Perjalanan Spesial Bag.1

5 0 0
                                    

(Mengapa ada julukan "rakun" untuk Vanny?)

12 Maret 2016
Pukul 07.00

Matahari menyambut orang - orang dengan sinar mentarinya di pagi hari. Di pagi hari yang cerah ini, orang - orang di bumi sudah menyibukkan diri sendiri dengan kegiatannya masing - masing. Banyak yang sudah pergi ke kantor, para Ibu Rumah Tangga pun pergi ke pasar, serta anak - anak SD sampai SMA siap - siap pergi ke sekolah. Lagi - lagi Adhira telat pergi ke sekolah. Dengan roti yang masih menggantung di mulutnya ia berlari dengan cepat untuk mengejar bis dengan tujuan ke sekolahnya di jalan Pejaten. Rambut panjang yang masih berantakan, tas sekolah yang kebuka setengah, tampang Adhira sudah berasa seperti monster yang siap menerkam siapa saja yang menganggu dia. Selagi Adhira merapikan rambut dan tasnya yang kebuka dari tadi, pintu bis terbuka yang siap menyambut orang di halte berikutnya. Adhira melihat dari balik kursi bis, orang itu terlihat sangat tampan memakai seragam SMAnya yang bertuliskan Caralee High School. Adhira berpikir tentu saja orang seperti pangeran itu tidak akan ada di sekolah dia. Dengan rambut bermodel Crew Hairdo, berkulit putih, Cowok itu melewati Adhira dan ia duduk di paling belakang dengan tenangnya. Adhira pura - pura melihat cowok itu, dan betapa wanginya cowok itu ketika ia melewati tempat duduk Adhira. Rose? Cowok tampan begitu pakai parfum beraroma Rose? Dia cewek apa cowok?.
Bus yang Adhira tumpangi pun berhenti di halte sekolahnya. Adhira turun dengan sangat tergesa - gesa karena takut gerbang sekolahnya di tutup tepat pukul 07.30. Untungnya, gerbang sekolah masih memberi kesempatan untuk Adhira memasuki sekolah tanpa harus Adhira menunggu di luar dan pulang kembali ke rumahnya.
Lisa dan Mary menghampiri Adhira ketika mereka baru saja dari kantin untuk mencari cemilan di pagi hari. "Eh, Ra. Kamu tahu ga di sekolah kita kedatangan murid pindahan lho. Kayaknya anak orang kaya. Soalnya, tadi pas aku baru tiba, di depan gerbang sekolah berhenti mobil Alphard hitam. Terus aku lihat ada cewek cantik banget pake seragam yang sama kayak kita turun dari mobil itu." Mary menceritakan kejadian tadi pagi sambil makan cemilan yang ia beli di kantin. Waktu mereka bertiga hendak ke kelas, perempuan yang diceritakan Mary tadi baru keluar dari ruangan Kepala Sekolah. Benar apa kata Mary barusan, perempuan itu sangat cantik seperti bidadari. Perempuan itu memberi salam kepada Kepala Sekolah dengan sopannya dan ia ditemani oleh guru Matematika untuk dibawa ke kelas barunya. Setelah perempuan itu pergi menuju kelasnya ditemani oleh guru Matematika, Lisa berkesempatan untuk menanyakan langsung tentang murid pindahan kepada Kepala Sekolah sekaligus mamanya itu. Ternyata perempuan itu pindahan dari sekolah di Amerika dan karena tuntutan pekerjaan papanya yang sudah habis masa kontraknya di Amerika, ia kemudian pindah ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikannya kembali yang tertunda di negeri orang. "Ayo guys. Kita cari tahu cewek itu masuk ke kelas IPA atau IPS." Lisa mengajak mereka berdua untuk kembali ke kelas karena penasaran dengan murid pindahan itu. Mereka menebak - bebak apakah murid pindahan tersebut ambil kelas IPA atau IPS. Menurut Kepala Sekolah, murid pindahan tersebut punya kecerdasan yang membuat dia bisa mendapatkan peringkat ke dua di sekolahnya di Amerika. Mary menebak dengan pasti kalau murid pindahan itu akan memilih kelas IPa karena dia pintar. Adhira pun setuju dengan pendapatnya Mary. Namun tidak bagi Lisa. Karena menurut Lisa, dari tampangnya cewek tersebut ia ahli dalam bidang ekonomi ataupun masalah perekonomian yang ada di dunia ini dan tidak mungkin ia bakal memilih kelas IPA. Setelah mereka berdebat satu sama lain di kelas, ternyata tebakan dari Mary dan Adhira yang benar. Murid pindahan itu memilih kelas IPA. Lisa pun kecewa dengan pendapatnya. Dugaan dia salah, padahal selama ini tebakan Lisa tidak pernah meleset. Murid pindahan itu benar memilih kelas IPA tapi tidak sekelas dengan mereka bertiga. Ia memilih kelas IPA 3 - C sedangkan kelas Lisa, Mary, dan Adhira ada di kelas IPA 3 - A.
Bel sekolah berbunyi di pukul 09.00. Lisa, Mary, Adhira, dan Daffin ke kantin bareng untuk mencari makan. Tiba - tiba dari kelas 3 - C, cewek pindahan itu menghampiri Daffin. "Aku ikut ke kantin bareng kamu, boleh?" Lisa, Mary, Adhira, begitupun Daffin kaget mendengar cewek itu berbicara seperti sudah mengenal Daffin sejak kecil. "Maaf, kamu siapa? Kamu ga liat aku jalan sama siapa? Dia pacarku jadi aku ga mungkin ke kantin bareng kamu. Adhira, ayo." Mereka berempat pun meninggalkan cewek itu yang masih mengharapkan Daffin untuk pergi bareng ke kantin.
"Rakun." Mary menengok ke kiri dan ke kanan dengan was - was apakah yang dibicarakan Lisa barusan beneran ada hewan rakun di sekolahnya. Lisa pun melanjutkan pembicaraannya bahwa yang ia sebut "rakun" itu adalah cewek pindahan itu. "Ternyata cakep - cakep, dia pelakor juga. Sama seperti hewan rakun." "Kenapa rakun?" "Kamu ga liat, Ra. Dia mencakar dengan tangkasnya sama seperti rakun. Main merebut cowok orang. Dia ga liat, kalau Daffin itu udah milik kamu? Eh, iya sih dia masih anak baru di sekolah ini. Tapi seengganya dia ga liat apa kalau Daffin tadi menggandeng kamu di depan matanya. Ampun deh!." Mereka mengobrol dengan asyiknya di kantin tentang julukan yang mereka pilih untuk cewek pindahan itu. Dan tiba - tiba Adhira menyadari kalau Daffin belum kembali lagi ke meja kantin yang mereka tempati saat ini. Mary menunjuk ke arah taman dekat kantin tersebut, ia melihat Daffin berbicara kepada cewek pindahan itu dengan muka bingung.
"Tuh kan benar - benar dia seperti rakun.."

Nothing to WorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang