Marcel pov-----Aku menatap sedih, kenapa kak Marsal nggak langsung mengejar ku? Apa si Lisa tadi lebih baik dariku? Apa karna gadis itu bercadar? Tapi, apa hanya gara-gara cadar kak Marsal tega sama aku?
" Ukhti Marcel? Kok melamun?" Tanya seseorang dari belakang
Cepat-cepat aku menoleh ke asal suara. " Arka?!" Ucapku kaget
" Assalamu'alaikum.." ucapnya dengan senyum manis
Aku menunduk, entah kenapa aku refleks menunduk.
" Ah, maaf ukhti ganggu yah?" Tanyanya, aku hanya menggeleng
" Lalu kenapa menangis?"
" Nggak ada apa-apa." Cepat-cepat aku mengusap air mata yang tak sengaja mengalir
" Ya Allah, ukhti tolong jangan menangis. Saya nggak tega." Dengan cepat Arka memberikan sapu tangan ke padaku
" Arka, aku udah suka sama dia, aku udah berusaha jadi lebih baik, kenapa dia menyakiti aku?" Lirihku asal
Arka menatapku, lalu menunduk lagi. Dengan jarak yang cukup jauh.
" Memangnya apa yang ukhti rasakan? Hingga menangis? Apa ukhti tau setiap tetes air mata itu api neraka untuk lelaki yang menyakitkannya?"
" Aku tidak tau, aku tidak peduli!! Dia milikku dan bukan milik yang lain!"
Arka menatapku kaget,. " Astaghfirullah hal adzim, jangan sampai kamu terobsesi!"
Aku cuma menangis tak peduli dengan ucapan Arka, lagipula aku memikirkan suamiku kok, pacar halalku.
" Aku bukan terobsesi, tapi memang kami-"
Kulihat kak Marsal menghampiriku, dia langsung menggenggam tanganku. Rasa cemas tampak terlihat di wajahnya.
Aku hanya menatapnya jenuh, kesal karna sikapnya yang diam saja tadi.
" Ah, maaf saya harus pergi." Arka dengan cepat berlari ke arah parkiran, keliatannya dia sibuk. Aku hanya balas mengangguk.
" Maaf dek, aku tadi di cegah Lisa."
" Lalu, kenapa nggak nyegah aku?"
" Aku nggak bisa ngejar kamu, karna dia berdiri tepat di depanku dek. Shaleha, jangan marah yah."
Aku menghela nafas lega, yah. Setidaknya ada alasan kak Marsal yang masuk akal kenapa tidak mencegahku pergi tadi.
" Yaudah kak aku masuk dulu. Kakak cepat-cepat shalat aja." Ucapku seraya meninggalkan kak Marsal yang masih menatapku sedih.
********
" Uhukkk...uhuk."Cepat-cepat aku membawakan obat batuk kak Marsal seraya memijati bahunya. Duh, pasti gara-gara bergadang.
" Kakak tidur yah." Ucapku khawatir
Kak Marsal menggenggam tanganku dengan badan memanas. Ya Allah, dia demam.
" Ya Allah, kak. Bentar aku bawain kompres." Tapi tangan kak Marsal enggan melepaskan tanganku
" Dek, kamu di sini aja... aku... uhuk! Pengen kamu di .... sini aja." Ucapnya, aku serasa tak bisa berkutik.
Aku langsung mengambil air mineral yang masih tersegel dan handuk kecil, kutetes kan air itu ke handuk dan mengompres kening kak Marsal.
Tubuhnya menggigil, kuselimuti tubuhnya lalu aku memeluknya. Takut, dia kedinginan. Aku mengambil selimut lagi untuk menyelimuti tubuhku dan kak Marsal.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUKMU IMAMKU
SpiritüelBismillahirrahmanirrahim.... Dengan izin Allah, Mari kita bersama-sama menggapai jannah- Nya #publis tgl 3