Chapter 9

21 4 0
                                    

▪^▪

'Seseorang pasti punya pengalaman kegagalan dalam hal sesuatu..
Tapi jangan takut akan kegagalan..

Berkali-kali kau mengalami nya..
Kau pasti bisa melewati nya.. dan akan ada sinar cerah di depan mu suatu hari membawa mu pada keberhasilan..
Kau akan sukses jika terfokus pada keinginan..
Jangan menyerah pada sesuatu yang belum kau coba..
Dengan bangkit kembali sungguh kamu pasti bisa melewati nya..'

..


'Ini...
Ucapan ayah pada kita saat-saat terakhir nya..
Kegagalan ayah mempertahan kan ibu..
Ada apa eoh/?'
Ucap Tari setelah membaca tulisan Rakhan pada selembar kertas..
Ucapan yang diucapkan Khana di radio pekan lalu..

'Aku bertanya-tanya dimana aku pernah mendengar nya...
Dan benar,
Ayah menelpon radio dan mengucapkan semua perasaan terakhir nya..
Ayah menyukai radio bukan/?'

Tari mengangguk mengingat kembali kenangan ayah nya..
'Ayah selalu mendengarkan radio daripada layar tv..
Kenapa kau membahas ini/?..
Apa ada yang membuat mu terganggu..?'

Rakhan mengangguk dan menatap Tari serius..
'Bisakah kau bantu aku mengambil nya..!?'

Di perpustakaan..
Tari meraih buku sastra yang Rakhan temukan, bahkan sepucuk lembar fax konfirmasi penerima'an pegawai tetap..
Tari bertanya-tanya apa yang membuat Rakhan menginginkan ini..

'Aku bertanya-tanya sejak kau menyuruh ku mengambil ini..
Kau melamar kerja?
Kau diterima..'

'Kau tidak melihat seluruh nya.?
Ini lembaran 2tahun yang lalu..'

'Lalu..?
Kenapa kau mengambil nya sekarang?.. itu milik mu?..'

'Berhentilah bertanya,
Bisakah kau bawakan satu radio milih ayah di studio nya..
Aku yakin pasti masih ada yang tersisa kau simpan..'

'Tentu saja..
Aku tidak bisa membuang kenangan ayah..
.
Tapi kenapa kau tiba-tiba menginginkan radio?..
Kau ingin seperti ayah, menelpon station radio dan mengatakan ucapan perpisahan..
Aku tidak mau!!..'

'Aisssshh.. aku tidak mau mati!!..
Kau puass...'

'Karna itu berhentilah membuat ku cemas..
Kau tidak tahu betapa ku menderita kau buat cemas..'

'Apa aku menyuruh mu cemas akan diriku?
Kau bisa tinggalkan aku..
Krna inilah kau tidak bisa menikah..
Aku bersalah pada privasi mu..!!'

'Aku tidak akan menikah ..
Tidak akan, hingga kau sembuh total dan bisa ku pukul setiap hari nya..'

..

Hari ke Hari
Minggu ke Minggu
Bulan per Bulan..
Setiap pekan sepucuk surat selalu terkirim dan diterima ke rumah sakit dimana Rakhan dirawat..

'Bagaimana keadaan mu hari ini/?'
Tanya seorang perawat menghampiri nya yang berada di atas kasur nya..
Dengan kotak berisikan lembaran kertas tulisan Khana yang ia simpan rapi..
Rakhan tersenyum memandang perawat yang sangat mengenal nya selama ia dirawat disini..

'Yah.. seperti biasa,
Seperti nya aku baik-baik saja..'
Jawab Rakhan menjawab pertanyaan perawat tersebut..

'Apa kau termotivasi karna setiap lembaran surat dari nya../?
Kau ketahuan, aku tahu semua..'
Goda perawat tersebut membuat Rakhan tersenyum lebar ..

'Apa yang harus ku lakukan/?...
Aku bahkan tidak bisa menjamin kesehatan ku.. waktu ku.. dan perasaan nya terbalaskan..
Egois bukan/?..
Jika kau di posisi nya bagaimana perasaan mu..'

'Entahlah..
Jika aku diposisi nya, tentu tidak mudah menerima semua ini..
Tapi dia tidak tahu, apa kau tidak memberitahu nya..
Aku berharap kau tidak menyakiti nya.. dan aku lebih berharap pada ke ajaiban kesehatan mu pulih tak tercemaskan..
Agar kau bisa memeluk nya..
.
Apa yang kau pikirkan eoh/?'

Rakhan memandang dinding kaca di sebelah nya..
Dunia nya tak akan bertahan lama..

'Aku tidak ingin mati..
Aku ingin menghampiri nya..
Aku ingin memeluk nya..
Aku tidak ingin menyakiti nya..
Aku ingin bersama dengan nya..'

Rakhan menoleh pada perawat tersebut yang mengucapkan semua isi pikiran Rakhan..

'Kau memikirkan itu bukan../?
Kau ketahuan lagi..
Karna itu semangat lah,..
Boleh ku yakini?.. kau pasti bisa memeluk nya..
Ini..
Maafkan aku telat memberikan nya, kau tau sendiri saudari mu seharian ini selalu di sekitar mu membuat ku nyaris tidak bisa memberikan ini pada mu..'
Ucap perawat nya dengan sembari memberikan kiriman yang Rakhan tunggu-tunggu..

'Terimakasih..
Jika aku tidak membalas surat nya lagi..
Apa itu akan membuat semua nya berakhir/?..'

'Ucapan perpisahan?..
Dia pasti akan bertanya-tanya kemana surat yang ia tunggu.. apakah nyasar/?....
Jika kau ingin mengakhiri nya, ucapkan salam perpisahan mu..
Kau sangat egois eoh..
Sudah 5bulan kau dengan nya saling surat menyurat ..
Dan sekarang kau ingin mengakhiri nya, kau tahu perasaan dia dari setiap tulisan nya bukan..
Sama saja kau akan tetap menyakiti nya, tapi jika memang untuk kebaikan nya ..
Tidak ada pilihan lain bukan..
.
Semangatlah..
Aku tidak suka melihat seseorang putus asa seperti ini..
Aku pergi dulu.. sudah saat nya jam pulang..
Sampai jumpa besok..'
Pamit perawat tersebut,
Rakhan membalas senyum nya hingga ia menghilang dibalik pintu nya..
Namun beberapa saat, pintu kembali terbuka..
Perawat itu kembali..

'Aku baru dengar,
Kau akan ke Jakarta untuk pemeriksaan setahun sekali.?..
Lalu..
Apa kau berencana menemui nya../?'

Rakhan hanya tersenyum terdiam tidak bisa mengatakan apapun disaat hati nya ragu menginginkan sesuatu..

'Aku tidak ingin mati..
Aku ingin menghampiri nya..
Aku ingin memeluk nya..
Aku tidak ingin menyakiti nya..
Aku ingin bersama dengan nya..'

Rakhan benar-benar memikirkan nya semalaman ..
Dengan memandang surat terbaru yang ia terima hari ini,..

●▪Tbc▪●

Laut Biru Ntuk Langit Biru [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang