Jonatan Christie

2.1K 217 96
                                    

"Kau menjijikkan."

Anthony memberengut jijik melihat pemuda didepannya. Dulu Anthony menganggapnya sebagai adik, teman dan partner yang keren. Tapi itu dulu sebelum pemuda didepannya ini berubah menjadi menjijikkan menurut Anthony.

"Kau pikir.. kau bisa bebas dengan sikap dan perasaan menjijikkanmu itu?" nafas Anthony terengah-engah menahan amarah.

"Diam saja, huh?! Baru sadar?!" Lanjut Anthony geram.

Pemuda itu menatap Anthony datar, innernya menyeringai puas melihat reaksi Anthony. Baginya saat ini Anthony layaknya seekor kelinci kecil lemah yang siap diterkam kapan saja. Tapi dia tidak ingin menerkam Anthony saat ini, dia masih ingin melihat sejauh mana reaksi menggemaskan Anthony.

"Sudah marahnya.. sayang?" tanya Pemuda itu lembut, menahan seringainya saat melihat Anthony bergidik.

Jujur Anthony sangat takut dengan pemuda didepannya, dia sadar kalau dirinya hanya seperti kelinci kecil bagi pemuda itu. Tapi Anthony sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan rasa takutnya, dia tidak ingin pemuda didepannya ini menjadi senang. Pemuda didepannya ini pernah bilang kalau dia suka melihat Anthony ketakutan, itu membuatnya puas.

"Kau gay menjijikkan." ujar Anthony dengan pandangan menghujat.

"Tsk.. bibir manismu itu tidak pantas untuk berbicara kasar. Cobalah untuk membuatnya lebih berguna sedikit, seperti mendesah untukku."

"Kau gila Jo." Bisik Anthony, rasanya Anthony ingin muntah mendengar ucapan pemuda didepannya, "Sadar Jonatan, kamu udah kelewatan batas."

Pemuda itu, Jonatan merotasikan matanya tidak perduli, "Kau tau siapa yang membuatku seperti ini."

"Tidak, bukan aku." Lirih Anthony menahan tangis.

Jonatan berjalan mendekati Anthony, sedangkan Anthony dengan tubuh bergetar mengambil langkah mundur. Anthony tidak ingin berada didekat Jonatan, kedua mata bulatnya menatap Jonatan waspada. Jonatan tidak tersinggung, dia malah merasa puas, dia sangat suka melihat Anthony ketakutan. Rasanya adrenalinnya meningkat saat melihat Anthony ketakutan.

"Selama ini aku sudah berbaik hati Kak, sangat berbaik hati menyerahkan hatiku untukmu. Tapi kenapa kamu malah menolaknya?" Jonatan menunjukkan raut wajah terluka yang dibuat-buat.

Anthony mengedarkan pandangannya, melihat apakah ada orang yang bisa dimintai bantuan. Dia sungguh ketakutan sekarang, inginnya berlari pergi tetapi kakinya terasa seperti jelly sekarang. Airmata Anthony memaksa ingin keluar saat Jonatan menatapnya nyalang.

"Oh ayolah Kak, jangan menunjukkan raut wajah 'fuck me' seperti itu." deru nafas Jonatan memburu, berjalan cepat mendekati Anthony dan mencengkram lengan kiri Anthony. Anthony memekik kaget dibuatnya, pipi gembilnya basah karena airmatanya.

"Kau gay gila. Kau akan dikucilkan." Suara Anthony tercekat diujung, Jonatan sedang mengecup telinganya.

"Aku gay karenamu Kak." Bisik Jonatan seduktif, tidak terpengaruh dengan ucapan pedas Anthony.

Anthony berontak mendorong tubuh Jonatan menjauh, tetapi usahanya gagal karena Jonatan dengan tenaga yang lebih besar merengkuh erat tubuh mungil Anthony.

"Oh my.. tubuh mungilmu terasa pas dipelukanku. Aku ingin tau apa lubang hangatmu akan terasa pas dengan adik kecilku haha."

Anthony menggeliat sekuat tenaga, Jonatan benar-benar sudah gila pikirnya. Air matanya mengalir deras saat mendengar tawa melecehkan Jonatan. Memutar otaknya agar bisa lepas dari jeratan Jonatan, dia tidak ingin membiarkan Jonatan terus bersikap kurang ajar. Dengan tubuh yang agak bergetar, Anthony menendang bagian intim Jonatan dengan dengkulnya. Dan berhasil, Jonatan melepaskan pelukannya karena rasa sakit dibagian intimnya.

"Kau pantas untuk itu." ujar Anthony lega.

"Loh Jo, kenapa?!"

Anthony dan Jonatan reflek menoleh ke sumber suara, disana ada Marcus yang terlihat terkejut.

"Koh, Kak Ony nendang adik kecil Jojo nih."

Anthony gelagapan saat Marcus menatapnya minta penjelasan, kepalanya menggeleng, "Jojo melecehkan Ony, Koh."

"Jojo emang selalu nempelin Kak Ony, tapi nggak mungkin Jojo ngelakuin itu Koh." Jonatan memang seharusnya menjadi aktor, karena sekarang aktingnya sangat bagus. Raut wajahnya polos dan memelas, membuat Marcus percaya dan menatap Anthony dengan pandangan menuduh.

"Kamu kenapa sih, Ny? Akhir-akhir ini kokoh liat kamu kasar sama Jonatan." Ujar Marcus, Jonatan mengangguk masih dengan akting polosnya.

Hati Anthony mencelos, sakit sekali rasanya saat dirinya yang dilecehkan tetapi dirinya pula yang disalahkan. Menahan sesak didadanya, Anthony menatap marah Jonatan, "Kau! Kau gay tidak tau malu!"

"ANTHONY!!" teriak Marcus marah.

"KENAPA MEMBENTAKKU? JONATAN BOHONG, AKU BENAR-BENAR DILECEHKAN! DIA GAY TIDAK TAU DIRI!" dada Anthony sekarang benar-benar terasa sesak, isakan tangis terdengar dari bibirnya.

Marcus memijat dahinya pelan, "Ony, kalau kau ada masalah dengan Jonatan coba selesaikan dengan baik-baik. Jangan anarkis atau menuduhnya macam-macam."

Bahu Anthony melemas, manik indahnya meredup, dirinya kecewa saat Marcus yang selama ini dikenalnya sangat pengertian dan selalu membelanya malah berbalik menuduhnya. Kalau Marcus saja sudah tidak percaya dengannya, sudah bisa dipastikan tidak akan ada lagi yang percaya dengannya. Walaupun berat, Anthony akui akting Jonatan perlu diberi penghargaan.

Marcus menepuk bahu Anthony pelan, "Kokoh mohon selesaikan salah paham kalian, kasian Jojo." Lalu berjalan pergi meninggalkan Anthony dan Jonatan.

Seketika rasa panik mendera Anthony saat sadar kalau dia hanya berdua dengan Jonatan. Manik bulatnya bersibobrok dengan Jonatan, terlihat Jonatan sedang menyeringai licik.

"Puas kau?" geram Anthony.

Anthony berbalik berniat untuk pergi, namun Jonatan mengejar kemudian memeluk erat tubuh mungil Anthony dan berbisik, "Belum, sebelum kamu jujur dengan perasaanmu sendiri sayang."

"Kenapa kamu tega Jo?" tanya Anthony menahan tangisnya, dia menyerah untuk kabur.

"Kau yang memaksaku sayang." Jonatan mengecup seluruh wajah Anthony lembut.

"Kau licik."

Jonatan mendengus geli, mengigit gemas leher mulus Anthony meninggalkan bekas kemerahan disana, "Aku bisa lebih licik dari ini sayang."

Tubuh Anthony bergetar takut, Jonatan bilang dia bisa lebih licik dari pada ini. Anthony tidak bisa membayangkan yang dimaksud 'lebih licik' versi Jonatan itu bagaimana, "Kau akan dikucilkan."

"Haha bukan aku sayang, tapi kita." Jonatan mengelus lengan Anthony seduktif, "Cobalah jujur dengan perasaanmu sendiri sayang, maka aku tidak akan keras terhadapmu."

"Aku tidak punya perasaan menjijikkan itu." desis Anthony, namun nyalinya menciut saat Jonatan menatapnya tajam, "Jangan fitnah aku lagi." Lirih Anthony.

"Tidak akan selagi kau jujur sayang. Jangan mengelak, aku tau kau mencintaiku juga. Aku tau." Jonatan menunduk, mengecup bibir penuh Anthony.

Anthony menangis lagi, hatinya sudah lelah rasanya ingin menyerah saja, "Kita akan dikucilkan." Lirih Anthony.

Jonatan tersenyum tulus, "Tidak akan sayang, aku akan membungkam mereka semua. Percaya padaku."

Anthony mengerti apa yang dimaksud Jonatan, bergidik ngeri membayangkan apa yang akan dilakukan Jonatan nantinya saat membungkam mereka yang mencoba mengucilkan. Lamunan Anthony buyar saat bibirnya dilumat oleh Jonatan, mencoba menikmati Anthony memejamkan kedua matanya.

"Aku mencintamu, sangat mencintaimu." bisik Jonatan disela-sela ciumannya.

----------------------------END------------------------

Buat yang minta JoTing
Buat yang minta ratingnya dinaikin
Buat yang minta angst

🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈

Ini udah naik kan ratingnya?
Udah angst juga kan?
Menurutku sih udah 😌

Huhu aku buat apaan sih?  😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

OnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang