Perjalanan Bag. 7

3 0 0
                                    

12 Juli 2018

Pukul 08.00

Bbibbi membangunkan Adhira dan menjilat wajah Adhira yang masih terbaring di kasur empuknya. Tiap malam, Bbibbi dibiarkan masuk ke dalam rumah karena Bbibbi sangat takut jika ditinggal sendirian di taman belakang. Dengan mata masih belum terbuka sempurna, rambut yang berantakan, Adhira pun bangun dari kasurnya dan mempersiapkan diri untuk pergi bersama dengan ketiga temannya yaitu Lisa, Mary, dan Loan ke taman bermain terbsear di Jakarta yaitu Dufan. Dunia Fantasi atau biasa disebut dengan Dufan memiliki luas 9,5 hektar dan membagi beberapa kawasan dengan tema tersendiri dan ciri khas wilayah masing - masing. Pembagian kawasan ini ditujukan untuk membangkitkan imajinasi pengunjung yang diharapkan bisa merasakan sensasi berjalan - jalan pada daerah Jakarta zaman dahulu, Eropa, Amerika, Indonesia, Asia, Fantasi Yunani, Fantasi Hikayat, Balasa, dan Istabon. Di masing - masing wahana yang bisa dinikmati oleh pengunjung yang hadir diantaranya ada Tornado, Kicir - Kicir, Hysteria, Perang Bintang, Halilintar, Ontang - Anting, Arung Jeram, Niagara, dan Istana Boneka.

Setelah Adhira selesai memoleskan wajahnya dan mewarnai bibirnya dengan Liptint andalannya, ia keluar dari kamar dan membawa Bbibbi ke kandangnya untuk diberi makan. Daffin yang saat itu sedang menikmati sarapan pagi di meja makannya, memanggil Adhira dan Adhira menghampiri Daffin yang sedang sarapan sereal "Kamu mau kemana?" "Mau main. Kenapa?" Adhira masih menjawab pertanyaan Daffin dengan juteknya dan Adhira tersenyum diam - diam melihat tingkah Daffin yang seperti orang linglung. "Aku ikut boleh?. Oke kau boleh tidak menganggapku lagi sebagai orang yang spesial di hati kamu tapi izinkan aku untuk melindungimu." Adhira pun terdiam membisu. Lalu ia keluar beserta dengan Bbibbi yang digendongnya ke taman belakang. Tidak ada respon. Pikir Daffin yang melihat Adhira hanya diam saja ketika Daffin berbicara ingin ikut Adhira.

Daffin pun tak tinggal diam. Ia menyelesaikan sarapannya dan menghampiri Adhira di taman belakang yang sedang memberi makan Bbibbi. "Adhira.. Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" Daffin memperlihatkan wajah kecewanya ke Adhira namun Adhira tidak merespon wajah kecewanya Daffin. "Kamu akan diam disitu terus? Ya udah kalau engga mau ikut aku tinggal." Daffin pun langsung bergegas ke atas dan memelu Adhira layaknya anak kecil yang memeluk ibunya serta menunjukkan wajah senangnya. Wajah Adhira pun memerah, dan hati Adhira tiba - tiba seperti ada yang tumbuh ketika Daffin memeluk dia. Ada apa ini? Kenapa jantungku berdetak cepat? Ya ampun..

Mary dan Loan sudah menunggu di rumah Lisa dan mereka tinggal menunggu Adhira yang sudah 15 menit tidak kelihatan batang hidungya. Loan yang pertama kali melihat Adhira sedang jalan menuju rumah Lisa. Namun ia kaget ketika ada seorang lai - laki tinggi dibelakang punggungnya Adhira dan itu membuat Loan terdiam. Mary dan Lisa keluar rumah untuk menyambut Adhira dan mereka berdua kaget ada Daffin yang ikut ke Taman Bermain. "Daffin?! Kok kamu ga kasih tahu aku sih Ra kalau Daffin bakal ikut. Tiketnya cuman pas buat berempat." "Aku ga ngajak. Dia yang mau." Daffin tidak mempermasalahkan tiketnya hanya ada 4. Ia bisa membeli sendiri nanti di loket Taman Bermain tersebut asal dia bisa melindungi Adhira kali ini saja. Adhira menyapa Ibu Lisa yang baru selesai mempersiapkan bekal untuk mereka makan di Taman Bermain nanti. Beruntungnya Lisa punya ibu yang baik dan rela bangun pagi untuk membuat bekalnya Mary, Adhira, Loan, dan Lisa. Ibu Lisa senang bisa melihat Daffin kembali setelah dua tahun tidak bertemu. "Selamat pagi bu." Daffin menyapa dengan sopan Ibu Lisa karena Ibu Lisa dulu adalah bekas mantan Kepala Sekolah di sekolahnya Lisa, Mary, Adhira, dan Daffin. "Halo Daffin. Bagaimana kuliah di Aussie? Lancar tanpa ada masalah kan? Oh iya. Kalian menghidupkan generasi "Romeon dan Juliet" kembali? Wah, Ibu turut senang." Adhira dibuat bingung dengan pembicaraan Ibunya Lisa. Apa maksud dari generasi "Romeo dan Juliet"? Lisa pun menyuruh Ibunya untuk kembali ke kamarnya dan melanjutkan tidurnya yang tertunda. Lisa takut Loan kecewa mendengar pembicaraan yang dimaksud oleh ibunya itu. Dan benar saja, wajah Loan menunjukkan rasa sedih. Mary pun melihat orang yang disukainya itu menunjukkan wajah kecewa. Ia pun segera menghibur dan mengajak yang lain juga untuk segera bergegas ke mobil Loan untuk segera pergi ke Dufan agar tidak kesiangan dan bisa menikamti semua wahana.

12 Juli 2018

Pukul 10.30

Loan pun memarkirkan mobilnya kemudian Lisa, Mary, Adhira, dan Daffin mengeluarkan perlengkapannya masing - masing. Tak ketinggalan bekal tadi pagi yang sudah disiapkan oleh ibunya Lisa untuk persiapan makan siang. Lisa, Mary, dan Loan masuk duluan ke Taman Bermain tersebut sementara Adhira menemani Daffin membeli tiket di loket. Di Dufan, ada berbagai macam tiket yang bisa dibeli yaitu Premium, Fast Track, Annual Pass, dan Regular. Karena Daffin ingin menaiki semua wahana yang ada di Taman Bermain itu, ia memilih jenis tiket Regular seharga Rp. 325.000. Harga tersebut berlaku juga di hari Sabtu - Minggu maupun di hari libur.

Wahana pertama yang ingin mereka berempat coba adalah wahana Kora - Kora. Wahana yang berbentuk kapal besar dengan berayun hampir 90 derajat membuat Lisa, terutama Mary ingin segera turun dari wahana tersebut. Adhira sendiri justru terlihat bahagia menaiki wahan itu dan beban yang ia miliki saat ini seperti melayang bebas dan tertiup oleh angin yang mengayunkan tubuhnya. Lisa dan Mary merasa nyawanya masih ada di atas dan mereka diam sesaat sebelum coba wahan selanjutnya yaitu Kicir - Kicir. Lagi - lagi Lisa dan Mary merasakan pusing yang luar biasa karena kicir raksasa ini emmutar penumpangnya ke segala arah. Lisa dan Mary pun menyerah jika ada yang mengajak wahana ekstrim lagi. "Ah.. Padahal aku ingin naik wahana Tornado sama Hysteria kayaknya seru." "Ra, kamu ga liat kita berdua udah sekarat gini masih ajakin wahan ekstrim?" Lisa seperti nyawanya tinggal 45% untuk hidup. Akhirnya mereka berempat beristirahat dulu dan mencoba masakan yang dibuat oleh ibunya Lisa. Karena ibu Lisa berasal dari suku Batak, Ia memasak Mie Gomak. Mie ini makanan khas di Sibolga dan Tapanuli dan sering disebut juga Spaghetti Batak mirip dengan Spaghetti dari Itali, bentuknya mirip seperti lidi. Mie yang sudah direbus biasanya dibuat terpisah dengan kuah dan sambalnya. Meski banyak ragam untuk membuat mie ini, ada yang menggunakan kuah ada juga dibuat seperti mie goreng. Rasanya sangat unik apabila Mie Gomak dicampur dengan bumbu khas Batak yakni Andaliman.

Menu kedua dan ketiga dibawakan oleh ibunya Mary. Orang tua Mary keduanya berasal dari Jambi dan sudah menetap lama hampir 15 tahun sejak Mary lahir di Surabaya. Tapi, untuk makanan khas dari kota mereka tidak pernah lupa. Menu kedua yang dibawakan oleh Mary yaitu Cumi Cah Kangkung dan menu yang ketiga yaitu pempek sambal. Pempek yang baisanya menggunakan kuah cuka, lain halnya di provinsi Jambi menggunakan kuah sambal. Bercampur dengan daun jeruk dan daun kunyit. Tidak lupa juga untuk makanan penutupnya yatu Dessert yang dibawakan oleh Loan. Ia membawakan kue khas Surabaya, kota kelahiran dari mereka berlima yakni Almond Crispy Cheese yang terbuat dari bahan dasar tepung yang dicampur dengan campuran telur, gula, keju, susu bubuk, dan tidak lupa ditambahkan almond sebagai topping di atasnya. Ada 3 varian rasa dari Almond crispy ini yaitu cokelat, green tea, dan original dan Loan membawa 2 varian rasa yaitu green tea dan original.

Setelah mereka selesai dengan makan siangnya, mereka melanjutkan wahana selanjutnya yang tidak membuat perut Lisa dan Mary mual yaitu wahana Ice Age Sid's Arctic Tour dimana wahana ini diajak mengarungi cerita Ice Age pada masa lampau dengan menggunakan perahu. Jam sudah menunjukkan pukul 16.30 dan mereka mencoba wahana yang terakhir yaitu arung jeram. Lisa, Mary, Loan, dan Daffin membawa baju cadangan karena mereka tahu mereka pasti akan memainkan wahana air itu. Kecuali Adhira yang tampak bingung kalau bajunya basah, ia tidak membawa pakaian ganti. "Aku lebih baik ga usah ikut deh guys." "Ga apa - apa, Ra. Aku bawa 2 baju ganti kok." Daffin melihat Loan menawarkan tawaran baju ganti kepada Adhira. Apa - apaan ini. Laki - laki itu siapa sih?. Kelopak bunga yang tumbuh di hati Daffin seolah - olah lepas dari intisari bunganya. Ia merasakan otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih ketika Adhira bersama dengan laki - laki lain. Daffin merasa marah sekaligus kecewa terhadap dirinya sendiri.

Salahku. Ini salahku meninggalkan Adhira.    

Nothing to WorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang