03.Kang ojek lagi

59 9 6
                                    

Perpustakaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memang selalu ramai apalagi di akhir pekan seperti ini.Gedung yang difasilitasi AC dan juga Wifi  itu memang selalu menjadi tempat favorit bagi orang-orang semacam Senja Panca Purnama.

Memang,perpustakaan yang biasa disingkat menjadi perpustakaan KEMDIKBUD ini bukan lah tempat yang pas untuk kalian yang susah fokus.Di sini cukup berisik karena letaknya yang menyatu dengan kantor pegawai kementrian.Kadang ada juga suara para PNS yang sedang bergosip ria baik di luar atau pun di dalam gedung.Tetapi,untuk Senja hal tersebut bukanlah masalah besar.

Senja sudah menitipkan ranselnya di bagian penitipan.Sedangkan ponsel dan dompet boleh dibawa masuk.Senja sering berkunjung di perpustakaan baik itu perpustakaan umum maupun perpustakaan sekolah.Karena baginya dimana ada buku di situ ada dia.

Buku tujuannya kali ini bukan buku pelajaran,melainkan buku sastra yang di dalamnya berisi novel klasik.Mengapit dua buku di tangan kanannya,Senja memilih tempat duduk yang sedikit lebih jauh dari orang-orang.Tempat di mana ia bisa bersembunyi dan merasakan AC lebih dingin.

Satu buku ia selesaikan hanya dalam waktu satu jam saja.Sebelum beralih pada buku selanjutnya,Senja kembali teringat pada kejadian satu minggu yang lalu.Saat bu Jum-guru sejarah mengatakan bahwa ada anak baru di kelas XI MIPA 3.Senja masih bersikap biasa saja tetapi itu sebelum ‘murid baru' itu masuk ke kelas dan duduk di belakangnya.

“Astaga!”Senja menggeleng kuat-kuat.Kenapa dia jadi teringat kejadian memalukan yang ingin dia lupakan sesegera mungkin itu.Kalau diingat terus sampai kapanpun dia tidak akan bisa lupa.

•••

“LANGIT!!!”

“Hoaammpptt....”

Lelaki yang sudah berumur seperti Abraham-papa Langit itu mendekati Langit dengan satu tangan ia gunakan untuk mencengkram penggaris yang cukup panjang.Penggaris kayu itu menyentuh meja dengan tidak santainya.

Remaja yang nyawanya belum terkumpul sepenuhnya itu terperanjat sampai rasanya nyawa itu dipaksa masuk kedalam jiwa dan raga.

“LANGIT!”panggilnya sekali lagi.

Pria paruh baya itu menatap Langit geram seakan-akan ingin menelannya hidup-hidup.

Langit sedikit memicingkan matanya agar objek di depan mata bisa terlihat lebih jelas.Matanya masih kabur,kepalanya pening setelah ditarik paksa dari alam mimpi dan otaknya masih belum mau dipaksa untuk menatap objek di depannya.

“Kenapa,Pak?”tanya Langit setelah menyadari pak Mar-guru Kimia sekaligus wali kelasnya lah yang berada dihadapan mata saat ini.

“Kamu kemarin bolos lagi di pelajaran saya dan kamu masih tanya kenapa?!!”suara pak Mar terdengar kurang bersahabat.

Langit malas meladeni orang marah-marah.Percuma.Kalau yang berada dihadapnnya sekarang bukanlah guru sudah dipastikan sudah Langit tinggal tidur sedari tadi.

“Kemarin saya sudah izin kok,Pak.”Langit membuat pembelaan.

“Izin sama siapa kamu?”tanya pak Mar masih dengan suara tak bersahabatnya.

“Tuh.Sama Yanti.”Dagunya mengarah pada sosok perempuan yang rambutnya dikucir kuda.

Yanti adalah ketua kelas di XI MIPA 2.Dia terpilih menjadi ketua kelas karena sifatnya yang disiplin sekaligus terkenal tegas kepada semua orang.

Langit dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang