G2 - That Name

19.3K 1.7K 233
                                    

G2. That Name

Cerita ini akan segera diterbitkan.
Hanya akan disisakan 5 chapter saja di Wattpad.
(Versi Wattpad belum direvisi)


🍁🍁🍁
Saat kau bersujud di tengah kesunyian,
Bermunajat dengan tangisan penyesalan,
Memohon ampun atas semua kekhilafan,
Meminta petunjuk untuk setiap keputusan,
Detik itu ...
Allah mendengarkan semua do'amu,
Dan Allah pasti akan mengampunimu,
Jua menenangkan hatimu,
Lalu mengabulkan permintaanmu.
--Winka.

Gadis itu menutup kedua telinganya, menunduk pedih sembari menata hati yang telah hancur akibat kalimat menyakitkan yang harus didengarnya. Menghitung detik apakah ini semua kesalahannya? Apa karena sang rembulan pergi lalu mereka semua harus melampiaskan kemarahan itu hanya kepadanya? Ia benar-benar tak tahu dimana letak salah yang ditorehkannya.

"Harusnya dulu kamu tidak perlu mempertahankan dia! Kalau saja kamu lebih memilih Zeeya, dia tidak akan pergi meninggalkan kita seperti ini. Itu semua salahmu!" suara keras itu masih terdengar hingga ke dalam kamarnya.

Sudah lewat tengah malam. Namun, pertengkaran kedua orangtuanya masih berlanjut membuat tangis itu semakin menyiksa. Semua kembali terulang, tapi semua sudah tak sama. Tak ada lagi yang memeluk tubuh gemetarnya, tak ada lagi sosok yang akan menenangkannya. Zeeya Balqist An-Noura –adik kembarnya, telah pergi meninggalkan dirinya, untuk selama-lamanya.

"Hey ... jangan nangis. Gue gak suka liat lo nangis. Ini salah gue, gue yang gak lihat-lihat batu segede bola basket sampai akhirnya jatuh dan masuk rumah sakit begini. Kondisi badan gue emang gak akan bisa sesehat lo, Gee," suara ceria penuh suka itu kembali terngiang di telinga. Dulu, saat Zeeya terjatuh dan pingsan. Gee disalahkan oleh orangtuanya karena tak bisa menjaga sang adik kembar. Kini, ketika Zeeya benar-benar pergi meninggalkan mereka semua. Gemintang tak hanya sekedar disalahkan, bahkan kehadirannya di dunia ini pun turut tak diinginkan.

"Ini bukan cuma salahku! Ibumu yang memaksaku mempertahankan keduanya. Mereka menyayangi anak itu dan aku tidak tahu kalau nyawa Zee akan menjadi taruhannya! Kalau saja aku tahu, tentu aku tidak akan pernah mempertahankan dia!"

Sudah. Cukup dia mendengarkan semua kekejian yang orangtuanya katakan. Apa salahnya? Mengapa mereka seakan tak pernah lelah menghancurkan dirinya setiap detiknya. Gemintang tak pernah tahu dimana letak kesalahan yang telah ia lakukan. Karena sejak kecil, rasa sayang itu sudah berbeda. Tak hanya Papa tapi juga Mama, keduanya hanya melihat Zeeya. Rembulan paling terang yang hadir dalam bingar keluarga mereka.

"Salahku apa? Sampai kalian begitu tega mengatakan hal itu? Aku tidak pernah meminta dilahirkan dari rahimmu dan juga dari benihmu. Jika saja aku bisa, aku tak akan pernah meminta kalian menjadi orangtuaku!" kata itu pelan, tapi cukup membuat kedua orangtuanya membeku. "Papa ... Mama ... Gee tidak pernah tahu apa salah Gee, tapi hari ini adalah hari terakhir aku memberikan kesempatan pada kalian untuk melihatku. Berhentilah berharap Zeeya akan kembali. Dia sudah bahagia di sana. Jangan kalian beratkan lagi langkahnya!" tukas suara yang biasa terdengar lembut itu dengan sangat dingin.

Gadis itu menuruni tangga, dengan sebuah tas ransel besar di pundaknya. Berusaha menegarkan hati untuk menarik jemari kedua orangtuanya. Menyalami khidmat mereka berdua. Dalam diam, isaknya sangat menyiksa. "Semoga setelah ini, Mama dan Papa bisa menyayangi Aleesha dengan sangat baik. Lupakan saja kalau kalian memiliki tiga putri. Tak akan ada yang putri keluarga ini yang bernama Gemintang di dalamnya." Setelah itu ia berbalik pergi tanpa pernah menoleh lagi.

Tujuh belas tahun dalam hidupnya, selama itu juga tak ada sedikit pun rasa sayang yang diterimanya. Papa dan Mama hanya melihat Zeeya, keluarganya selalu membandingkan mereka, hanya satu orang yang selalu memperhatikannya. Dalam diamnya, hanya orang itu harapan Gemintang satu-satunya.

GEMINTANG ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang