Fajar Alfian

1.8K 177 45
                                    

“Rumah baru.”

Anthony memandang rumah didepannya, keluarganya baru saja pindah rumah. Awalnya Anthony menolak, karena pasti harus beradaptasi dengan lingkungan barunya, dan dia sudah nyaman dengan lingkungan tempat tinggalnya yang dulu. Tapi keputusan mutasi dari kantor sang ayah tidak bisa dirubah, membuat keluarganya harus pindah ke kota Bandung, kota kantor baru sang ayah.

“Ony ayo masuk, kita harus beberes.” Ajak Mama Anthony, lalu beranjak memasuki rumah.

Anthony menghela nafas dan berjalan menuju rumah barunya. Namun ketika mendorong pagar rumahnya, Anthony tiba-tiba berhenti dan mendongak ke lantai dua rumah disamping rumahnya. Dibalkon lantai dua itu ada sebuah easel tanpa kanvas.

Mungkin tetanggaku seorang pelukis.

Anthony mengedikkan bahunya dan berjalan memasuki rumahnya. Dia harus cepat-cepat beberes agar bisa cepat tidur, tubuhnya sudah sangat lelah ingin istirahat.

.
.
.

“Udah selesai beberesnya?” tanya Mama Anthony saat melihat anaknya ingin menaiki tangga.

“Udah mah, Ony tidur dulu ya? ngantuk.” Jawab Anthony sambil terus menaiki tangga.

Anthony membuka pintu kamar barunya, kamarnya sudah cukup rapi hanya tinggal beberapa yang masih berantakan. Anthony berjalan menuju jendela balkon kamarnya yang terbuka, berniat ingin menutupnya, namun tertahan saat dirinya melihat balkon rumah disebelahnya. Ada seorang anak lelaki yang mungkin seumurannya sedang menjemur handuk, sepertinya baru selesai mandi.

Anak lelaki itu akhirnya sadar akan Anthony, awalnya dia terkejut namun tidak lama dia tersenyum lebar sampai terlihat gusinya, “Hai, tetangga baru ya?”

“I-iya.” Anthony tidak tau kenapa suaranya menjadi gugup.

“Aku Fajar, salam kenal.”

“Aku Anthony, salam kenal juga.”

“Kamu mungil ya, lucu.”

Mata Anthony terbelalak, kaget dengan ucapan Fajar. Fajar pasti anak yang blak-blakan. Anthony tidak tersinggung, dia sadar untuk ukuran seorang cowok dirinya termasuk mungil, apalagi cowok didepannya ini cukup tinggi.

“Kamu tinggi ya.” Timpal Anthony.

Fajar tersenyum bangga, ”Oh iya dong, saking tingginya aku bisa lompat ke balkon kamu.”

Alis Anthony terangkat, kaget untuk kedua kalinya dengan ucapan Fajar.

“Hehe.. iya terserah, aku masuk dulu ya. Bye.” Ucap Anthony, lalu menutup jendela balkonnya.

Diseberang sana Fajar masih berdiri memandang balkon kamar Anthony, bibirnya tersenyum simpul. Melirik easel yang berada dibalkon kamarnya, sepertinya dia punya inspirasi untuk melukis.

.
.
.

“Mah, Ony pergi dulu ya.”

Hari ini Anthony akan ke toko buku untuk membeli peralatan sekolah. Pindah tempat tinggal artinya pindah sekolah juga, dan dia harus membeli peralatan sekolah baru. Lusa Anthony akan mulai sekolah disekolah barunya.

Anthony sedang berjalan menuju halte bus dekat rumahnya saat pergelangan tangan kirinya dicengkram. Pelakunya adalah tetangga barunya, Fajar.

“Hai Ony.” Sapa Fajar.

Anthony melirik tangan kirinya yang masih dicengkram Fajar, “Hai.”

Fajar melepaskan tangan kiri Anthony, meninggalkan bekas cetakan tangannya dipergelangan Anthony. Anthony yang melihat bekasnya agak meringis,

OnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang