Pangling

1.7K 109 2
                                    

Gue liatin si Sayur yang nggak ngedip ngeliatin si kakak senior ku yang cakep.

Inget pacar woy! Inget gue juga pacarnya yang di sini!

Heran gue, udah berkali-kali liat tapi tetep aja masih terpesona. Segitu tampannya kah? Iya sih hehe..

What? Emang kenyataannya dia ganteng kok.

"Udah liatinnya. Gue laporin mas Hendra tau rasa lu," gue tersenyum licik.

Ka Rion beralih liat gue terus dia ngelus rambut gue.

Gue? Senyam senyum kayak cacing kepanasan.

"Nggak apa-apa Kei. Ciptaan Tuhan yang indah itu harus dinikmati keindahannya," kata ka Rion.

Wait.. What? Telinga gue nggak salah denger kan?

Gue natap pacar gue yang jadi segitu sombongnya karna dia cakep.

Liatin dia dari atas sampai bawah berulang kali.

"Dih, malah jadi sok," ujar gue.

Ka Rion mengedipkan matanya yang buat gue malah semakin geli.

"Cocok udah kalian berdua. Gue pulang aja."
Ngambil tas yang gue taruh di atas meja kemudian berdiri tetapi baru aja berdiri udah ditahan sama ka Rion.

"Mau ke mana lu? Baru sampe juga," seru Yura dengan polosnya.

Gue natap dia dengan datar, "terus? Masalah gitu buat lu?"

Punggung gue pun dipukul oleh sahabat tercantik gue, yang palingggg gue sayang.

Gue liatin dia dengan mata yang sudah membulat karena terkejut, sakit pukulannya.

"Sakit dodol!"

"Ya makanya nggak usah ngedrama."

"Bahasa yang."

Gue seketika diem, menutup mulut dengan rapi lalu kembali duduk. Bergantian melihat sahabat dan pacar yang nyebelin tapi sayang.

Princess kudu ottokke

"Ka Rion gimana kabar? Atau harus saya panggil pak Jonathan?" Yura tersenyum jahil.

Ka Rion tersenyum, "Rion aja, udah di luar jam kerja ini. Saya baik, kamu gimana kabar?"

"Gue baik kak. Wah kakak beneran beda banget, jadinya gue pangling," Yura berucap lalu tertawa sambil menutup mulutnya.

Gue natap sinis, "mulut nggak usah ditutup. Nggak usah sok manis, babu aja sok ngeprincess lu," cerocos gue sambil meminum es cappuccino kaporit.

"Sayang bahasanya," tegur kak Rion dan natap gue dengan tajam.

Yura? Dia senyum penuh kemenangan karena gue ditegur.

Ini nih kenapa gue nggak mau dia ikutin gue ketemu sama Yura. Yekali sama sahabat sendiri bahasa mesti gue kontrol, kan nggak seru!!

Dia berucap tanpa suara, mau tau dia bilang apa? 'Rasain lu.'

Wahh baik sekali dia saudara-saudara sekalian.

"Yang manis Flora, yang manis. Bahasanya nggak sopan," katanya sambil tertawa mengejek.

"I love you full Yur, full sampe tumpah-tumpah," sarkastik gue.

Yura hanya menjulurkan lidahnya.

"Back to the topic. Lu potong aja sih," ucap Yura sambil nunjuk gue. Gue memberikan senyuman licik gue padanya. Yura memilih membiarkannya dan kembali melihat kak Rion. "Sampe di mana tadi?" Yura berpikir sebentar lalu menyambung kata-katanya, "oh pangling. Iya ka Rion bikin pangling. Ka Rion nggak pernah nunjukkin tampangnya sih di kampus. Kalo anak-anak kampus dulu tau kalo kakak seganteng ini apalagi cewek-ceweknya wihh udah dikejar. Jangankan itu, sekarang aja palingan udah banyak yang caper," cerocos gadis itu.

Hi, Senior [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang