MCH-3

32.2K 1.4K 141
                                    

"Terkejut sakura?"
"Apa yang kau lakukan disini?" Ucapku pelan
"Menemui pacarku mungkin?"
"Waaa maksudmu suamiku?" Ucapku sinis
"Daichi, dengarkan aunty okay?" Ucapku sambil berjongkok.

Daichi tampak melihatku  serius. Mata bulatnya benar-benar menggemaskan. Sadarlah sakura ini bukan saatnya terpesona dengan kepokananmu sendiri.

"Temui unclemu sayang. Kalau dia menanyakanku, bilang aunty sedang sibuk dengan sapi perah. Kau mengerti sayang?" Daichi mengangguk pergi begitu saja.
 
"Apa-apaan kau ini? Aku bukan sapi perah!"
"Merasa tersindir nona?"
"Kau! Bisakah kau diam dan dengarkan aku sakura. Kau mengambil hal yang paling berharga dariku Hanya dia yang kupunya!"
"Ikuti aku!" Ucapku dingin.

 Aku baru tau ada seonggok manusia tak tau diri seperti dia. Ini tempat umum dan dia berteriak sekencang itu? Andai aku mau, sudah kujahit mulut jalang satu ini. Dia terus mengekoriku, sepertinya dia sadar menjadi pusat perhatian karena membentakku. Ia pasti sangat malu, rasakan itu. Aku membawanya ke lorong lobby hotel. Ini cukup sepi kurasa, haruskah aku meneriakinya? Memaki? Atau menganiayanya? Tenang aku tak sekejam itu.

"Bicaralah sepuasmu. Maki aku kalau memang perlu." Ucapku tenang.
"Sakura, aku benci padamu! Sasuke hanya milikku! Kenapa kau selalu merebut milikku sakura! Lepaskan dia. Kumohon sakura. Hanya sasuke yang kupunya." Ia mulai menangis.
"Haruskah aku iba padamu? Apa yang sudah menjadi milikku akan selalu jadi milikku. Kau camkan itu" Ucapku datar meninggalkannya.

"Sialan kau sakura! Kubunuh kau!"
 
Dengan kasar ia menjambak rambutku. Jambakannya boleh juga. Ia mulai histeris dan mengguncang tubuhku dengan amat keras. gaya berkelahinya seperti anak SMA.  kenapa dia kekanak-kanakan sekali.
 
"Lepaskan jambakanmu. Kubilang lepaskan."
"Tidak sampai kau melepaskan sasuke."
"Aku tak akan pernah melepaskan suamiku hinata"

Ia makin marah. Ia mendorongku kelantai dan mengambil sesuatu ditasnya. Oh no gaun mahalku. Akan kubuat perhitungan dengannya. Kau boleh mengotori rumah tanggaku, tapi aku tak tinggal diam jika kau mengotori gaun milikku. Tunggu, tunggu, apa yang akan dia lakukan dengan pisau lipat itu? Dia tidak benar-benar membunuhku bukan?

"Aku sudah mengunakan cara yang halus sakura."
Ia masih terisak. Hinata mulai mendekatiku yang masih terduduk. Aku semakin mundur hingga terpojok. Ia berjongkok didepanku dengan linangan air mata.

"Ada apa denganmu?"
"Lepaskan sasuke. Biarkan dia bertanggung jawab atas anak ini."

Mataku melebar. Anak? Jalang  ini memproduksi bayi dengan suamiku? Brengsek kenapa aku sakit hati menedengarnya. Rasa perih menyerangku. Hinata mulai menggores pahaku dengan pisaunya. Psikopat gila, pahaku berdarah sialan. Aku masih terdiam, tak bisa melawan. Ucapannya benar-benar mengejutkanku. Ia berdiri, memutar-mutar pisaunya. Senyum  merekah dibibirnya. Dia menantangku? Aku berdiri dengan dengusan meremehkan. Ayolah seorang haruno tak selemah itu. Kami diajarkan bela diri dan sebangsanya sejak kecil. Luka kecil ini belumlah seberapa.

"Tangan, punggung, wajaah. Pilih sakura. Bagian tubuh mana yang akan menjadi korban pisau ini?"
Aku terdiam menahan amarah. Kuangkat tanganku untuk menamparnya. Hei mengapa dia menjatuhkan dirinya sendiri. Ia terlihat kesakitan. Aku memegangnya.

"Apa yang kau lakukan? Kau menyakiti bayimu!" Jangan menatapku aneh. Bagaimanapun dalam perutnya ada anak suamiku.

"Sakura! Apa yang kau lakukan?" Sasuke datang.
"Sasuke-kun, sakura ingin mencelakaiku dan bayi kita" Ia sesengukan dipelukan sasuke. Oh lihatlah air mata buayanya. Rasa ibaku menguap.  Sungguh memuakan. Tatapanku mendingin. Aku benci situasi ini.

"Gila. Kau gila sakura!" Bentak sasuke padaku.
"Ya, aku gila karena mau menikahi laki-laki brengsek sepertimu uchiha." Ucapku dingin. 

Aku pergi meninggalkan sepasang love bird itu dengan kaki tertatih. Untunglah aku mengunakan gaun gelap hari ini. Tidak akan ada yang menyadari bahwa pahaku berdarah. Walaupun lukanya tidak dalam aku harus kerumah sakit. Kuputuskan untuk menelepon shizune.

"Sakura-sama. kau mengganggu tidurku! Aku benar-benar mengantuk. Tidak bisakah kau mengunggu besok pagi. Biarkan aku tidur." Ia mengomel. Aku terkekeh, sekertaris kurang ajar itu. Aku mulai pusing.

"Aku terluka. Bisa kau antar aku ke rumah sakit sekarang ? Turunlah, ku tunggu di lobby."

Mataku mulai berkunang-kunang. Ini bukan pertama kalinya aku terluka tapi ini menyakitkan sekali. Kupaksakan mataku tidak terlelap. Shizune akan mengerutu jika aku pingsan disini. Kulihat shizune keluar dari lift. Liatlah penampilannya, lucu sekali. Sandal hotel, jaket tebal dan rambut berantakannya.
"Wanita itu" kekehku geli.
"Sakura-sama kau terlihat tidak terluka." Lihat ia mulai menggerutu. Aku pun menunjuk kakiku dengan dagu.
"Oh tuhan. Darah." Ia mulai histesteris.

Shizune berlari mengambil mobil. Ia menangis saat mengantarkanku ke rumah sakit dan berulang kali meminta maaf karena tidak menjagaku dengan baik. Manisnya sekretarisku satu ini.

"Shizune, apapun yang terjadi padaku nanti jangan beritahu sasuke."
"Apa maksudmu?
"Dia tak akan peduli padaku."
"Sasuke-sama suamimu. Mana mungkin ia tidak peduli padamu."  
"Shizune kau boleh beritahu keluarga uchiha, tapi tidak dengan sasuke. Aku tidur dulu ne shizune."
"Hei jangan tidur. Tunggu sebentar lagi bos."
"Hari ini  sangat melelahkan kau tau." Akhirnya semua terasa gelap dan suara shizune memanggilku dengan terisak.

To be continued.

Gimana ceritanya? Semoga ga aneh ya.
Aku bakal publish chapter selanjutnya kalau ada 10 vote ya hehehe ^^

my crazy husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang