{5} *Smile Because of You*

22.9K 916 23
                                    

"Aku pikir keajaiban itu akan ada jika aku mendekatinya"
__________________________________


****
Pagi ini Almeta sudah siap dengan setelan baju Training yang menempel pas di tubuh indahnya. Karena sekarang hari minggu jadi ia memutuskan untuk pergi berolahraga di lingkungan komplek rumahnya. Walaupun luka di kakinya masih terasa sedikit sakit, tapi ia tak memperdulikannya. Menurutnya lebih baik berjalan jalan keluar dari pada harus seharian berada di rumah yang terasa seperti neraka baginya

"Ih gila si ya, ternyata gua cantik loh" ucap Almeta percaya diri, walaupun memang kenyataannya ia cantik, bahkan sangat cantik

Setelah di rasa sudah rapi, ia pun keluar dari kamarnya.

Sampai di depan pintu rumah, suara seseorang membuatnya harus berhenti melangkah

"Mau kemana?" Tanya seseorang, yang tak lain adalah kakaknya Mike

"Mau jalan." ucap Meta tanpa sedikit menoleh ke lawan bicaranya

"Kalau orang lagi ngomong tuh diliat, bukan malah dibelakangin. Gak tau sopan santun banget si jadi orang, percuma mama sama papa sekolahin lu, tapi gk ada sedikit pun sopan santun yang lu tunjukin." ucap Mike marah

"Emang sekolah tempat mengajarkan sopan santun ya? Bukannya orang tua yang mengajar kan sopan santun!? Lalu mana!? Mereka gak ngajarin gua sopan santunkan? Jadi seterah gua mau bersikap seperti apa, ini hidup gua dan gua bakal ngurus hidup gua sendiri. Jadi mending lu urus deh diri lu sama keluarga tercinta lu itu." ucap Meta sinis, saking sinisnya ia bahkan berusaha sekuat tenaga menahan genangan air yang sudah berkumpul di kelopak mata indahnya

Jauh di lubuk hatinya ia merasakan sesak yang begitu menyakitkan untuknya. Bukan maksudnya ia tak menyayangi keluarganya, bahkan malah ia sangat-sangat menyangai keluarganya itu melebihi dirinya sendiri

Hanya saja, mereka semua terlalu membenci dirinya tanpa ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Hingga akhirnya membuat Meta mau tak mau membuat dinding kokoh yang begitu besar, entah tanpa sadar dirinya malah terjebak di dalam bentengnya sendiri. Membuatnya pasrah pada waktu. Waktu dimana kelak akan menolongnya dari bentengnya sendiri

Plakk
Satu tamparan tapi berhasil membuat hatinya seperti tertusuk beribu ribu pisau tak kasat mata

"Lu emang ya gak punya sopan santun sama sekali. Mereka itu juga keluarga lu, mereka yang udah ngebesarin lu sampe sekarang, mereka udah kerja keras banting tulang cuman buat siapa!? Buat KITA. Jadi jangan seenaknya lu ngomong gitu tentang mama sama papa ngerti?" ucap Mike memperingati Meta dengan emosi yang sudah memuncak

"Haa? apa kata lu? Keluarga? Denger ya ka Mana ada keluarga natap anaknya dengan tatapan tajam, dingin, bahkan tersirat tidak ingin melihat anaknya. Apa itu yang disebut keluarga? Lalu apa tadi lu bilang? Bekerja keras? Denger ya ka, gua lebih milih hidup miskin tapi gua mendapatkan kasih sayang yang cukup dari pada harus hidup berlimpah harta tapi sama sekali gak mendapatkan kasih sayang. Malah yang gua dapat hanya kebencian, kebencian dan kebencian. Seharusnya lu juga sadar, pengorbanan mereka nyatanya bukan untuk gua. Tapi cuman untuk lu sama Alana" ucap Meta panjang lebar. Meta terkekeh begitu melihat raut wajah kaku yang di perlihatkan Kakanya~membuktikan bahwa ucapannya BENAR

Mike hanya diam, ia tahu malah ia sangat-sangat tahu. Ia tahu apa yang sudah keluarganya lakukan memang tidak adil untuk Almeta, tapi ego membuatnya tidak mau meminta maaf kepada adiknya yang satu ini. Karena memang seperti itu, ketika hatimu begitu tertutup dengan dendam, membuat mu melupakan apa itu yang namanya kasih sayang dan cinta

"Kenapa diam? Benarkan ucapan gua ka?" tanya Meta sarkastik

Karena merasa tak dapat jawaban dari sang lawan bicara, Meta pun memutuskan untuk pergi keluar rumah. Tak memperdulikan Mike yang menatap punggungnya dalam diam

ABLUVION {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang