Bahagia

247 7 0
                                    


Marsal pov-----

    Keesokannya badanku sudah enakan, yah hari ini tepat hari libur jadi aku nggak kerja.

   " Kakak!!!!" Teriak Marcel seraya berlari ke arahku

    Aku tersenyum melihatnya, rasanya seperti baru bertemu saja. Pernikahan kami memang memasuki 13 Bulan. Dan sebentar lagi ulang tahunnya Marcel.

   " Kakak, ayok kesana! Tadi aku liat ada bunga asoka!" Ucap Marcel seraya menarik-narik lenganku, aku hanya mengangguk

   Kami berjalan menuju sebuah danau. Marcel asyik main air di tepian, aku tersenyum melihat tingkah Marcel membuat aku bisa tersenyum setiap saat.

   " Kakak!" Ucapnya seraya mencipratkan air danau ke wajahku, refleks aku mengusap wajahku yang basah akibat ulah Marcel

   " Dek, ini muka loh bukan rumput." Ucapku kesal, Marcel menatapku polos dan tertawa puas

    Karna gemas, aku menariknya membawanya ke pelukanku. Mendekapnya erat, Biarin. Biar mukanya merah.

    " Kak..." rengeknya

    " Hem?"

    " Adek, nggak bisa napas!" Reflek aku melepaskan pelukanku. Marcel langsung mangap-mangap ambil nafas

    " Dasar, bau ketek!" Oh, dia mengodaku lagi yah.

    Aku memeluknya dari belakang, kucubit pipinya yang rada tirus. Yah, tembem sedikit, sedikit tapi....

   " Aduh, sakit kak. Nanti aku tembem!" Omelnya

   " Biarin, biar gemuk sekalian!" Balasku

   " Kalo gemuk aku nggak bakalan cantik kak!"

   " Dek, cantik nggak bisa diukur dari itu. Lagipula Rasulullah melarang umatnya untuk gemuk, takut banyak penyakit. Tapi kalo kamu yah, jangan kurus-kurus kasian aku liatnya."

   Ucapku berusaha memberikan penjelasan kepada Marcel.

    " Lah, ini emang bawaan kak!" Ucap Marcel mayun

    " Masyaallah dek, itu bibir jangan di monyong-monyongin. Nanti, aku tambah gemes!" Ucapku

    " Biarin, biar gak cuma adek yang nge-fly sampe langit!"

    Aduh, tambah demen ngodain loh nantinya. Biar kamu tambah su sayang :)

   " Kak..."

   " Hem?"

   " Kakak sama akhwat bercadar itu..."

   " Dek..." panggilku " jangan bahas di sini yah. Dirumah aja."

    Seketika aku merasakan setetes air jatuh di tanganku. Marcel menangis, astaghfirullah dek..

   " Ayok pulang yah."

   " Aku butuh kejelasan kak, lagipula siapa wanita berjas itu?! Rambutnya indah yah..."

   Marcel melepaskan pelukanku, posisinya masih tetap. Aku menatapnya sedih, dia belum bisa percaya padaku.

    " Dek... mereka hanya kenalan, nggak lebih." Ucapku

    " Kenalan kok mesra?!"

    " Kamu cemburu?" Tanyaku, dia berbalik dan menatapku lekat-lekat

    " Iyah, aku cemburu. Memangnya kenapa?! Wajar kak, aku ini istri kamu. Sedangkan aku nggak rela kalau kamu dekat sama wanita lain!" Ucapnya seraya menghapus bulir bening yang belum sempat jatuh itu

UNTUKMU IMAMKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang