepannya berucap, "Aku habis nonjok tembok, jadi tanganku diperban."

"Nggak perduli." Jawab Anthony, lalu beranjak memasuki Bus.

Dan seperti hari-hari lainnya, Anthony bisa melihat pria itu mengucapkan kalimat doa,

Semoga kamu bahagia hari ini

.
.
.

"Hei!"

Anthony seperti biasa tidak menjawab sapaan tersebut. Selain sudah sangat jengah, Anthony merasa sangat lelah pagi ini. Mencoba sekuat tenaga untuk melangkahkan kaki minimalisnya menuju halte Bus, tidak perduli dengan pria disampingnya yang menatapnya cemas.

"Kamu kurang tidur?" Tanya pria disampingnya, namun Anthony tidak menjawab.

"Kamu lupa pakai lipstik juga ya? Bibir kamu nggak merah kayak biasanya." Tanya pria itu lagi yang membuat Anthony ingin menangis saja, dalam hati mengutuk nasibnya yang buruk hari ini.

"Chou Tien Chen." Ucap Anthony lirih.

Pria disampingnya melebarkan kedua mata sipitnya terkejut, "Iya?"

Anthony menarik dan menghela nafas pelan, "Cukup, kamu tau apa yang kamu lakuin selama ini itu bodoh?"

Ada jeda sejenak yang membuat keduanya menahan nafas dengan dua alasan yang berbeda.

Pria yang dipanggil Chou Tien Chen menghela nafas pelan, memalingkan wajahnya sejenak sebelum berucap, "Aku tau, tapi semua aku lakuin karena-"

"Karena kamu punya perasaan sama aku?" tanya Anthony memotong ucapan Tien Chen.

"Kamu tau, itu nggak bisa jadi alasan Mr. Chou Tien Chen. Dan aku yakin kamu cukup pintar untuk bisa nebak kalau aku ngerasa risih sama tingkah kamu selama ini." Lanjut Anthony.

"Aku tau dan paham itu semua." Jawab Tien Chen lirih.

Anthony mengerutkan dahinya heran, "Ya terus?"

"Aku cuma,, aku cuma ngerasa harus ngelakuin ini. Untuk bisa tetap terus melihat kamu."

Anthony memejamkan kedua matanya setelah mendengar jawaban lirih Tien Chen. Dirinya antara menerima dan tidak menerima jawaban dari Tien Chen. Anthony mengerti, terkadang perasaan seseorang bisa membuat kita berbuat yang diluar akal sehat. Seperti sekarang, pria didepannya ini bisa saja mendapatkan pria atau wanita lain tapi dia tetap lebih memilih dirinya yang selama ini mengabaikannya.

"Anthony." Panggil Tien Chen lirih.

Anthony membuka kedua matanya dan langsung menatap lurus kedua mata Tien Chen, "Stupid."

Lalu berbalik meninggalkan Tien Chen menuju Bus yang untungnya sudah datang, tak perduli dengan raut wajah terluka Tien Chen. Walaupun begitu bisa Anthony lihat dari dalam Bus, Tien Chen tetap mengucapkan kalimat doa yang sama untuk dirinya,

Semoga kamu bahagia hari ini

Dan Anthony tau kalau itu adalah untuk yang terakhir kalinya.



--------------------------END--------------------------

Pemanasan hehe

Gantung? Iya, soalnya pemanasan hehe
Udah ada ending yg lain tapi pengen tau ending versi kalian gimana

Ini buat yang nungguin sampe spam aku biar terusin ff ini 😁

Ga ngerti kenapa masih ada yang baca, vote sampe komen minta ff menye-menye ini dilanjut

Ini ff menye-menye gajelas loh :')

Tapi makasih ya dan semoga kalian suka 😁

OnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang