Warning. Lemon detected.
"Apa maksudmu? "
"Pernikahan normal seperti yang kau inginkan."Sasuke dengan cepat mendekatiku. Tatapan matanya memancarkan gairah juga amarah sekaligus. Aku berjalan mundur. Baru kali ini aku benar-benar merasa terancam karena kehadirannya. Sasuke membantingku ke ranjang dan nenyeringai.
"Takut haruno? Atau perlu kupanggil Uchiha Sakura?" Ucapnya dingin.
"Tidak. Kita lihat seberapa jauh kau bisa bermain denganku."Aku berpura-pura kuat saat hati ini begitu lemah karena godaanya. Aku memang perawan, tapi bukan berarti aku benar-benar polos. Mana ada wanita dizaman ini yang polos. Sejenak aku melihat sasuke tersentak. Mukanya menunjukkan raut terkejut yang begitu ketara. Tapi tak berlangsung lama, mukanya kembali datar seperti semula. Aku mengalungkan kedua tangganku di bahunya. Sasuke menciumku kasar. Permainannya boleh juga.
"Ini hukumanmu karena menyembunyikan sesuatu dariku."
Apa yang kusembunyikan darinya? Apartemen pengecualian. Itu hakku, aku yang membelinya dengan uangku sendiri tapi kurasa bukan itu alasannya. Ia turun ke leherku dan memainkan lidahnya. Tangannya bergerak-gerak didadaku, membuat remasan-remasan menggairahkan. Kecupannya berlanjut ke pundakku. Nafas hangatnya membuatku menggigil tak berdaya. Sial ada apa denganku, mengapa aku seperti tante girang yang haus belaian. Desahanku keluar saat ia menggigit leherku pelan dan membuat tanda disana.
"Jangan mendesah sakura."
"Sasu.."Belaian sasuke menjadi kasar. Amarah berkobar dinetra malamnya. Aku sudah mencoba menghentikannya tapi tidak ada tanda-tanda dia akan berhenti. Sasuke bahkan merobek pakaianku. Nafasnya beratnya memburu. Ia mengambil dasi lalu mengikatkannya pada dua tanganku. Kakiku dibuka lebar-lebar dan ia ikatkan dengan tiang-tiang ranjang. Hei ini benar menyakitkan. Sasuke menanggalkan pakaiannya dengan cepat. Lihatlah boa sasuke berdiri tegak.
"Hentikan sialan. Ini menyakitiku!"
"Diam sakura atau ku beri yang lebih menyakitkan daripada ini." Ucapnya tajam
"Hentikan sasuke."
"Diam. Jangan berlagak kau seperti perawan jalang!" Ia mulai bermain dibawah sana.
"Sashhh.."
"Akan ku buat kau hamil sayang."
"Akhhh.. Lepas sasuke. Lepas."
Sasuke merenggut keperawananku. Sial ini menyakitkan sekali. Ia menggagahiku dengan buas. Aku diperkosa oleh suamiku sendiri. Ino akan tertawa mendengarnya. Aku mulai takut, sasuke tak pernah seserius ini padaku.
"Ini hukumanmu karena sudah menggangu hinata dan calon anakku."Hatiku mencelos. Bahkan disaat seperti ini ia masih ingat sapi perah itu. Lelaki brengsek ini menyakiti hati dan ragaku bersamaan. Kuberi pelajaran dia lain kali.
"Tubuhmu nikmat sayang. Milikmu menjepitku begitu kuat."
Sasuke sudah dua kali menyemburkan spermanya didalam rahmiku tapi ia sepertinya belum puas. Ia benar-benar brutal. Sasuke ambruk disampingku. Tubuhku terlalu lemas tak berdaya untuk menggerakan tubuhku menjauhinya. Aku memandangnya sendu. Mataku terasa berat, aku jatuh tertidur dipelukan sasuke.
"Maafkan aku sakura."
Fajar sudah menyingsing. Sinar matahari dengan malu mencoba mengintip ke kamar kami. Kelopak mata sasuke masih terpejam menyembunyikan mata elangnya yang tajam. Aku mengangkat tangannya yang memelukku dan bergegas ke kamar mandi. Aku menghela nafas kasar. Wanita eh gumamku menertawakan diri sendiri. Vaginaku bengkak dan ini sungguh tak nyaman membuat cara jalanku terlihat sedikit aneh. Bajingan kau sasuke, aku akan digoda habis-habisan nanti. Daichi mengedor-gedor pintu kamar kami. Aku bergegas menyelesaikan mandiku dan membangunkan sasuke.
"Uncle Sasu. Uncle Banguuuuunnnnnnnn!"
"Sasuke bangun, daichi menunggumu." Sasuke hanya menggeliat.
"Uncle, ayo beli mainan. Uncle janji padaku tadi malam."
"Bangun sialan. Keponakanmu akan menangis sebentar lagi." Kujitak dengan keras kepalanya.
"Oke aku bangun. Aku bangun." Ucap sasuke jengkel.Sasuke dengan mata terpejam mencari boxernya sedangkan daichi diluar sana mulai merajuk. Kuleparkan boxer dari lemari ke wajah tampannya. Sasuke pagi ini benar-benar idiot. Setelah memakai boxernya sasuke, membukakan pintu. Mukanya bertambah masam melihat daichi tertawa lebar.
"Kalian harus menemaniku membeli mainan sekarang."
"Toko mainan mana yang buka jam 6 pagi bocah." Ucap sasuke dengan ketus dan melemparkan tubuhnya kembali ke ranjang. Lihat mukanya menggemaskan sekali.
"Uncle sudah janji denganku." Mata daichi mulai berkaca-kaca.
"Tapi tidak sekarang. Aku masih mengantuk."
"Aunty, tolong daichi. Ajak uncle membeli mainan aunty."
"Daichi, beli nanti siang ya? Biarkan unclemu tidur dulu."Daichi mengangguk lesu lalu berjalan keluar kamar dan menutup pintunya, membuat sasuke mendengus dalam tidurnya. Sasuke dan daichi selalu bertengkar saat bertemu. Mereka bagaikan anjing dan kucing saat bersama. Aku beranjak dari ranjang, memandang dalam diam. Haruskah aku melupakan semuanya? Bisakah aku menjalani pernikahan seperti orang lain? Haruskah aku menerima ajakan sasuke tadi malam?
Hari beranjak siang. Daichi, aku, dan sasuke pergi ke pusat perbelanjaan terbesar di Tokyo. Sasuke menepati janjinya membelikan mainan untuk daichi. Daichi nampak gembira digendongan sasuke. Para wanita disekitar kami berbisik lucu, seperti
'Lihat! Pria sexy dan anak laki-lakinya yang manis.'
'Oh bisakah aku menyeret mereka pulang?'
'Sugar daddy'Seketika tawaku ingin meledak. Lihat! Lihat! Daichi mengedipkan sebelah matanya pada segerombolan anak SMA. Mereka menutup mulutnya kegirangan. Oh tidak keponakanku teracuni sasuke. Bahkan remaja tergoda oleh duo uchiha beda usia itu. Sasuke tampak risih menjadi pusat perhatian. Ia membalikan badan dan membisikan sesuatu pada daichi.
"Mommy. Ayoo cepat."
"Sayang kau membuat putra kita menunggu."Aku hanya cengo menatap kudua laki-laki itu Sasuke datang mendekatiku, mengecup keningku, dan menarikku pelan. Para wanita tadi menatapku kaget, sebagian ada yang berteriak. Mereka heboh sekali, ayolah ini bukan drama-drama yang biasa mereka tonton.
"Aunty, maafkan aku. Uncle mengancam tidak akan membelikanku mainan jika tidak memanggilmu mommy." Ucap daichi pelan.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum, sedangkan sasuke kembali kemuka datarnya.
"Hei bocah kau merampokku."
"Uncle pelit."
"Kau hampir membeli semua isi toko, anak kecil."
"Ayolah uncle."
"Itachi yang harusnya membelikanmu mainan, bukan aku."
"Tousan selalu membelikanku buku. Itu sangat membosankan."
Sore menjelang malam, kami tiba dirumah dengan banyak belanjaan. Itu semua hampir milik daichi. Anak kecil yang gila belanja. Itachi dan izumi terlalu mengekangnya. Terkadang aku merasa kasihan pada daichi. Diusia sedini itu ia telah sibuk belajar. Aku dan sasuke bergegas pulang kerumah. Kami harus bekerja besok. Aku akan sibuk dengan clientku dan sasuke sibuk dengan rapatnya.Normal pov
Disebuah apatemen terdapat sepasang anak manusia yang bergemul di bawah selimut. Nafas keduanya terdengar berat. Raut wajahnya mengambarkan kepuasan." Menyenangkan?"
"Heem."
"Kau benar hamil?"
"Aku tidak hamil sayang."
"Uchiha itu tertipu?"
"Tentu. Laki-laki itu akan berada digenggamanku dan hidup haruno sakura akan segera hancur."
"Kau jalang sekali hinata." Ucap laki-laki itu sambil tertawa.
"Aku memang jalang."
"Ayolah. Tinggalkan sasuke. Datanglah padaku dan kau akan memiliki segalanya." Hinata tertawa. Laki-laki itu memandangnya tak terbaca.
To be continued.Hayoo siapa laki-laki yang bareng sama hinata? Gimana ni ceritanya?Aneh ga? tapi semoga ini ga mengecewakan ya. Kalo kalian mau ngasih masukan atau koreksi jangan sungkan ya, tinggal comment aja disini. Jangan lupa votenya ya teman-teman wkwkwk ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
my crazy husband
Fantasyuchiha gila, dan aku lebih gila karena mau menikahinya. . . . . . . . . 18+ mohon bijak mencari bacaan