MCH-8

25.3K 1.1K 88
                                    

Hari-hari terasa biasa. Aku sibuk dengan pekerjaanku, sasuke sibuk dengan jalangnya. Hampir tiga bulan sejak kami pulang dari rumah kaasan, suasana semakin cangung. Sasuke enggan melihatku. Setiap mata kami bertemu, ia mengalihkan padangannya. Terlihat sedikit penyesalan dan rasa bersalah disana. Apa dia baru sadar mengambil keperawananku dengan ganas. Bajingan yang beruntung. Ajakannya waktu itu ternyata hanya omong kosong belaka, tak ada pernikahan normal seperti yang ia tawarkan. Sasuke masih dengan brengseknya bebas membawa hinata pulang kerumah kami kapan saja. Entah masih bisa kusebut rumah kami atau tidak. Kami seolah-olah seperti seorang penyewa dan induk semangnya, hanya saja aku tak membayar uang sewa padanya. Aku tidak peduli sungguh. Aku muak dengan mereka berdua.

Pagi ini hinata datang meremehkanku. Jalang itu dengan sombong memamerkan perut buncitnya kepadaku. Apa bagusnya perut buncitnya? Perut itu seperti bola, benar-benar terlalu besar untuk 4 bulan kehamilan. Sialan ia kira aku terlalu bodoh mempercayainya, aku tau ia hanya pura-pura hamil. Hinata berlenggak-lenggok didepanku.

"Bangga dengan kehamilanmu?"
"Tentu. Hanya aku yang bisa memberi sasuke-kun keturunan."
"Benarkah?"
"Kau tak bisa memberinya anak, sakura. Kalaupun kau hamil itu pasti bukan anak sasuke-kun." Ia tersenyum mengejekku.
"Kau hanya tidak tau bagaimana liarnya sasuke bermain denganku diranjang."

Aku malas membahas malam panas kami. Ini cukup memalukan sebenarnya, tapi hinata akan dengan mudahnya marah jika aku mengungkit statusku sebagai istri sah sasuke. Ia terlihat murka. Matanya menyalak merah, menahan amarah padaku. Ia tidak bisa menyakitiku selama sasuke masih dirumah. Dia munafik. Percayalah sehabis ini dia akan menangis didepan sasuke dan bilang aku memarahinya.

"Erangan nikmatnya berbeda saat bersamaku, jalang."
"Diam kau!"
"Uh.. kau sempit sekali cherry. Kau menjepitku terlalu kuat. Ah" Ucapku menirukan sasuke.

Hinata  terdiam, aku masih menunggu emosinya meledak.

"Kejantannannya memompaku begitu cepat. Nafasnya terengah-engah dan mendesah."
"Sakura!"
"kau tau hinata? kami tak mengenakan pengaman apapun. Tanpa kondom atau pil sialan yang sering kalian pakai karena kami sah melakukan apa yang kami mau." Hinata menggeram marah.
"Ia menembakan cairannya kedalam rahimku. Oh tidak sepertinya aku akan hamil. Bukan begitu hinata?"

Jalang itu mengebrak meja makan didepanku. Sialan ia bisa membuatku serangan jantung. Nafasnya memburu. Ayolah membuat hyuga marah adalah keahlianku. Semua hyuga memang begitu membenci haruno. Entah itu aku, saudaraku ataupun ayah. Dengan semburan sedikit api dari kami, mereka akan meledak dan boom, mereka akan hancur dengan sendirinya. Keluarga hinata berantakan. Ayahnya seorang pecandu. Ibunya pernah menggoda ayah disebuah bar saat aku SMA. Aku baru tau bakat jalang bisa menurun pada keturunanmu. Hinata mendekatiku. Ia mencekik leherku.

"Aku akan membunuhmu!"
"Lakukan kalau kau bisa."
"Hinata, apa yang kau lakukan?" Sasuke muncul tiba-tiba.
"Aku membencinya sasuke-kun. Aku akan menyingkirkan dia. Kau berjanji menikahiku. Lebih cepat lebih baik sasu."
"Menyingkirkan sakura bukan berarti membunuhnya!" Sasuke berteriak marah.

Jalang itu tampak kaget dibentak sasuke. Ia tampak berkaca-kaca. Termakan oleh permainanmu sendiri hyuga? Aku kembali duduk. Hinata sesenggukan, sasuke memijat pelipisnya, dan aku duduk menghabiskan sarapanku dengan tenang sambil menikmati opera sabun yang mereka tampilkan. Ini mengasyikan, aku tak perlu mengeluarkan uangku dibioskop. Opera sabun sudah tersaji didepanku oleh pasangan love bird ini.

"Tapi kau harus bertanggung jawab brengsek!" Teriak si perempuan.
"Sialan kau wanita jalang! Aku bilang akan bertanggung jawab tapi bukan dengan menikahimu"

Sasuke pergi kekamarnya dan membanting pintu. Hinata merosot di dinding. Tubuhnya bergetar. Aku menertawainya begitu keras hingga ia melotot dengan mata yang masih berlinang air mata.

"Ups. Drama yang menarik." Ejekku.

Aku meninggalkan meja makan dan bergegas berangkat. Saat didepan pintu aku berteriak

"Hentikan air mata buayamu, hinata sayang."
Kudengar hinata menjerit lalu mengumpat padaku. Sungguh hari yang indah.

Garra datang tepat saat jam makan siang dimulai. Hari ku yang indah akan rusak sebentar lagi.
"Hi sister."
"Apa yang kau lakukan dikantorku?" Aku cemberut melihatnya
"Menjenguk adikku yang manis."
"Selamat pagi sakura-chan." Nagato masuk membawa 3 slot kopi.
"Oh Tuhan. Hancur pagiku yang indah."

Aku menyambar kopi nagato dan meminumnya sambil mengumpat. Garra dan nagato terkekeh. Aku mendengus, memilih mengabaikan mereka. Kalau aku dan ayah berurusan dengan perusahaan, mereka berdua berurusan dengan dunia gelap haruno. Saudara kandungku ini memang tidak pernah membunuh seseorang, tapi mereka  menyiksanya, menyekapnya hingga orang itu membunuh dirinya sendiri. Garra dan Nagato memang kejam dan gila, tapi aku menyayangi mereka. Bukankah aku sudah bilang keluarga kami hanya sekumpulan orang sinting yang dianugrahi otak cerdas. Pintu terbuka, sasori menampakan dirinya dan langsung mengumpat.

"Brengsek. Kau tau aku benar-benar ingin menjamahnya.  Dia sexy sekali sialan."
"Crazy." Ucap ku dan garra bersamaan.
"Lakukan saja. Dengan begitu ia lebih menderita." Nagato gila memang.
"Sepertinya menarik. Mau ikut bergabung denganku garra?" Garra memandang sasori jijik.
 "Ingin beradu pedang eh nii-chan?" Aku mengejeknya.
"Kutawan juga mulutmu sakura." Ucap sasori malu.

Sasori tampak memerah. Garra dan nagato tertawa terbahak-bahak. Ternyata sasori lebih gila daripada bayanganku. Nagato berdehem. Kami semua tau ia sedang serius. Ia pergi ke kamar rahasia di ruanganku dan kami mengekorinya bagai anak anjing. Hanya kami berempat yang tau kamar rahasia ini. Ayah tak tau aku membangun kamar di perusahaannya.

"Ini tentang ayah."
~~
Langit tampak mendung. Matahari masih enggan menunjukan diri mengusir awan gelap ini. Sebentar lagi akan hujan. Gundukan tanah didepanku masih basah akibat hujan siang tadi. 

"Hai ibu. Sudah cukup lama aku tidak mengunjungimu bukan?"

"Aku tau ibu merindukanku."

Aku seperti orang gila mengajak sebuah makam berbicara. Raga ibu masih diam dibawah sana. Ayolah mana ada orang meninggal yang bergerak.

"Garra dan nagato menitipkan salamnya padaku. Mereka sibuk dengan dunianya sampai melupakan ibu. Tidak lah mereka terlalu jahat menjadi anakmu?"

Aku tertawa sambil menangis. Sungguh menemui ibu adalah hal menyedihkan yang harus kulakukan sejak 5 tahun terakhir. Aku merindukannya. Hidupku terlalu berat tanpa ibu.

"Baiklah. Baiklah. Aku akan memanggil mereka onii-chan. Puas?" Kekehku.

"Ayah berulah lagi. Yayasan kesayangan ibu akan diberikan kepada salah satu wanitanya. Kau tau siapa yang ia beri yayasan itu? Si jalang istri hiashi hyuga." Aku mendesis marah.

"Kenapa bermain wanita membuatnya begitu bodoh? Sebenarnya dimana otak ayah? Yayasan itu atas namaku, tanpa aku ia tidak bisa merubah apapun disana. Bolehkah aku membencinya?"

"Okay. Aku tau aku marah. Maafkan aku. Tidak seharusnya aku datang pada ibu saat marah."

"Sampai jumpa lain kali ibu. Aku menyayangimu."

Kuletakan bunga lili putih kesukaan ibu diatas makamnya. Lalu berbalik menuju mobil. Belakangan ini aku selalu pulang lebih dulu dadi pada sasuke. Aku benar-benar tidak peduli apa yang dia lakukan dikantor ataupun diluar sana. Aku teringat sesuatu. Aku lupa kapan terakhir tamu bulananku berkunjung. Sial. Kubelok kan mobilku ke apotek terdekat lalu mencobanya dirumah.

(Diapartemen hinata)

Suara pin pintu terdengar dari dalam kamar. Hinata berlari menyambut laki-laki didepannya.

"Aku merindukanmu." Ucap hinata manja.
"Kita bertemu kemarin." Laki-laki itu mendengus.
"Sayang." Hinata memeluknya
"Aku melihatmu berjalan dengan hatake tadi."
"Ayolah aku hanya menguras dompetnya. Ingat, aku milikmu, sasori." Hinata mengesek-gesekan dadanya ke punggung sasori.
"Mau melewati malam yang panas?"

Hinata menjerit kegirangan. Tak lama apartemen itu dipenuhi desahan dan jeritan erotis.

To be continued.

Aku balik lagiii. Gimana ni ceritanya? Semoga ga mengecewakan ya. Kalau ada saran masukan atau apapun komen aja gausah sungkan ya teman-teman. Jangan lupa votenya ya terima kasih^^

my crazy husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang