MCH-4

28.1K 1.3K 44
                                    

Seorang wanita berdiri gelisah didepan UGD. Bola matanya tampak resah. Kaki beralaskan sandal hotel itu bergerak-gerak tak nyaman. Nafasnya tersengal-sengal, sesekali isak tangisnya terdengar samar.

"Jangan mati sakura. Walaupun kau bos tergila yang pernah aku punya, aku belum ingin ganti atasan."  Ucapnya lirih sambil terisak.

"Shizune, bagaimana ini bisa terjadi?"
"Tuan, Maafkan saya tidak menjaga nona sakura dengan benar."
"Mengapa ini bisa terjadi? Ucap laki-laki meninggi.
"Saya kurang tau detailnya. Sakura-sama pergi kepesta dan menelepon sudah dalam keadaan terluka."
"Sialan!" Laki-laki menggeram marah.

Shizune mengumpat dalam hati. Semua keluarga sakura menyeramkan sekali pikirnya. Tiba-tiba pintu tergeser menampilkan sakura dengan cengiran andalannya. 

"Ayolah nii-chan. Aku baik-baik saja. Sikapmu berlebihan." Dengus sakura menahan tertawa
"Berlebihan katamu?"
"Luka ini tidak membuatku mati asal kau tau."
"Tidak mati tapi hampir mati adikku yang bodoh" laki-laki itu menyentil jidat sakura dengan keras.
"Kau gila? Ini sakit sekali nii-chan. Shizune kau boleh kembali ke hotel. Terima kasih tumpangannya shizune. Aku akan pulang bersama sasori."
"Baik sakura-sama"

"Sasori-kun. Mengapa kau disini? Mana garra dan nagato-nii?"
"Perlu kupanggil mereka untuk memarahimu?
"Hei ayolah aku tau sasori-kun tidak bisa melalukan itu."
"Panggil aku nii-chan sakura. Orang lain akan menganggapku selingkuhanmu."
"Apa peduliku?"
"Sakura berhenti membuatku cemas. Aku bisa mati muda kalau kau selalu begini." 
"Benarkah? Mati sajalah sepupu. Agar aku bisa memonopoli bibi dan paman bila berkunjung ke osaka" ucap sakura sambil menyentil hidungnya.
"Kau"

Sakura dan sasori terus bercanda hingga tak menyadari  tatapan tajam dibalik punggung mereka.
 
"Kau tak apa hinata?"
"Sasuke-kun. Hatiku sakit. Mengapa sakura tidak pernah bisa menerimaku dan bayi ini?"
"Akan kubicarakan nanti padanya. Pergilah kekamarku. Aku akan mengantar daichi ke kaa-san."
 Sasuke berlalu meninggalkan hinata sendiri setelah 2 jam mencoba meredakan tangis hinata. 
Kemudian hinata menelepon seseorang.

"Sudah kulakukan"
"Bagus" lalu sambungan itu terputus.
"Rasakan itu sakura. Sebentar lagi uchiha akan berada digenggamanku."
 
"Uncle, mana aunty? Kenapa sendirian?"
"Auntymu sibuk. Kita ke nenek saja kali ini?"
"Tousan dan kaasan sibuk. Kenapa aunty uncle juga sibuk. Kenapa kalian semua sibuk? Daichi menggerutu digendongan sasuke.

"Kaa-san. Aku harus pergi dengan sakura. Itachi dan konan entahlah aku tak melihatnya."
"Sini daichi dengan nenek."
 
Dengan langkah lebar sasuke pergi. Langkahnya terhenti saat melihat laki-laki berambut merah keluar dari kamar istrinya. Tanggannya terkepal saat melihat sakura tertawa lepas. Amarahnya makin berkobar. Sasuke berlari menerjang dan memukul lelaki itu.

"Sialan kau setan merah."
"Hei apa-apaan kau sasuke. Kau tak apa sasori-kun?"
sakura menghampiri sasori dengan kaki tertatih. Sasuke mengeryit melihat cara jalan sakura. Apa yang mereka lalukan hingga sakura berjalan seperti itu. Sasuke menarik sakura kedalam kamar dan menutup pintunya keras-keras.

"Kita harus bicara sakura" 
"Tenangkan dirimu. Baru kita bicara."
"Tenang katamu! Kau menyakiti kekasihku dan sekarang berselingkuh dibelakangku? Kau benar-benar membuatku marah sakura." Ucap sasuke sambil memojokan sakura ke dinding.
"Oh benarkah? kekasihmu yang mana yang kusakiti sasuke?" Ucap sakura dingin.
"Diam sakura. Bisa sekali saja tidak membantahku!" Sasuke mencengkeram pergelangan tangan sakura.
"Jangan berlagak kau tau segalanya uchiha. Oh ayolah jalang itu menjatuhkan dirinya sendiri."
"Dia bukan jalang sakura!"
"Bukan jalang kau bilang? Lalu kunamakan apa dia karena merebutmu dariku?" Sakura mulai terbawa emosi.
"Ingat sakura. Kita menikah karena terpaksa bukan karena saling mencintai jadi jangan campuri urusan pribadiku. Atau kau akan menyesal sakura."
 
Sasuke meninggalkan sakura dalam keheningan. Pintu kamar itu sekali lagi dibanting dengan keras oleh sasuke. Sedangkan sakura merosot. Tangan ramping itu memeluk kakinya sendiri. Bahunya mulai bergetar. Suara isakan mulai terdengar.

"Kapan kau mengingatnya sasuke? Aku sudah mulai lelah."

To be continued.

Maafkan ya dichapter ini point of view tiba-tiba ganti. Susah menggambarkan keadaan yang gaada sakuranya hehehe. Gimana ceritanya? Semoga ga mengecewakan ya 😁 udah kebayang belum endingnya bakal kaya apa?

my crazy husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang