Rian Ardianto

1.5K 181 51
                                    

“Awww.”

Anthony meringis saat bahunya tertabrak bahu seseorang. Dia sedang membawa buku yang cukup banyak dan sedikit tidak memperhatikan jalan. Anthony langsung mengumpulkan lagi bukunya yang jatuh berserakan dibantu orang yang ditabraknya.

“Maaf, aku nggak sengaja.” Ucap Anthony minta maaf tanpa melihat orang yang ditabraknya.

“Aku yang harusnya minta maaf, tadi aku jalan sambil main ponsel.”

Anthony mendongak saat mendengar suara orang yang ditabraknya, dan dugaannya benar kalau itu suara si ketua BEM, Rian Ardianto. Ketua BEM yang tak tersentuh julukannya, karena sampai sekarang belum pernah ada kabar kalau ketua BEM mereka ini mempunyai pasangan. Padahal banyak yang menyukainya secara terang-terangan.

Anthony mengambil buku ditangan Rian, “Makasih, permisi.”

“Kamu mau ke perpus?” tanya Rian.

Anthony hanya mengangguk dan berjalan pergi. Rian tidak tinggal diam, dia berlari kecil menyusul Anthony dan mengambil sebagian buku dari tangan Anthony.

“Aku bantuin.” Ucap Rian.

Anthony hanya diam dan terus berjalan yang diikuti Rian. Kampus mereka sudah mulai sepi karena memang sudah sore menjelang petang. Mereka jalan beriringan dalam diam, hanya ditemani angin sore yang sejuk serta senyum si Ketua BEM.

Anthony mengetuk pelan meja penjaga perpustakaan, membangunkan penjaga tersebut dari tidurnya. Setelah penjaga itu terbangun, Anthony menyerahkan buku yang dibawanya untuk dicatat. Penjaga perpustakaan mempersilahkan Anthony dan Rian masuk setelah mencatat semua buku yang diberikan  Anthony. Anthony berjalan menyusuri rak-rak buku,mencari rak buku yang sesuai dengan buku yang dibawanya.

“Kamu bawa banyak buku gini, nggak minta bantuan orang?” tanya Rian memecah keheningan.

Anthony mendongak ke arah Rian dan menggeleng.

“Kenapa?”

“Aku bisa sendiri.”

“Tapi kamu tadi nabrak aku.”

Anthony menemukan rak yang dicari dan menaruh buku yang dibawanya, “Tadi katanya kamu yang nabrak.”

Rian meringis kecil mendengar jawaban Anthony, “Ya kan kamunya juga nggak hati-hati makanya nggak bisa ngehindar.”

Anthony mengadahkan tangannya kearah Rian.

“Apa?” tanya Rian bingung.

“Bukunya, mau aku taruh disitu?” Anthony menunjuk rak bagian atas.

Rian mendongak kearah rak yang ditunjuk Anthony, “Nyampe nggak?”

Anthony mengerling sebal, mengambil buku yang dibawa Rian dan berjinjit untuk menaruhnya, tapi tidak sampai. Rian yang melihatnya hanya tertawa kecil, lalu berjalan ke sudut ruangan untuk mengambil tangga yang biasa dipakai untuk menaruh buku dirak bagian atas.

Rian memegang pinggang Anthony membuat Anthony memekik kaget,

“Ngapain sih?” tanya Anthony galak.

Rian tersenyum simpul, menunjuk tangga disebelahnya dengan dagunya, “Pakai tangga aja.”

“Tadinya aku mau kayak difilm-film, tapi raknya terlalu tinggi.” Lanjut Rian.

Anthony menahan senyumnya mendengar perkataan Rian, berjalan menuju tangga dan menaikinya untuk menaruh buku. Rian menyenderkan tubuhnya dirak, mendongak untuk menatap wajah manis Anthony. Rian terkekeh pelan karena pipi Anthony terlihat lebih gembil saat dilihat dari bawah.

“Kamu baca semua buku-buku itu?” tanya Rian.

“Iya.” jawab Anthony, tangannya sibuk menyelipkan buku-buku yang dia bawa kedalam rak.

“Mana yang paling kamu suka?”

Anthony mendudukan dirinya di anak tangga, menunduk dan menatap lurus mata Rian, “Semuanya.”

Rian menarik pelan tangan kanan Anthony, memainkan jari-jarinya , “Pilih salah satu yang paling kamu suka.”

“Kenapa?”

“Pengen tau aja.”

Anthony menyenderkan pelipisnya di anak tangga, “Kalau aku jawab, kamu mau cari buku yang mirip trus kasih ke aku lagi?”

“Nyenengin pacar sendiri nggak masalah kan?” tanya Rian, ibu jarinya mengelus pelan jari manis Anthony.

Tubuh Anthony menegak seketika setelah mendengar pertanyaan Rian, kepalanya menengok ke segala arah untuk melihat apa ada orang disekitar mereka yang memungkinkan untuk mendengar.

Rian mendengus geli melihat reaksi berlebihan dari Anthony, mencium lembut tangan kanan Anthony untuk menarik perhatian, “Nggak ada orang sayang.”

Anthony mendelik kesal Rian, “Kalau ada gimana?”

Rian mengedikkan bahunya, “Ya nggak gimana-gimana. Lagian buat apa kita sembunyiin status kita?”

“Kamu udah tau alasannya kan.” Jawab Anthony lirih.

Rian mengulurkan kedua tangannya kearah pinggang Anthony, menggendongnya turun dari tangga.

“Tapi kenapa?” tanya Rian, kedua tangannya masih berada dipinggang Anthony.

Anthony merasa de javu, mereka pernah dalam posisi ini dan Rian juga pernah mengajukan pertanyaan ini 2 tahun yang lalu, saat pertama kali Anthony meminta Rian untuk merahasiakan hubungan mereka.

Hati Anthony berdesir, sudah 2 tahun mereka menjalin hubungan dan sudah 2 tahun juga mereka merahasiakan hubungan mereka dari siapapun, bahkan dari keluarga mereka.

Sebenarnya Anthony tidak yakin mengapa dirinya meminta Rian untuk merahasiakan hubungan mereka. Dulu saat Rian bertanya mengapa, Anthony hanya bilang kalau dirinya belum siap dan Rian menyetujuinya begitu saja. Kalau dipikir ulang, mungkin Anthony akan merasa sakit hati apabila Rian yang memintanya untuk merahasiakan hubungan mereka, apalagi dengan alasan yang tidak jelas seperti yang dirinya bilang. Tapi Rian dengan sabarnya tetap mengikuti kemauan Anthony tanpa sekalipun mengeluh.

“Aku udah nggak bisa lagi nyembunyiin hubungan kita sayang.” Ujar Rian, menyadarkan Anthony dari lamunannya.

“Udah banyak orang yang tertarik sama kamu, udah banyak orang yang mulai ngedeketin kamu. Bahkan teman dekatku sendiri punya perasaan sama kamu. Aku udah nggak bisa tahan diri untuk diam aja saat mereka secara terang-terangan bilang ke aku kalau mereka suka sama kamu.” Lanjut Rian, menghela nafas pelan lalu berbisik lirih,

“Aku takut.”

Hati Anthony terenyuh sekaligus sakit mendengar ucapan Rian, selama ini dirinya ternyata sudah egois.

“Maaf.” Ucap Anthony, tangan kanannya mengusap lembut pipi kiri Rian.

Rian menahan tangan Anthony dipipinya, memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut pacarnya, “Aku sayang kamu.” Mata Rian terbuka, menggenggam tangan kanan Anthony dan menciumnya lembut, “Aku mau kita nggak sembunyiin hubungan kita lagi, bisa kan?”

“Aku mau menanggalkan julukan ‘Ketua BEM yang tak tersentuh’.” Lanjut Rian.

Anthony tertawa mendengarnya, lalu mengangguk pasti, “Iyaaaa~ ayo mulai sekarang kita go public.”

Rian menghela nafas lega, kesabarannya selama 2 tahun berbuah manis. Mulai sekarang dia bisa melawan semua orang yang berniat mendekati pacar manisnya. Dan yang paling penting dia bisa menanggalkan julukan ‘Ketua BEM yang tak tersentuh’, karena dia berniat akan menyentuh pacarnya kapan saja dan dimana saja.

---------------------------END-------------------------

Buat yang minta RianxAnthony 🙈

Aku tuh kepengaruh sama komen kalian yg bilang kalo Rian pasti jadi seme yg kalem & ngebimbing Ony yg manja.

Trus sadar kalau semua part yg sebelumnya tuh selalu bikin Ony baru aja dijedor. Jadilah aku bikin cerita kalau Rian & Ony udah pacaran.

Tapi ya tapi.... ceritanya tetep pasaran & menye-menye, khas diriku sekaliiii 😒

OnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang