Perjalanan Bag. 1

32 1 0
                                    

23 Agustus 2018

Dua tahun pun berlalu. Adhira, anak perempuan yang mengalami kecelakaan tepat hari ini tanggal 23 Agustus 2016 dan dia mengalami koma selama 2 bulan lamanya. Setelah dua bulan dia mengalami penyakit bernama Amnesia Disosiatif, yaitu kondisi dimana seseorang mengalami trauma yang sangat dalam, namun hal ini menyebabkan diri seseorang tidak dapat mengingat informasi pribadi yang penting. Dan itu yang sedang dialami oleh Adhira. Karena dia pernah mengalami trauma pada dua tahun lalu dengan masalah pribadinya, dengan kecelakaan yang terjadi pula dia mengalami penyakit tersebut. Namun, dokter yang merawat dia mengatakan bahwa penyakit tersebut bisa disadarkan dengan lingkungan disekitarnya.

Keluarga, teman – teman yang masih dia ingat walaupun hanya beberapa saja sudah mulai dia ingat. Termasuk dua temannya, Lisa dan Marry. Marry berusaha keluar masuk dari rumah Adhira untuk memastikan Adhira masih mengingat dirinya dengan baik. Sedangkan Lisa, dia selalu membawa ke tempat yang pernah Adhira kunjungi pada saat mereka masih SMA. Dan Adhira sekarang dirawat oleh neneknya, Susilawaty karena orangtuanya takut terjadi apa – apa dengan Adhira karena kondisinya yang masih belum stabil.

Adhira menjalani kehidupannya seperti biasa namun dengan kelakuan yang berbeda. Dia tidak seceria dulu waktu umur 3 bulan – 17 tahun. Dia lebih memilih terlihat muram meskipun Lisa dan Marry menghiburnya. Adhira hanya bisa tersenyum sedikit dan kembali muram. Dia masih bingung dengan keadaannya saat ini. Dalam hati berkata, kalau ada sosok lain yang bisa bikin dia tersenyum dan ceria kembali tapi dia lupa karena penyakitnya ini sudah menyebabkan trauma yang luar biasa.

Daffin melihat rumah dengan No. 140 terpampang di pagar sedang berdiri dihadapannya. Dua tahun lalu, dia bertemu dengan nenek yang ditemuinya di rumah sakit dan nenek tersebut memberi alamat tempat tinggalnya untuk bisa dikunjungi oleh Daffin. Sebelum tahun ini, tahun sebelumnya Dafin sering mengunjungi nenek tersebut dan nenek itu sudah menganggap Daffin sebagai cucunya sendiri. Dan Daffin masih berharap dengan dia mengunjungi rumah nenek itu, dia bisa bertemu dan melihat anak perempuan yang ia lihat dua tahun sebelumnya di rumah sakit. Dia ingin minta maaf atas apa yang ia lakukan dan menyebabkan anak perempuan itu mengalami kecelakaan.

Bel berbunyi. Dua, tiga kali Daffin menekan tombol bel itu namun tidak ada jawaban. Sampai pada bunyi bel yang keempat kalinya, seorang perempuan memakai baju panjang selutut layaknya daster yang suka dipakai oleh ibu - ibu, lengkap dengan spatula di tangan kirinya. Berharap cemas, Daffin menyangka kalau perempuan itu adalah perempuan yang dicarinya. Namun takdir berkata lain, yang keluar dari pagar itu adalah asisten rumah tangga yang ada di rumah tersebut. "Cari siapa ya?" kata perempuan itu. Bukan perempuan melainkan ibu – ibu yang sudah berumur sekitar 40 tahunan. "Anu.. apa ada nenek Susi ada di rumah? Saya membawakan sesuatu untuk nenek. Maaf, apa ibu asisten rumah tangga yang baru? Soalnya saya baru melihat ibu di rumah ini." " iya. Semenjak cucunya ibu Susi pindah kesini, saya menangani rumah ini tapi hanya sampai sore saja. Silahkan masuk. Maaf menunggu lama hehehe..". Daffin berpikir sejenak. Iya. Semenjak cucunya ibu Susi pindah kesini, saya menangani rumah ini. Apakah cucu yang dimaksud Adhira? Adhira, aku kangen kamu. I really miss you so much. Namun, Daffin tidak berpikir yang macam – macam. Dia hanya berharap kalau Adhira akan dirawat baik oleh orang tuanya yang ada di Surabaya.

Sementara asisten rumah tangga itu di dapur menyiapkan minuman untuk tamu yang datang kerumah nenek Susi, nenek Susi pun menyambut Daffin dengan sangat hangat dan memberikan senyuman seperti biasa kepada Daffin."Kamu datang Daffin. Nenek sangat senang kamu hadir disini. Apa kabar? Bagaimana dengan kuliah kamu di Aussie?" Nenek Susi terus berceloteh dengan Daffin sambil senyum kepadanya. Ketika Daffin melihat senyuman nenek Susi, dia teringat akan senyum yang pernah diberikan oleh Adhira kepadanya waktu masih pacaran.

Adhira dan Daffin waktu SMA memang dikenal sangat serasi sehingga teman – teman di sekolahnya menyebut mereka generasi "Romeo dan Juliet" Charis High School. Adhira jatuh cinta pada pandangan pertama ke Daffin karena menurut dia Daffin cowok yang luar biasa. Daffin selalu terlihat keren ketika bermain basket, ramah kepada guru – guru serta penjaga sekolah, sopan serta banyak teman yang mengelilingi Daffin. Adhira sangat beruntung memiliki cowok seperti Daffin, sampai saat mereka duduk di kelas 3. Ada sesosok perempuan yang dengan seenaknya mengikat hati Daffin tanpa ada rasa bersalah kepada Adhira dan Daffin ketika melihat Adhira kecelakaan dan tertidur koma di kamar rumah sakit merasa menyesal telah berselingkuh dengan sosok perempuan yang menurut dia sebenarnya tidak mau namun perempuan itu memaksa terus untuk memacari Daffin.

Bbibbi, menggonggong dengan sangat keras ketika melihat Daffin menghampiri anjing tersebut. Anjing dengan bulu yang sangat halus dan berbulu cokelat tua serta putih dibadannya, memiliki mata yang sangat indah seperti mata Adhira. Anjing yang mengonggong itu berjenis Calvalier King Charles Spaniel, adalah jenis anjing kecil sangat ramah serta baik dalam menjaga rumah dan bisa diajak main. Anjing ini pertama kali dimiliki oleh Daffin sendiri. Daffin memberi anjing ini kepada Adhira sebagai hadiah ulang tahun yang ke 16 waktu itu. Karena menurut Daffin, anjing ini mirip sekali terutama dengan matanya yang mirip dengan Adhira. Namun, karena orang tua dari Adhira tidak mengizinkan Adhira memelihara anjing karena takut terganggu dengan tetangga di kiri kanannya, akhirnya Adhira membawa anjing tersebut ke Jakarta, ke rumah neneknya utnuk dirawat dengan baik. Dan yang memberikan nama 'Bbibbi' adalah Adhira sendiri karena biar selalu ingat dengan Daffin yang sering disebut Adhira kepada Daffin yaitu 'Bbibbi'.

Ketika Daffin bergegas untuk meninggalkan Bbibbi, ia berbalik dan menemukan sesosok perempuan dengan rambut panjang, memakai kemeja warna biru muda serta rok jeans denim seatas lutut sedang bergegas untuk keluar rumah. Daffin terhenti langkahnya ketika perempuan itu sedang memberikan salam kepada nenek Susi dan tersenyum kecil dan mengucapkan "aku pergi dulu". Nenek Susi membalas senyum perempuan itu. Jantung Daffin seperti terhenti dan tidak tahu harus bagaimana karena ketika nenek Susi menyapa Daffin, Daffin langsung berkata "Nek, apakah itu Adhira? Adhira yang selama ini kucari?".

Nenek Susi memberikansenyuman kepada Daffin dan mengatakan kalau itu benar Adhira. Adhira yangselama ini dicari oleh Daffin selama satu tahun. Daffin rela bolak – balik Aussiehanya untuk mengetahui kondisi dari Adhira namun belum ada kabar sama sekalidari perempuan itu. Sampai akhirnya, di hari ini, Daffin sangat senang sampaidia mencucurkan air mata bahwa perempuan yang selama ini ia cari masih hidupdan masih bisa tersenyum sampai sekarang.    

Nothing to WorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang