Curhat

2.3K 172 3
                                    

"Yur," panggil gue ke Yura.

Yura yang lagi asik milih-milih tas selempang mana yang harus dibelinya natap gue. "Apa?"

"Lu udah selesai milihnya? Gue mau cerita." Gue natap dia penuh harap, udah kebelet cerita gue.

Udah gatel ni mulut cuma si Sayur ini alias Yura dari tadi gak kelar-kelar milih tas selempangnya. Ini udah toko kelima dan masih belum ada yang dia suka untuk dibeli.

"Kalo udah selesai nih ya Flo, kita udah duduk cantik di kafe sambil minum kopi dan makan kue," ujarnya lalu kembali melihat kedua tas selempang itu.

"Ya makanya itu lu cepetan milih tasnya terus kita ke kafe. Lu mau masuk berapa toko lagi sih? Udah cape gue," cerocos gue udah mulai kesel.

Dipikir gak cape apa, ini mall kagak kecil terus kita masuk keluar toko. Ya cape, gusti.

"Lu kayak baru pertama kali aja nemenin gue belanja. Cerita lu dipending dulu tas gue lebih penting sekarang," katanya yang ngebuat gue pengen jambakin rambutnya itu.

Ngalah lagi dah gue. Sifat belanjanya ini emang gak bisa ilang. Untung udah temenan lama Sayur.

Apa kabar mas Hendra yang nemenin dia belanja ya. Gue geleng-geleng kepala.

Mas Hendra itu pacarnya si Sayur, udah satu tahun deh kayaknya mereka pacaran. Katanya bentar lagi tunangan.

Gue kapan ya? Pacar aja kagak punya.

Jangan. Jangan kalian tangisi kesendirian ini, aku kuat kok. Aku bisa menghadapinya.

Nih, si Sayur nih gara gara dia gue udah mulai ngaco.

...

Sekarang gue lagi liatin Yura minum jus mangganya dengan rakus.

"Haus lu?"

"Menurut lu gimana? Pake nanya lagi."

Dih nyolot ni bocah.

Jus mangga yang diminum sama dia udah hampir habis. Awas aja minta punya gue.

"Jadi, apa yang mau lu ceritain ke gue?"

Akhirnya setelah 2 jam lebih 30 menit, kamu menanyakannya juga.

"Lu inget ka Rion gak pas kita masih kuliah?" Tanya gue ke Sa -eh Yura maksudnya.

"Ka Rion? Senior galak itu? Yang gayanya urak-urakan itu? Yang matanya gak pernah dia tunjukkin itu?" Dia malah nanya balik, mana pertanyaannya banyak begitu pula.

"Iya yang itu. Inget kan?"

Yura ngangguk, "iya gue inget. Kenapa emang? Lu ketemu sama dia? Di mana?"

"Di kantor," jawab gue.

Yura memiringkan kepalanya, "di kantor? Kantor mana?"

"Kantor kita."

"Maksud lu? Ngapain dia di kantor kita?" Dia memajukan badannya.

Nah kan penasaran lu.

"Kerja sebagai kepala divisi kita yang baru. Pak Jonathan itu ka Rion."

Akhirnya setelah bertahun-tahun gue tahan bisa keluar juga. Udah lega hati dan perasaan gue.

"What?"

Uhuk

Yura tersedak tempe mendoan yang dimakannya. Buru-buru diminumnya jus mangganya.

"Ka Rion itu pak Jonathan? Bentar. Bentar. Jonathan Xaverion Pratama. Rion, Xaverion!" Dia menyebut nama lengkap ka Rion.

Yura liat gue gak percaya.
Kedua bola mata Yura udah membelalak besar. Yura natap gue dengan pandangan yang sangat terkejut.

"Awas mbak, bola matanya jatuh."

Dia menghiraukan kata-kata gue, "Astaga Flo. Terus gimana?"

Sekarang nih ya, Yura liat gue dengan miris. Dia meringis pelan.

Gue cuma mengendikkan bahu karena gue juga gak tau gimana-gimananya.

Hi, Senior [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang