MCH-13

23.1K 1.1K 96
                                    

NORMAL POV

"Bagaimana rasanya dihajar nagato?"
"Kau ingin mengabisiku juga?"
"Tidak. Gaara lebih berhak menghabisimu."
"Sasori?"
"Apa?"
"Mengapa kau berbeda?"
"Berbeda tentang?"
"Semua haruno seperti memiliki dindingnya masing-masing termasuk sakura. Aku bahkan tidak mengenal sakura walaupun statusku sebagai  suaminya."
"Rasa sakit mengubah seseorang, Sasuke."
"Maksudmu?"
"Entahlah." Sasori mengangkat bahunya tak mengerti.

Kedua lelaki itu terdiam menatap langit rumah sakit dalam keheningan. Badan mereka bersender pada kursi tunggu besi di taman rumah sakit. Ini sudah dini hari dan rumah sakit begitu sepi. Tidak ada seonggok manusia selain mereka berdua disana. Sasori memejamkan matanya. Mencoba membuang amarahnya ketika bertemu sasuke.

"Sasuke. Mau mendengar sebuah cerita?"

Sasuke mengangguk diam tanpa kata. Membiarkan sasori berbicara sepanjang yang ia mau. Sasuke hanya perlu memasang telinganya baik-baik.

"Suatu hari, Sakura ingin bermain. Ia mengajak kami bertiga bersamanya di sebuah taman dekat kota. Tidak berselang lama, sakura merajuk ingin pulang karena kami bertindak seolah bodyguard-nya."
"Apa yang terjadi selanjutnya?"
"Tubuh kecilnya berlari membelah jalan penuh kendaraan waktu itu. Ia beberapa kali lolos dari maut kala itu, namun naas tubuhnya tertabrak, ia jatuh dan membentur jalanan keras."
"Apa ia baik-baik saja?"

Sasori terkekeh mengingat masa kecilnya. Muka sakura saat itu benar-benar mengemaskan. Ia masih ingat bagaimana muka konyol sakura meringis kesakitan.

"Ia bahkan tertawa menatap kami tanpa dosa. Kami tahu ia meringis kesakitan. Untunglah hanya kulitnya yang tergores. Kami berulang kali menyalahkan diri sendiri, tapi bibi mebuki menyakinkan bahwa ini murni kecelakan. Sejak saat itu kami bertekad menjaga sakura apapun yang terjadi."
"Sakura memiliki banyak malaikat disekitarnya." Sasuke tersenyum tulus.
"Sakura segalanya bagi kami, Sasuke. Ia sangat berharga. Tawanya menjadi tawa kami. Air matanya menjadi penyulut amarah bagi kami terutama bagi gaara, si sumbu pendek milik haruno. Percayalah tidak ada yang lebih berharga untuk kami selain sakura."

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Menambah suasana dingin malam itu.

"Aku seorang bajingan yang beruntung mendapatkan sakura sebagai istriku, bukan? "
"Pulanglah. Kau butuh istirahat. Jangan biarkan dirimu jatuh sakit. Biar aku dan nagato yang menjaganya."

Sasori beranjak dari kursi besi itu, melangkah masuk kedalam rumah sakit. Meninggalkan dirinya sendiri. Tak lama, sasuke pun berdiri meninggalkan rumah sakit. Perkataan sasori ada benarnya. Ia tidak boleh sakit ketika sakura sedang membutuhkannya.

~~

Gaara memasuki mansion haruno dengan langkah gontai. Ia melangkahkan kakinya menuju dapur, mengambil sebuah botol mineral dari dalam lemari pendingin besar itu dan meminumnya dalam sekali tegukan. Seorang wanita keluar dari kamar ayahnya, melangkah maju mendekatinya. Rahangnya mengeras, amarah yang sejak tadi menguap itu kembali datang, memaksa masuk kedalam relung hatinya. Wajahnya makin memerah saat melihat mei terumi duduk manis di kursi dapur miliknya.

"Kau baru pulang, anakku?"
"Anak jidatmu!" Umpatnya pelan tanpa suara.
"Kau tidak menjawabku gaara?"
"Bibi bertanya padaku?"
"Kau pikir siapa lagi yang ada diruang ini selain kita?"
"Jangan membuatku tertawa bibi. Aku ini bukan anakmu." Sinis gaara sambil membuang botol mineralnya.
"Tapi kau anak kekasihku!"
"Menjadi kekasih ayah bukan berarti kau bisa menjadi ibuku. Lawakanmu akan membuat harderku tertawa, bibi." Ucap gaara meremehkan.
"Awas saja kau. Kuhabisi kau jika aku sudah menjadi istrinya!"
"Oh ayolah bibi, kau bukan satu-satunya kekasih ayah saat ini. Ia memiliki banyak wanita jalang diluar sana sepertimu. Tak mungkin ia menikahimu."
"Kau!"
"Percayalah padaku, ayah sosok yang menyeramkan bibi, kau bahkan tidak tahu apa yang dilakukan ayah pada para jalangnya jika dia sudah bosan."
"Diam, anak sialan!"
"Ia pernah menjual jalangnya pada seorang mucikari di Berlin. Terakhir kali yang kutahu ayah membuang jalangnya hidup-hidup di laut timur Tokyo. Menyeramkan bukan bibi?"
"Jangan membohongiku bocah!" Mei mulai ketakutan.
"Aku tidak membohongimu. Jadi masih ingin melanjutkan sandiwaramu, bibi? Atau berhenti cukup sampai disini?"

my crazy husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang