Perjalanan bag. 2

23 1 0
                                    

23 Agustus 2018
Pukul 11.15

Kafe unik yang ada di jalan Senopati, Jakarta Barat dengan nuansa tahun 1950-an khas Jerman berdiri kokoh meskipun sudah berumur sekitar 68 tahun. Grossi Florentina Cellar Bar menjadi tempat pertemuan Adhira dengan dua teman setianya, Lisa dan Mary. "Hei, kalian tahu kenapa nuansa kafe ini begitu nyaman untuk hangout?" Kata Mary, perempuan yang beda satu tahun dibawah Adhira dan Lisa dengan rambut pirangnya terurai rapi dan berkilau layaknya iklan shampoo menjelaskan tentang kafe unik itu. "Karena ini dibangun dengan mural yang langsung dibawa dari Jerman kemudian dibuat senyaman kafe - kafe yang di Jerman biar masyarakat Indonesia khususnya ibukota Jakarta ini bisa menikmati nuansa selayaknya tinggal di Jerman". Lisa mengiyakan penjelasan dari Mary karena dia tidak begitu peduli dengan apa yang dibicarakan oleh teman mungilnya itu. Dia hanya mempedulikan makanan yang di kafe itu. Kata sepupunya yang pernah mencoba menikmati kafe tersebut, makanannya luar biasa enak. Banyak menu spesial di cafe khas Jerman ini salah satunya yaitu Pasta Tagliatelle Ragu Bolognese. Dimana pasta tersebut berbentuk seperti Kwetiaw dibaluri dengan saus bolognese khas Italia. Pasta ini dibandrol dengan harga yang cukup mahal yaitu Rp. 125.000 karena semua bahan - bahannya langsung di import dari Jerman.
Adhira hanya tertawa melihat tingkah lucu dua temannya itu sedang berargumen tentang kafe yang mereka tempati saat ini meskipun makanan yang mereka pesan sudah datang. Argumen mereka berdua pun terhenti ketika seorang laki - laki dengan tinggi sekitar 182 cm memakai sweater biru tua dengan kerah kemeja putih serta celana bahan berwarna cokelat muda berdiri di belakang kursi yang diduduki Adhira. "Akhirnya kamu datang Loan" kata Lisa dengan senang hati menyambut Loan untuk segera duduk di sbeelah Adhira. "Hai aku Loan. Aku teman Lisa sejak kami les bareng waktu SMA. Salam kenal semua" Loan memberikan salam perkenalan kepada Mary dan Adhira dengan senyum menawan dipipinya. Mary terpana melihat senyuman Loan apalagi Adhira yang daritadi diam terpaku karena Loan tepat disebelahnya. Adhira menyangkal dirinya kalau ia tidak akan terpana dengan laki -laki siapapun yang pernah ia temui selain sesosok laki - laki yang sekarang masih menetap dihatinya. Tetapi ketika melihat senyuman Loan yang tepat disebelahnya, wajah Adhira begitu merah muda seperti buah peach yang sudah matang.
"Kamu kuliah dimana Loan?" Mary menanyakan tempat kuliah Loan dengan mata tak berkedip serta wajah yang sumringah melihat ketampanan Loan dan suara Mary itu menyadarkan Adhira dari lamunannya. "Aku kuliah di Malvern Springs. Engga jauh kok dari kafe ini. Sekitar 20 menit juga sudah sampai. Itu juga kalau engga macet ya hahaha". Lisa mengingatkan kembali kepada Adhira kalau waktu SMA, Loan telah mengincar Adhira namun terhenti langkahnya karena Adhira sudah punya pacar. Kemudian Adhira perlahan - lahan mulai menyusun kembali memori yang pernah ia miliki waktu SMA. Loan... ah, sekarang aku baru ingat kalau dia pernah ingin mendekatiku sekitar dua tahun lalu. Namun Adhira waktu itu sudah berpacaran dengan teman sekelasnya hampir tiga bulan. Sekarang Adhira mulai sadar, kalau Loan benar - benar tidak mudah menyerah dan terus menunggu selama dua tahun untuk bisa mendapatkan hati Adhira kembali.
"Oh iya guys, dia ambil jurusan yang jarang diambil mahasiswa - mahasiswi lainnya lho. Kalau ga salah itu jurusan..." "Fisioterapi Lis" kata Loan sambil menutup menu yang sudah dipesannya kepada pelayan perempuan yang berdiri di sampinya itu sambil berkata "pesanan anda akan tiba 15 menit lagi ya. Terima kasih". Loan menjelaskan dengan detail kenapa dia mengambil jurusan yang mungkin jarang orang mau memilih jurusan ini. Jurusan Fisioterapi ini memang berat, karena jika nanti Loan menjadi ahli fisioterapis, setiap hari akan banyak orang - orang dengan karakteristik dan sifat yang berbeda - beda datang dan yang pasti punya masalah yang berbeda - beda pula. Mulai dari masalah nyeri yang berat sampai ringan. Tak jarang, salah sikap dan ucapan bisa kena komplain dari mereka. Sebelum Loan memilih jurusan ini, dia terlebih dahulu mengetahui hal - hal umum dan prospek kerja nantinya serta hak dan kewajibannya.
Loan menikmati kuliah dengan jurusan Fisioterapi ini apalagi ketika ada mata kuliah Shoulder Complex, dimana mata kuliah tersebut membahas tentang sendi paling kompleks pada tubuh manusia yang dibentuk oleh tulang - tulang seperti Scapula, Clavicula, Sternum dan Humerus. Dari keempat tulang tersebut membentuk sendi - sendi yang nantinya bergerak bersama - sama saling mempengaruhi dan menjadi gerak sendi yang kompleks. Loan juga ingin membantu orang - orang disekitarnya termasuk teman - teman basketnya yang pernah mengalami cedera serius ketika bermain. Terutama teman terdekatnya ketika bermain basket mengalami cedera yang cukup parah di area jari - jari tangan atau biasa disebut dengan cedera traumatis. Tingkat keseriusan cedera jari ini dimulai dari cedera minor pada ligamen yang menghubungkan antar tulang satu dengan lainnya, sampai patah tulang jari.
Mary begitu tercengang sampai mulutnya terbuka mendengar penjelasan ilmiahnya dari laki - laki berambut model Crew Hairdo itu. Mary berharap laki - laki yang sedang ada dihadapannya ini suatu saat bisa menjadi pacarnya dan bisa menaklukkan hati Loan dengan cara apapun. Namun Mary pernah diceritakan oleh Lisa tentang Loan yang menyukai Adhira. Mary baru tahu kalau laki - laki didepannya, yang diceritakan oleh Lisa ternyata dari SMA hanya Adhira saja yang dipilih Loan. Padahal dengan wajah tampan seperti itu siapa yang tidak mau berpacaran dengan Loan. Walaupun Loan yang sekarang dihatinya hanya ada Adhira seorang, Mary meyakini kalau dia bisa menggantikan nama "Adhira" menjadi nama "Mary" di hati Loan.
Ketika mereka berempat menyantap habis makanan utamanya, ditutup dengan makan dessert yang telah dipesan beberapa menit kemudian, Adhira menanyakan kepada Loan kenapa ia datang kemari menemui mereka bertiga.
Sebelum Loan menjelaskan kepada Adhira, ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya yaitu sebuah kotak kecil berwarna pink dengan aksen pita berwarna putih gading di atas kotak itu lalu diberikan kepada Adhira. Lisa dan Mary begitu kaget terutama Lisa karena kotak dari dua tahun lalu itu masih disimpan rapi oleh Loan.
"Adhira. Aku ingin kamu terima kotak ini dan tolong simpan baik - baik kotak kecil ini. Kotak ini sudah menetap selama dua tahun di rumahku dan sekarang aku ingin kamu yang menyimpannya. Tolong jangan dibuka sampai kamu benar - benar bisa menerimanya". Mendengar Loan berbicara seperti itu di hadapan Adhira, Adhira langsung tidak bisa berkata apa - apa dan hanya menatap Loan dengan wajah bersemu merah.

14 Juli 2016
Rintik - rintik hujan membasahi perkotaan yang dikenal dengan ibukota Indonesia itu ketika Lisa hendak pulang ke rumah dan dia baru saja selesai mengikuti les semua mata pelajaran yang terdapat di jalan Merpati, Jakarta Barat. Ketika Lisa membuka payung merahnya beruliskan "Let's play with me" bergambar pororo sedang melambai tangan kecilnya, ia melihat laki - laki dengan seragam bertuliskan "Caralee High School" berlari menghampiri Lisa. "Hai Loan. Ada apa? Apa ada barangku yang tertinggal di kelas sampai kamu berlari begitu?" Kata Lisa yang menutup kembali payung merahnya itu pemberian dari Mary. "Engga ada kok. Anu... kamu temannya Adhira kan? Bisakah kamu kasih kotak ini ke dia? Aku jatuh cinta dengan teman kamu itu waktu aku dan teman - teman basketku ikut tanding di sekolah kamu. Aku langsung tahu nama dia waktu kamu pernah ngepost foto selfie bertiga di Instagram dan kamu ngetag Instagram Adhira" Loan berbicara terengah - engah dengan jantung berdetak cepat karena lari mengejar Lisa tadi.
Lisa ragu untuk mengambil hadiah Loan untuk Adhira karena Adhira sekarang sudah punya pacar dan baru berjalan tiga bulan. "Bagaimana ya Loan. Hmm.. aku ingin kasih tahu ke kamu kalau Adhira saat ini sedang menjalin hubungan dengan teman sekelas kami dan itu sudah berjalan tiga bulan." Lisa menjelaskan ke Loan dengan hati - hati tapi sudah terlanjur karena ketika mendengar perkataan Lisa, wajah Loan langsung menunjukkan rasa kecewa sekaligus sedih. Lisa merasa tidak enak melihat reaksi Loan yang langsung berubah ketika menjelaskan tentang Adhira yang sudah punya pacar.
Loan berhenti sejenak. Begitu pula pemikirannya yang langsung berantakan mendengar penjelasan teman yang sudah setahun les bareng di East Waikiki itu. Hujan pun makin deras persis sederas rasa yang dialami oleh Loan dan tidak kunjung berhenti. Dua jam kemudian hujan pun mulai mereda selagi Lisa dan Loan sedang menunggu di kafe bawah tempat les itu. Loan mulai mengerti dan menata kembali hati yang patah menjadi utuh kembali. "Sekarang aku mengerti Lisa. Aku juga tidak ingin mengecewakan Adhira karena sifatku yang egois. Tapi suatu saat, aku mungkin bisa menghibur Adhira kalau ia sedang sedih, kecewa, ataupun sakit hati. Untuk saat ini, apakah aku bisa menjadi temannya seperti kamu dan Mary yang selalu bersama dengan Adhira?" Kata Loan berbicara seperti pria dewasa. "Maaf ya Loan. Dengan sifat Adhira yang ceria seperti itu kamu pasti bisa menjadi temannya kok dan menerima dengan tangan terbuka" Lisa memberikan semangat kepada Loan dan memberikan nasihat juga agar tidak mudah menyerah untuk mendapatkan hati Adhira. "Tapi bukan untuk sekarang kamu bisa mendapatkan hati Adhira ya. Karena di hati Adhira udah ada yang isi" "siapa yang udah menaklukan hatinya Adhira,Lis?" Kata Loan dengan wajah penasaran sambil menyeruput kopi hangat yang ada didepannya itu.
"Daffin.."

Nothing to WorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang