G4 - Remind The Past

16.2K 1.7K 203
                                    

G4. Remind The Past

🍁🍁🍁
Khimar panjang bukan pencetus kami taat,
Dengan cadar bukan penyekat kami alim,
Aku dan kamu.
Masih hambaNya yang penuh dosa,
Masih hambaNya yang berharap cinta,
dariNya yang Maha Bijaksana.
Maka dari itu,
Kita ... tak berbeda.
Kita ... itu sama.
Para pencari cintaNya.
--Gemintang Balqist An-Noura.

"Zeeya?"

Langkah Gemintang kembali terhenti sejenak, mendengar gumaman sang pemuda. Namun gadis itu memilih mengenyahkannya. Berjalan cepat untuk memasuki restoran dan meninggalkan pemuda itu dengan seseorang yang sejak tadi ada menemaninya. Seseorang yang baru saja Gemintang tolak proposal ta'arufnya.

Pemilik mata cokelat terang itu menatap Navishe yang masih diam di tempatnya. Si pinky lovers yang cerewet itu memilih menatap deretan daftar menu makanan di depannya tanpa menanggapi Gemintang yang terlambat masuk. Sampai beberapa detik, Gemintang memilih menolehkan kepalanya ke arah jendela yang mengarahkannya ke tempat dua pemuda tadi. Kepalanya terangguk pelan ketika dua orang itu masih ada di sana dan sampai akhirnya pemuda yang ia tahu bernama Elzaid itu berjalan lebih dulu meninggalkan sang kakak. Ada rasa geli melihat raut wajah pemuda itu, namun Gemintang memilih kembali menatap Navishe yang sudah memanggil waiters untuk memesan makanannya.

Zeeya? Ternyata hanya nama sang rembulan yang ada di hatinya.

Gemintang memilih memasang senyum tipisnya. Menutupi hati yang kembali tertoreh luka. Meninggalkan ingatan tiga tahun lalu ketika ia tak sengaja datang ke Indonesia. Rahasia yang tak pernah Navishe tahu jika ia sempat kembali ke tanah kelahiran tercinta. Bukan bermaksud berkunjung sebenarnya, Gemintang hanya ada seminar bersama para Professor-nya di salah satu Universitas di Singapura. Saat itu, salah satu temannya menghubungi Gemintang untuk bertemu dan mendiskusikan sesuatu. Karena ia sedang berada di Singapura, maka dari itulah Gemintang menyempatkan diri untuk ke Jakarta walau tidak sampai satu hari. Dia mengambil penerbangan malam dan sampai di Jakarta tengah malam, lalu sore esok harinya Gemintang sudah kembali lagi ke Singapura. Hanya sekejap dan tak masuk dalam hitungannya sebagai kunjungan ke negara yang telah menjadi saksi kelahirannya.

Mengingat itu Gemintang kembali mengenyahkan pemikirannya. Mengingat tentang pemuda itu dan Zeeya hanya akan mengembalikannya pada masa-masa sulit dalam hidupnya. Bagaimana sakitnya tak diinginkan, bagaimana menyedihkan hidup di tengah cinta yang hanya dirinya sendiri rasakan. Gemintang bukan Zeeya yang hidupnya dikelilingi cinta. Gemintang hanya bisa menatap cinta itu tercipta tanpa pernah merasakannya.

Bahkan orang tuaku sendiri tak mengharapkan kehadiranku ke dunia ini. Bagaimana mungkin ada seseorang yang mau menerima hadirnya sebuah bintang di antara banyaknya bintang di angkasa sana?

Iya. Sejak lama, Gemintang sudah kehilangan kepercayaan dirinya akan bahagia. Maka dari itu, ketika semua orang berkata jika dia berhak bahagia. Gemintang hanya akan mengulas senyum tipis dan mengalihkan pembicaraan. Baginya tak penting ia bahagia, yang terpenting adalah kehidupannya baik-baik saja. Walaupun tanpa orang tua, walau tanpa sosok yang dicintainya.

Look? Dihatimu bahkan tak terselip sedikit pun ingatan tentangku, Athar.

"Kak ...," akhirnya gadis di hadapannya itu bersuara. Memilih menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Gemintang membuat gadis berkhimar abu-abu itu tersenyum kecil.

"Kenapa?" tanyanya.

Navishe mengendik pelan, "Kakak yang kenapa, kok melamun." katanya.

Mendengar itu Gemintang menggeleng, "Kamu pesan apa? Aku dipesankan tidak?" ujarnya mengalihkan pembicaraan kembali.

GEMINTANG ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang