G3 - He Is

17.2K 1.7K 249
                                    

G3. He Is

🍁🍁🍁
Dia ...
Seseorang yang membuatku jatuh dalam pesonanya.
--Gemintang Balqist An-Noura.

Gemintang turun dari bus yang ditumpanginya sejak keluar dari flat mereka setengah jam yang lalu. Gadis itu mengernyitkan matanya ketika terik dari mentari di siang ini menyengat kulit setiap orang yang keluar dari rumah mereka. Namun, langkah gadis itu tetap tak memelan karena Gemintang termasuk orang yang terencana. Gadis itu harus menyelesaikan list-nya lebih dulu baru dia akan merasa tenang setelahnya.

Sesampainya Gemintang di depan pagar hitam dari rumah berbatu bata itu, langkahnya terhenti. Menghembuskan napasnya pelan, Gemintang langsung membuka pagar yang tak terlalu tinggi di depannya.

"Assalamu'alaikum," salamnya terdengar yang tak lama dibalas oleh seseorang dari dalam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah ... ya ampun Gee," balasan Jihan membuat gadis itu tersenyum lebar. "Kaifa khaluki yaa ukhti?" tanyanya seraya mengajak Gemintang masuk ke dalam.

Gadis itu tersenyum pelan, "Alhamdulillah bi khair, Kak." jawabnya kemudian duduk di kursi ruang tamu rumah Jihan.

Jihan adalah kakak tingkat Gemintang dan Navishe dulunya. Tetapi perempuan itu sudah menikah dengan teman satu angkatannya dan kini tinggal di Mesir. Mereka menyewa sebuah rumah yang cukup nyaman menurut Gemintang. Bahkan kini Jihan sudah dikaruniai dua orang putra kecilnya yang sangat menggemaskan. Mengingat itu Gemintang menggeleng pelan dan menatap kembali Jihan yang baru kembali dari dapurnya.

"Ini ... aku baru saja buat bolu keju, kamu suka 'kan?" ujarnya seraya meletakkan makanan dan minuman di meja depan Gemintang.

Gadis itu dengan cekatan ikut membantu dan duduk kembali menghadap Jihan yang menatapnya dengan mengulum senyum. "Kalau kamu sampai ke sini, itu artinya ada hal penting yang mau dibicarakan. Kakak benar?" tebaknya lagi membuat Gemintang kembali tersenyum kecil.

Gadis itu mengangguk lalu mengeluarkan beberapa map cokelat besar yang dibawanya di dalam tote-bag sejak tadi. Memilih mengangsurkannya kembali kepada Jihan yang mengernyitkan dahinya dalam. Perempuan itu tak bertanya banyak dan menatap tumpukan map yang sudah berpindah ke tangannya.

"Gee ...," gumamnya pelan.

"Aseef jiddan, Kak. I can't accepted." jawabnya.

"Why?" Jihan meletakkan tumpukan map itu lalu duduk di sebelah Gemintang. Memilih merangkum jemari adik tingkatnya yang saat ini telah menjadi dosen mengagumkan di Al-Azhar Asy-Syarif. "Apa yang kamu takutkan, Gee?" tanyanya lagi.

Gemintang tersenyum tipis mendengarnya, "Aku hanya tidak bisa menerimanya, Kak. Aku tidak pernah berpikiran untuk mempunyai hubungan semacam itu, setidaknya dalam waktu dekat." jawabnya langsung.

"Are you serious? Kamu hampir tiga puluh Gee," katanya.

Mendengar itu Gemintang tertawa kecil. Kepalanya menggeleng pelan sembari meraih minuman yang telah Jihan sediakan, "Lalu kenapa kalau aku hampir tiga puluh, Kak? Bukankah itu hanya stereotipe orang-orang saja? Aku pikir kakak tidak akan berpikiran seperti itu pada perempuan yang hampir berusia tiga puluh tahun tetapi belum menikah," balasnya.

Jihan balas tersenyum dan mengusap pundak Gemintang, "Bukan seperti itu maksudku. Aku tahu betapa idealisnya kamu, Gee. Aku mendukung setiap keputusanmu, apapun itu. Don't forget, you always get my back." katanya, "Hanya saja, aku bingung. Kamu menunggu siapa sebenarnya? Dengan banyaknya proposal ta'aruf ini, apakah masih belum ada yang membuatmu mau menerimanya? Ada seseorang yang mengisi hatimu ya?" ujarnya lagi.

GEMINTANG ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang